Pernag bekerja di sebuang Bank BUMN dengan pekerjaan yang sangat banyak hingga sering lembur untuk menyelesaikan target kantor membuat saya ketika itu benar-benar seperti pindah rumah.
Kantor menjadi tempat yang paling banyak dihuni dibanding rumah. Bahkan, Sabtu dan Minggu pun harus ke kantor hanya sekedar untuk beberes berkas yang belum sempat dibereskan saat jam kerja.
Selain menjadi tempat nyaman yang memang kala itu masih single nggak suka pacaran, kantor ketika weekend menjadi tempat untuk kumpul dan start hang out dengan teman single lain yang gabut juga.
Setiap ada acara kantor weekend, pasti pulangnya kami para singlelillah memutuskan untuk keluar bareng-bareng. Menghabiskan waktu di tempat lain sekedar melepas penat. Rasanya saat itu sangat menyenangkan.
Tanpa sadar, banyak cinta yang muncul. Beberapa di antara kami memang akhirnya menjalin hubungan bahkan hingga sampai ke jenjang pernikahan. Kami bekerja bersama di satu kantor yang sama kadang hingga larut malam.
Menunggu pulang bersama sambil bercerita tentang kisah masing-masing. Itu yang membuat kami akhirnya terjebak pada situasi nyaman yang kami bahkan tidak sadar sudah menjalar hingga ke hati.Â
Biasanya selesai bekerja kami tidak langsung pulang. Makan nasi bungkus atau sekedar membeli jajanan pengganjal perut sebelum pulang. Saat itulah, kami banyak bercerita, kami banyak tahu satu sama lain.
Kebanyakan yang sudah berkeluarga akan segera pulang meninggalkan kami para single yang masih asik ngobrol. Saat itulah benih bersemai di hati tanpa kami sadari.
Rasa nyaman itu membuat kami semakin terikat dan akhirnya berkomitmen. Sedikitnya waktu bertemu orang selain teman kantor dan faktor kenyamanan yang tanpa disadari membuat cinta sesama teman kantor terjalin.Â
Bukan hanya mereka yang masih single, bahkan ada juga yang sudah berkeluarga merasa nyaman dengan teman kantornya. Mereka sama-sama sudah berkeluarga, tapi tuntutan pekerjaan membuat mereka menjadi sering bersama dan tanpa sadar menceritakan permasalahan rumah tangga mereka. Inilah yang sebenarnya tidak boleh terjadi.
Berawal dari hanya sekadar curhat, lanjut ke nyaman curhat, lanjut ke sering ngobrol berdua atau bahkan keluar berdua hingga tak jarang saling jemput tanpa diketahui pasangan masing-masing.
Saya pernah mendengar entah benar atau tidak, ada sepasang senior yang cukup dekat hubungannya. Si wanita, sebut saja Mbak Mawar, sudah memiliki sepasang anak kembar. Sudah cukup besar sehingga cukup bebas pulang jam berapapun dari kantor.
Si pria sebut saja Mas Akar, sudah memiliki istri yang dulu pernah kerja di kantor yang sama akhirnya resign karena tidak boleh suami istri di bawah naungan kantor yang sama. Mas Akar baru punay satu anak yang masih balita.
Mereka sering On The Spot (OTS) atau survei ke tempat nasabah secara bersamaan dengan fasilitas mobil kantor. Memang tidak selalu hanya berdua karena lebih sering ramai-ramai.
Namun, mungkin kecocokan bercerita membuat mereka merasa nyaman ngobrol berdia hingga sering antar jemput dan makan bersama saat jam kantor. Banyak yang menganggap hubungan mereka sudah tidak wajar.
Mbak Mawar adalah istri kedua dari seorang pengusaha. Gajinya digunakannya untuk kebutuhan dirinya saja. Tak jarang ia sampai ke Surabaya hanya untuk shopping barang-barang bermerk. Menginap di hotel dan berlibur tanpa anak-anak dan keluarga.
Bersama teman-teman sosialitanya, mereka menikmati gaji  dan bonus dengan cara mereka. Sedangkan Mas Akar bahkan sebenarnya belum lama menikah dan usianya pun jauh lebih muda dari Mbak Mawar.
Namun, Mbak Mawar adalah tipe perempuan yang peduli dan enak diajak bicara. Mungkin Mas Akar menemukan kenyamanan saat berbincang dengan Mbak Mawar hingga tak sadar terjebak pada rasa yang tak disadarinya.
Tak ada yang mau tahu tentang kedekatan mereka, tapi banyak yang menyimpulkan mereka memiliki hubungan khusus karena tak jarang Mas Akar menjemput Mbak Mawar saat tak ada suaminya di rumahnya.
Terkadang tanpa disadari, hal kecil dan sepele bisa membuat rumah tangga menjadi tidak harmonis. Selalu berawal dari kebersamaan dan curhat yang membuat nyaman. Itulah yang memicu terjadinya celah perselingkuhan saat kita tidak bisa menata hati dengan baik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H