Mohon tunggu...
Shafa Salsabila Gusna
Shafa Salsabila Gusna Mohon Tunggu... Lainnya - Komunikasi

Master of Ceremony, Peyiar Radio

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menemukan Kepemimpinan Diri untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Pengaruh Positif pada Orang Sekitar

2 Oktober 2023   09:56 Diperbarui: 2 Oktober 2023   09:57 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peningkatan kualitas hidup dapat mulai dari diri sendiri dengan melakukan hal positif, mengembangkan diri, meningkatkan value sehingga bermanfaat untuk diri sendiri dan orang sekitar. Setiap orang pasti memiliki tujuan yang ingin mereka capai, impian dijangka pendek maupun panjang. Agar tercapai tentunya diperlukan kerja keras secara teratur serta memaksimalkan potensi diri.
Adapun langkah untuk menjadi your best self setiap harinya adalah dengan mencoba hal baru diimbangi dengan ketekunan. Harapannya dapat mengenali potensi diri untuk meningkatkan skill. Mengejar impian untuk mewujudkan harapan yang kemudian akan memicu kreativitas serta inspirasi. Sempurnakan motivasi, Semua orang pasti mengalami masa-masa sulit dalam hidup. Meskipun kita berada di masa ini, kita harus menemukan cara untuk terus berjalan maju, tetap semangat dan terus memiliki keinginan untuk mencapainya. Ciptakan kebiasaan baik karna dengan hal kecil sekalipun bisa memiliki efek yang kuat. Fokus pada perawatan diri, luangkan waktu untuk bermeditasi dan fokus pada hal-hal yang perlu disyukuri, meluangkan waktu untuk mengisi kembali pikiran dan jiwa sangat penting untuk mempertahankan kesehatan mental dan memberi rasa ketenangan dalam hidup. Menjadi seseorang yang open minded maka kreatifitas dan inovasi dapat berkembang dengan sendirinya (Aisyah, 2019).


Berdasarkan point tersebut, penulis melakukan analisis kegiatan bermakna yang sudah pernah dilakukan sebagai refreksi diri untuk mencapai tujuan hidup:
1.Mengikuti Kelas Informal Master of Ceremony


1 In our 20 years of longitudinal and cross-sectional research, we’ve discovered that adults must grow into and out of several qualitatively different views of the world if they are to master the challenges of their life experiences (Kegan & Lahey, 2001).


Pernyataan ini telah dilakukan penulis dengan mengikuti kelas MC tahun 2017, kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan skill komunikasi,meningkatkan kepercayaan diri, memperoleh pengetahuan mengenai MC, menambah relasi serta sertifikasi, sehingga berpeluang untuk berkarir dibidang tersebut.


2.Narasumber Seminar Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

Dari pengalaman yang telah didapat sebelumnya, penulis berkesempaatan untuk menjadi narasumber membagikan pengetahuan mengenai public speaking melalui seminar dengan audiens anggota osis.

It’s about understanding the complex- ities of people’s behavior, guiding them through a pro- ductive process to bring their competing commitments to the surface, and helping them cope with the inner conflict that is preventing them from achieving their goals (Kegan & Lahey, 2001).


Bahwa dibutuhkan pembekalan mengenai suatu materi yang harapannya dapat membantu mengatasi konflik yang menghalangi dalam mencapai suatu tujuan. Acara tersebut diselenggarakan guna membangun rasa percaya diri melalui materi yang disampaikan. Harapannya dapat membantu siswa untuk mememiliki jiwa kepemimpinan sebagai anggota osis berbekal keterampilan berbicara di depan umum bukan hanya untuk diri sendiri namun juga untuk orang sekitar.


3. Menjadi Penyuluh Narkoba Kolaborasi dengan Kepolisian DIY

Berawal dari pemenang lomba penyuluh narkoba tingkat pelajar yang diselenggarakan kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta membawa pengalaman yang luar biasa. Usia 16 tahun tak menjadi penghalang untuk melakukan misi sosial, membagikan pengetahuan mengenai narkoba demi membantu mencegah penyalahgunaannya.


Attending a course, even the possibility of doing so, provides an opportunity to reflect on one's work/life balance (Stricker, 1991).


Menjadi bagian dari konselor memainkan peran penting dalam berjuang memerangi narkoba dan menghadapi tekanan teman sebaya dengan tujuan bersama menuju masa depan yang lebih sehat dan bermanfaat.


4.Melakukan Peliputan mengenai Sekolah Marjinal

Penulis memainkan peran penting dalam produksi peliputan tersebut, mulai dari pra riset, produksi, hingga pasca produksi. Tak hanya melakukan peliputan, penulis juga berpartisipasi dalam komunitas kegiatan belajar disalah satu kawasan pemukiman pemulung yang juga berperan sebagai objek peliputan. Di sekolah marjinal ada sekitar 17 anak yang hadir setiap harinya, tanpa seragam dan sepatu mereka tetap semangat menuntut ilmu. Kegiatan ini dilakukan untuk membantu sesama sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup bukan hanya untuk diri sendiri juga untuk orang lain.


Adapun dua kendala yang seandainya bisa diubah untuk menjadi individu yang lebih baik adalah saat menjadi konselor narkoba, penulis akan lebih melakukan pendekatan dengan pengguna sehingga ada empati yang dibangun antara pengguna dan konselor, lebih mendengarkan apa yang mereka rasakan, dan bantuan seperti apa yang mereka harapkan sehingga potensi meninggalkan narkoba lebih besar. Selanjutnya ketika melakukan peliputan mengenai sekolah marjinal ada kendala saat melakukan peliputan dimana membutuhkan proses panjang untuk masuk dalam lingkungan tersebut bahkan sempat tidak diterima karna komunikas pemulung perpendapat jika ada seseorang yang melakukan peliputan dikhawatirkan hanya untuk keuntungan sepihak dan merasa keberadaanya akan diusik. Dari kondisi itu penulis belajar mengenai cara melakukan pendekatan persuasif, berusaha meyakinkan jika penulis hanya ingin meliput kegiatan yang ada di sekolah marjinal sehingga kisah tersebut dapat memotivasi banyak orang agar lebih bersyukur dalam hidup.

Daftar Pustaka:
Aisyah, N. (2019). Menggali Potensi Diri. Repository Medan Area University, 1–95. http://repository.uma.ac.id/handle/123456789/12598
Kegan, R., & Lahey, L. (2001). The Real Reason People Won’t Change. Harvard Business Review, 84–92. https://hbr.org/2001/11/the-real-reason-people-wont-change%0Ahttp://0-web.b.ebscohost.com.mercury.concordia.ca/bsi/pdfviewer/pdfviewer?sid=4dc0ff22-b5bb-48c7-ad79-3c2afa8093ea%2540sessionmgr104&vid=4&hid=107
Stricker, G. (1991). How People Change. How People Change, 211–214. https://doi.org/10.1007/978-1-4899-0741-7_15

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun