Nah, mulai saat itu, Mbok Emban tidak menerima DP. Harus dibayar lunas di depan.
6. Kos jadi Markas
Ini nih yang membuat Mbok Emban harus berbusa-busa ngomong ke anak-anak. Disana banyak yang kerja jadi nggak suka ribut dan terlalu banyak orang yang ke kos membuat kos jadi nggak aman dan nyaman.Â
Bukan tidak boleh membawa teman, tapi harus tertib. Kebanyakan anak baru masuk kuliah yang masih sibuk dengan segudang tugas tidak mengindahkan aturan ini. Mereka membawa banyak teman dan bikin ribut. Saya sudah meminta pada anak kos yang lain untuk saling menginagtkan, kalau tidak diindahkan bisa lapor saya.
Nah, ada suatu kejadian karena saking sering dipakai kumpul dan entah berapa orang yang ada dalam satu kamar, malah temennya yang kedapatan mesum di kos.Â
Mbok Emban konformasi, yang punya kos malah nggak tahu, jadi untuk amannya, nggak usaha aja deh dilanjutin yang begini. Bikin telpon berdering malam-malam ganggu anak-anak tidur. Cari yang ngerti aturan saja.
7. Anak Kos Tukang Lapor
Ada Mbok Emban pernah dapat satu anak kos yang sering tidak cocok dengan anak kos yang lain. Memang soal bersih dan pembayaran juga aturan anak ini tidak ada masalah, hanya saja dia sering melapor tidak nyaman dengan beberapa anak kos terutama yang tidak mengunci gerbang kembali dan sering bawa pacar ke kos.Â
Anak kos yang satu ini sering muncul dengan berbagai laporan di wa Mbok Emban yang membuat Mbok Emban jadi harus crosscheck ke teman kos yang lain perihal kebenarannya dan sejauh mana membuat yang lain tidak nyaman. Kalau memang benar ya ditegur, kalau tidak yang diamkan saja. Pantau dan terus komunikasi dengan yang lain.
Anak kos ini hampir sama dengan Pak Rt yang tinggal di sebelah kos yang menjadi tempat kami menitip mengwasi kos.Â
Beliau sering lapor tentang kenakalan anak kos yang kadang salah tuduh. Sebelum mengambil tindakan, untungnya Mbok Emban selalu bertanya pada yang lain agar tidak salah mengambil keputusan dan menegur. Karena tidak tinggal disana, Mbok Emban terima laporan saja selama ini.