Pada tahun 1996 beliau diseru oleh Allah SWT berziarah ke Mekkah dan Madinah bersama Ibu, waktu itu tak ada yang namanya waiting list, begitu daftar dan bisa berangkat haji pada tahun itu juga.
Dengan penuh suka cita dan bahagia beliau selalu mengikuti manasik yang diselenggarakan oleh Kemenag setiap bulan dan tidak banyak kesuliatn dalam mengerjakan ibadah karena beliau mampu membaca huruf arab dengan baik, dan tidak mersa minder meskipun bergaul dengan orang-orang berpendidikan pada teman seusianya.
Waktu mengerjakan ibadah haji pun, tak mendapatkan kesulitan yang berarti beliau bisa memahami mana yang boleh dan tidak boleh, dalam kaifiyat do'a-do'apun demikian, karena setiap orang dibekali dengan buku do'a yang dipegang masing-masing jamaah dan beliau bisa membedakan mana do'a talbiyah, masuk mesjidil haram, doa thawa, sai dan tahalul tak ada yang keliru.
Sungguh ayahku begitu sangat luar biasa ditengah keterbatasan dengan buta aksaranya ia mampu karena kecerdasan dan kemauan yang dimilikinya, tentu sebagai anak, saya merasa bangga sekali dansangat bersyukur, Â memiliki ayah seperti beliau yang begitu dihormati dan dicintai oleh masyarakat dan sebagai tokoh yang dekat dengan mereka.
Alasan beliau tidak sekolah adalah karena hidupnya yang sebatangkara, kakek dan nenek sudah meninggal dunia dalam keadaan beliau masih kecil, beliau adalah anak kedua dari empat saudara, kakaknya perempuan, dan 2 adik laki-laki dan perempuan.
Ketika itu ayahku berusia 7 tahun, dan sebagai anak laki-laki tertua, tentu beliau bertanggungjawab terhadap kehidupan adiknya yang masih kecil-kecil, sehingga ia menjadi tulang punggung bagi adik-adiknya, berusaha dan berupaya sekuat tenaga agar bisa memberikan sesuap nasi bagi mereka.
Ia bekerja ketika usianya masih sangat anak-anak bahkan bekerja sampai ke kota Jakarta, keliling kota kesana kemari bekerja sebagai buruh, bukan hanya ayah, kaka dan kedua adiknya pun sama-sama tidak pernah duduk di bangku sekolah, dan mereka buta aksara hanya ayah dan adik laki-lakinya yang bisa baca huruf Arab.
Dari cerita ini bisa diambil kesimpulan bahwa  Buta Aksara bukan halangan untuk  berprestasi, berkarya dan memimpin orang lain, belajar sedikit demi sedikit dari pengalaman itulah pelajaran terbaik.
Menggunakan segala cara metode untuk mewujudkan segala keinginan dengan cara berpikir yang positif dan logis, untuk kemajuan bersama dan selalu berusah keras pantang menyerah untuk mewujudkan segala impian.
Allahummaghfirlahuma warhamhuma wa 'aafihima wa'fu 'anhuma.
Sedikit kisah tentang seorang ayah penjual basreng