Mohon tunggu...
shafarulmaliqfajar
shafarulmaliqfajar Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sengkraut Penyelenggaraan PON 2024 Aceh - Sumut

2 Januari 2025   12:34 Diperbarui: 2 Januari 2025   12:54 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DISUSUN OLEHADLI TEDY SUSANTOM. NAIL AUTHORSHAFARUL MALIQ FAJAR

SENGKARUT PENYELENGGARAAN PON 2024 ACEH-SUMUT

 

Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 yang diselenggarakan di Aceh dan Sumatera Utara merupakan momen penting dalam kalender olahraga nasional. Sebagai ajang olahraga empat tahunan, PON bertujuan untuk mempromosikan semangat kompetisi, mempererat persatuan, serta memajukan olahraga di Indonesia. Sayangnya, pelaksanaan PON kali ini diwarnai oleh sejumlah permasalahan serius, mulai dari infrastruktur yang tidak memadai hingga dugaan penyalahgunaan dana. Artikel ini akan menguraikan fakta, fenomena, dan masalah utama yang muncul selama penyelenggaraan PON 2024.

PON 2024 resmi ditutup pada 20 September 2024 di Stadion Utama Sumatera Utara. Kompetisi ini menghasilkan Jawa Barat sebagai juara umum dengan total 195 medali emas, 163 perak, dan 182 perunggu. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh DKI Jakarta dan Jawa Timur. Sementara itu, dua provinsi tuan rumah, Aceh dan Sumatera Utara, masing-masing menempati peringkat keenam dan keempat dalam klasemen medali.

Meski secara umum PON terlaksana sesuai jadwal, berbagai kekurangan mendasar muncul ke permukaan, mulai dari ketidaksiapan infrastruktur hingga masalah pengelolaan logistik yang menjadi hambatan besar bagi kelancaran acara.

 

Fenomena yang Muncul Selama PON 2024

 

  1. Infrastruktur yang Tidak Memadai
  2. Kerusakan Venue

Beberapa lokasi pertandingan belum siap sepenuhnya meskipun anggaran telah dialokasikan jauh sebelumnya. Di venue futsal, kebocoran atap menyebabkan pertandingan final antara Jawa Timur dan Kalimantan Timur tertunda. Air hujan bahkan harus ditampung dengan tempat sampah oleh petugas
Di cabang olahraga menembak, saluran talang air ambruk akibat hujan deras. Meskipun tidak ada korban jiwa, insiden ini menunda pertandingan karena aliran listrik terganggu.

  1. Akses Jalan Buruk

Jalan menuju lokasi pertandingan di Sumatera Utara Sport Center, Deli Serdang, dalam kondisi berantakan. Atlet harus berjalan beberapa ratus meter untuk mencapai arena pertandingan. Hujan memperburuk situasi dengan menyebabkan genangan air, membuat perjalanan semakin sulit.

  1. Distribusi Logistik yang Bermasalah
  2. Terlambatnya Distribusi Konsumsi Atlet

Banyak atlet mengeluhkan makanan yang datang terlambat. Bahkan pada beberapa kesempatan, konsumsi baru diterima pada malam hari, seperti yang dialami oleh kontingen Kalimantan Tengah untuk cabang panahan dan panjat tebing. Kondisi serupa juga dialami oleh atlet Aceh. Selain terlambat, makanan yang diberikan dalam beberapa kasus ditemukan dalam kondisi tidak layak konsumsi, seperti dikerumuni semut merah.

  1. Gangguan pada Transportasi dan Fasilitas

Ketidaksiapan transportasi antar-venue menyebabkan keterlambatan atlet menuju lokasi pertandingan. Hal ini menambah beban fisik dan mental para peserta, yang seharusnya difasilitasi dengan baik oleh panitia.

  1. Manajemen Pertandingan yang Tidak Profesional
  2. Kericuhan Sepak Bola

Laga perempat final sepak bola antara tuan rumah Aceh dan Sulawesi Tengah menjadi sorotan akibat kericuhan yang terjadi. Keputusan kontroversial wasit, termasuk pemberian penalti untuk Aceh yang dianggap tidak sah, memicu amarah tim Sulawesi Tengah. Insiden ini mencapai puncaknya ketika seorang pemain Sulawesi Tengah memukul wasit hingga harus dirawat di luar lapangan. Peristiwa ini mencerminkan lemahnya pengelolaan pertandingan dan pengawasan wasit.

  1. Dugaan Penyelewengan Dana
  2. Korupsi Anggaran PON

Penyelenggaraan PON 2024 terindikasi adanya korupsi dalam pengelolaan dana. Tim Bareskrim Polri saat ini sedang menyelidiki dugaan penyalahgunaan anggaran, termasuk temuan venue yang belum selesai meski dana sudah cair. Keterlibatan Kejaksaan Agung dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) juga diperlukan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas.

Masalah yang terjadi dalam PON 2024 dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori besar:

Buruknya manajemen penyelenggaraan Ketidaksiapan infrastruktur dan buruknya distribusi logistik menunjukkan kurangnya perencanaan yang matang. Hal ini tidak hanya memengaruhi kelancaran acara, tetapi juga menurunkan kenyamanan para atlet dan ofisial.

Integritas kompetesi yang tercoreng Keputusan kontroversial dan insiden kekerasan dalam pertandingan menunjukkan lemahnya pengawasan dan profesionalisme dalam pengelolaan kompetisi. Hal ini mencoreng semangat sportifitas yang seharusnya dijunjung tinggi dalam ajang olahraga.

Dugaan Korupsi dan penyalahgunaan anggaran Masalah anggaran yang mencuat memperkuat persepsi negatif publik terhadap penyelenggaraan PON. Jika tidak segera ditangani, hal ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan institusi olahraga.

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah perlu segera dilakukan:

Audit dan investigasi mendalam Pemerintah harus memastikan audit menyeluruh terhadap anggaran PON 2024. Temuan penyalahgunaan dana harus ditindaklanjuti dengan penegakan hukum yang tegas untuk memberi efek jera.

Peningkatan perencanaan dan koordinasi Penyelenggaraan PON berikutnya di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat pada 2028 membutuhkan perencanaan yang lebih baik. Pemerintah daerah dan pusat harus memperkuat koordinasi dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) serta memastikan kesiapan infrastruktur sejak awal.

Peningkatan profesionalisme dalam kompetisi Pelatihan dan sertifikasi untuk wasit serta ofisial pertandingan harus ditingkatkan agar keputusan yang diambil lebih adil dan transparan. Hal ini penting untuk menghindari insiden serupa di masa mendatang.

PON 2024 Aceh-Sumut menjadi refleksi besar tentang pentingnya pengelolaan acara olahraga secara profesional dan transparan. Sebagai ajang olahraga nasional terbesar, PON harus menjadi simbol kemajuan, bukan justru mencerminkan berbagai kelemahan sistem. Dengan perbaikan yang tepat, diharapkan PON 2028 dapat menjadi momentum kebangkitan olahraga Indonesia dan ajang yang benar-benar membanggakan seluruh rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun