Mohon tunggu...
Mohammad Shafii
Mohammad Shafii Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang memiliki hobi sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Horor

Menjadi seorang pemimpin tidak harus laki-laki

12 Desember 2024   10:49 Diperbarui: 12 Desember 2024   10:49 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat dalam pembangunan bukan hanya sebagai proses pembangunan, tetapi juga sebagai fondasi yang berstruktur kuat. Perjuangan R.A. Kartini dapat dirasakan dengan adanya pergerakan emansipasi wanita. Keberadaan peran wanita sebagai pemimpin kini mulai dihargai dan disetarakan. Wanita dapat menjadi pemimpin dan makin banyak wanita yang bekerja dibidang laki-laki. Mereka tidak saja bisa bertahan, namun mereka juga bisa sukses menjadi pemimpin.

Dalam banyak kasus, perempuan bahkan menunjukan empati dan kemampuan multitasking yang baik, hal tersebut merupakan hal yang terpenting dalam kepemimpinan. Banyak perempuan telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang tangguh, adil, dan efektif, bahkan ditengah yang didominasi laki-laki. Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk menjadi pemimpin jika mereka memnuhi syarat. 

Dengan tugas yang Allah SWT bebankan kepada manusia, menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan untuk menjalankan misi kepemimpinan di bumi sebagai wujud amanah dan Tuhan Yang Maha Menciptakan. Dalam ranah kehidupan sosial, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan(Suhada, 2019). Menentukan pemimpin berdasarkan gender merupakan diskriminatif dan melanggar prinsip keadilan. Di beberapa negara, perempuan telah menjadi kepala negara atau pemerintahan, menunjukkan bahwa mereka mampu memimpin dengan baik. Pandangan bahwa hanya laki-laki yang pantas menjadi pemimpin adalah warisan budaya patriaki yang sudah tidak sesuai dengan dunia modern, dunia saat ini menuntut pemimpin yang adaptif, bukan hanya berdasarkan stereotip gender.

Pemimpin perempuan seringkali membawa perspektif berbeda yang bermanfaat bagi organisasi atau masyarakat yang mereka pimpin. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih inklusif, mendukung kerja tim, dan memiliki kemampuan mendengar yang cukup baik. Dalam dunia yang semakin kompleks, diversitas dalam kepemimpinan adalah kunci untuk menghadapi tantangan secara efektif.

Selanjutnya, kembali pada posisi perempuan dalam konteks islam. Islam datang dan berperan besar dalam mengangkat hak dan martabat perempuan. Hal ini tercermin dari banyaknya ayat Al-Qur'an yang menyatakan dan menegaskan keseimbangan antara laki-laki dan perempuan baik dalam kapasitas sebagai hamba Allah, maupun sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifah), seperti pada Qs. An-Nisa: 32 dan Qs. Al-Hujurat: 13 serta ada juga ayat yang menyebutkan bahwa tingginya derajat manusia bukanlah dinilai dari jenis kelaminnya yakni pada Qs. Al-Isra': 70.4 

Selain itu, dalam ranah kepemimpinan perempuan, juga selalu menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan, Sebagian orang menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan kurang akalnya sehingga dianggap tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin. Tetapi dalam Al-Qur'an juga dijelaskan secara eksplisit dan tidak ada perbedaan gender pada Qs. At-Taubah: 71

Artinya: Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah (berbuat) mungkar, menegakkan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (Qs. At-Taubah: 71)

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai peran yang sama dalam bidang sosial, khususnya bidang kepemimpinan. Karena memang, dalam Al-Qur'an terkadang perempuan dibahas dalam konteks sebagai sifat naluri seorang. Perempuan seperti haid, mengandung, melahirkan dan menyusui, tetapi di lain ayat Al-Qur'an juga membahas perempuan sebagai manusia yang sama dengan laki-laki seperti dalam hal amar ma'ruf nahi munkar, tentang kewajiban beribadah seperti sholat, haji, zakat, tentang perintah berakhlak mulia dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa perempuan juga berhak dan mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin. 

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Taufik, Suhartina, S., & Hasnani, H. (2022). Persepsi Masyarakat Terhadap Kesetaraan Gender dalam Keluarga. SOSIOLOGIA: Jurnal Agama Dan Masyarakat, 1(1), 51--66. https://doi.org/10.35905/sosiologia.v1i1.3396

Suhada, S. (2019). Kesetaraan Gender: Posisi Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam. Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an Dan Keislaman, 3(2), 169--190. https://doi.org/10.36671/mumtaz.v3i2.39

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun