Tapi akhirnya aku tersadar, Rasa bersalahku itulah yang membuatku sukses sekarang. Aku selalu mencoba menuntaskan semua tanggung jawabku sebaik mungkin, walaupun hasilnya tidak sesuai harapan. Aku selalu mencoba semaksimal mungkin walaupun hasil yang aku dapatkan menurutku tidak sebanding dengan apa yang aku perjuangkan.
      Tapi ternyata "Katanya" itu benar. Karena setiap perjuangan yang kita utarakan, hasilnya tidak harus kita tuai sekarang. Justru hari ini kamu harus gagal. Sehingga kamu bisa berjuang sampai rasanya kamu mau pingsan. Ternyata bukan hasil kala yang membuatku sukses, tetapi bagaimana aku membuat gagal itu menjadi tangga bagiku untuk mencapai suatu kesuksesan.
      "Katanya" itu benar. Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai. Tuai di masa depan, karena kesuksesan tidak ada yang instan. Diantara banyaknya buah pada pohon apel, pasti ada buah yang busuk lalu jatuh ketanah. Tapi, buah yang busuk itu justru yang akan membuat pohon itu menjadi lebih kuat. Justru buah itu yang akan membuat pohon menghasilkan banyak buah apel merah yang sangat enak.
      Terakhir, "Katanya" itu benar. Karena usahamu bukan tentang "Seharusnya itu aku," Kecepatanku mungkin terlihat sangat pelan dibandingkan orang lain. Tapi itu semua tidak akan selesai ketika kamu membandingkan dirimu dengan orang lain. Karena setiap manusia mempunyai kecepatannya masing -- masing.
Cerita ini aku tulis di bandara Hanaeda, Jepang. Kini kegiatanku menjadi penulis. Aku mengunjungi beberapa negara, karena tuntutan pekerjaanku. Kembali bertemu dengan sejuta kegagalan, tapi kini aku belajar, ternyata sejuta  kegagalan itu membuatku bisa bangkit miliyaran kali, dan kembali ku tuangkan dalam tulisan yang kubuat,Â
Tertanda, YasminÂ
Jepang, 5 April 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H