Sontak mereka bertiga tertawa. Yuas berkata "Itu bukan durian".
Paman berkata "Kalau disini, buah itu disebut Pampakin".
Pampakin dilihat sekilas mirip durian, namun baunya tidak menyengat serta tekstur buahnya yang berbeda dengan jenis durian dan warna yang mencolok. Aku yang baru pertama kali melihatnya tentu bingung.
Paman membuka isinya kemudian memakannya secara bersama - sama. Akupun mulai sedikit paham mengenai buah itu. Dari segi buah yang rendah alkohol serta rasa yang tidak menempel memang berbeda dengan durian. Paman menjelaskan ada banyak jenis buah yang hampir mirip dengan durian.
Malam keduanya kami masih di ladang. Dengan suara angin yang agak kencang kami bertiga yang masih terjaga di tengah malam segera bergegas. Ada tiga titik suara secara bersamaan. Tentu kita harus mengambil langkah untuk berpencar.
Aku segera lari ke arah yang ditentukan dan menyenteri tempat tersebut. Namun, tidak menemukan apa-apa. Sialnya hanya aku yang gagal mendapatkan durian.Â
Kami bergegas pulang saja karena sudah membawa dua buah durian kasongan. Aku yang takut salah lagi, segera mengambil buah yang mirip nangka bubur saat perjalanan pulang. Lumayan buat di jadikan sayur pikirku.
Setelah kami sampai di rumah Paman, kami mengutarakan temuan kami. Tentu kali ini gantian aku yang berwajah lesu. Jimmy dan Yuas menunjukkan hasil mereka dengan gembira.Â
"Nah, kalau disini itu bukan buah nangka ! itu buah manis, semua bisa diolah. Namanya cempedak" Kata Paman setelah melihat buah yang kubawa.
Aku yang enggak paham pokok iyain aja. Kalau sudah mencoba buahnya pasti tahu apa perbedaannya. Rasanya sangat manis, bahkan kulitnya bisa digoreng atau dijadikan sayur. Keren juga buah ini pikirku.
Hanya empat hari saja kami dirumah paman, karena cuti Yuas ternyata hanya satu minggu. Akupun juga harus pulang mumpung pesawat lagi ada promo murah.