Mohon tunggu...
shafa umniyati
shafa umniyati Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

halloo semuaa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Luka di Hati Ibu

29 September 2024   07:26 Diperbarui: 29 September 2024   07:33 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah rumah kecil di pinggiran kota, tinggal seorang ibu bernama Bu Sari dan anak laki-lakinya, Fikri. Bu Sari bekerja keras setiap hari sebagai penjual sayur di pasar. Sejak ayah Fikri meninggal beberapa tahun lalu, Bu Sari menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Meski lelah, ia selalu berusaha memberi yang terbaik untuk anak semata wayangnya.

Fikri, yang berusia 16 tahun, adalah anak yang pandai, tetapi akhir-akhir ini ia sering pulang larut malam dan mulai bergaul dengan teman-teman yang kurang baik. Suatu hari, sepulang dari sekolah, Fikri merasa sangat tertarik dengan motor baru milik temannya. Temannya bercerita bahwa ia mendapatkan motor itu dengan cepat, hanya perlu pinjam uang tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Mendengar itu, Fikri mulai berpikir untuk melakukan hal yang sama. Ia tahu ibunya menabung untuk biaya kuliahnya, tapi godaan untuk memiliki motor sendiri begitu besar. Ia membayangkan betapa bangganya jika bisa datang ke sekolah dengan motor baru. Tanpa berpikir panjang, Fikri mengambil sejumlah uang dari tabungan ibunya di lemari, dan pergi membeli motor bekas dari seseorang di internet.

Beberapa hari berlalu, Fikri selalu menyembunyikan motornya jauh dari rumah agar ibunya tidak tahu. Namun, suatu malam, ketika Fikri pulang terlambat, Bu Sari memergokinya datang dengan motor yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

"Fikri, motor siapa itu?" tanya Bu Sari dengan nada heran.

Fikri terdiam sejenak, berusaha mencari alasan. "Ini... ini motor teman, Bu. Dia pinjamkan ke Fikri."

Namun, Bu Sari, yang mengenal anaknya dengan baik, merasa ada yang tidak beres. Ia memeriksa lemari di kamarnya, dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat tabungan yang selama ini dikumpulkannya lenyap. Dengan suara bergetar, Bu Sari mendatangi Fikri yang duduk di ruang tamu.

"Fikri, tabungan Ibu hilang. Kamu tahu sesuatu tentang ini?" tanyanya dengan nada yang lebih serius.

Fikri tak bisa lagi menghindar. Dengan kepala tertunduk, ia mengakui semuanya. "Maaf, Bu... Fikri pakai uang itu buat beli motor. Fikri cuma pengen punya motor sendiri..."

Mendengar pengakuan anaknya, hati Bu Sari serasa hancur. Air matanya mulai jatuh. "Fikri, uang itu Ibu kumpulkan untuk masa depanmu, untuk biaya kuliah. Ibu kerja keras setiap hari supaya kamu bisa sekolah tinggi. Kenapa kamu melakukan ini tanpa bilang ke Ibu?"

Fikri terdiam, rasa bersalah mulai menguasainya. Ia tahu betapa beratnya ibunya bekerja, namun ia membiarkan keinginannya mengalahkan rasa tanggung jawabnya.

"Ibu... maaf. Fikri nggak pikir panjang. Fikri cuma pengen kelihatan keren di depan teman-teman. Tapi sekarang Fikri sadar, Fikri salah besar. Maaf, Bu..." ucapnya sambil menangis.

Bu Sari duduk di samping Fikri, menatap anaknya dengan mata yang penuh kasih meski terluka. "Nak, Ibu bisa memaafkanmu. Tapi yang lebih penting, kamu harus belajar dari kesalahan ini. Hidup bukan tentang apa yang orang lain lihat dari kita, tapi tentang bagaimana kita menghargai usaha dan pengorbanan orang yang menyayangi kita. Ibu hanya ingin kamu sukses, bukan dengan barang mewah, tapi dengan pendidikan dan kerja keras."

Fikri mengangguk, merasa menyesal. Ia memeluk ibunya erat. "Fikri janji, Bu, Fikri akan ganti uang itu dan Fikri akan belajar lebih baik lagi. Maafkan Fikri..."

Malam itu, meski ada luka di hati, Bu Sari memaafkan anaknya. Ia tahu, kesalahan adalah bagian dari proses tumbuh dewasa. Dan bagi Fikri, kesalahannya adalah pelajaran berharga tentang tanggung jawab, kejujuran, dan cinta yang tak terukur dari seorang ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun