Mohon tunggu...
Shabrina Yasmin
Shabrina Yasmin Mohon Tunggu... Lainnya - XI IPS 2 - 34 - SMAN 28 JAKARTA

Lingkungan Hidup - Sosial - Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerpen: Dari Aku yang Selalu Gagal

21 November 2020   11:20 Diperbarui: 21 November 2020   11:26 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya sedih, ketika dihadapi dengan seguta kegagalan yang terus menghampiri. Rasanya hampir mau menyerah, katanya semua hasil yang kita dapat berasal dari apa yang kita perjuangkan. Lantas apakah "katanya" itu benar ?

Semuanya berawal ketika aku masuk sekolah. Semakin ku melihat murid lain dengan senyum cerah diwajahnya, senyum yang paling bisa mengalahkan gravitasi dunia, karena mendapatkan nilai diatas rata -- rata.

Sementara aku ? Gagal lagi. Ah, sudah biasa aku selalu gagal. Gagal lama kelamaan menjadi sudah menjadi teman akrab. Seperti biasa,

"aku gagal lagi" ujarku

Setiap kali melihat mereka yang mempunyai kecepatan belajar diatasku, aku semakin bingung.

"Seharusnya itu aku"

"Aku belajar lebih keras daripada dia"

"Kenapa aku hanya diberi nilai seperti ini"

            Sampai ke rumah, aktivitasku hanya belajar, tidur, dan gagal. Rasanya bosan. Aku putuskan untuk tidak belajar hari ini. Toh ya, aku pasti gagal lagi. Kala itu aku hanya berbaring dikasur sambil memikirkan masa depan ku yang sukses. Tapi lama kelamaan aku makin ragu akan mimpi itu. Apakah dengan nilai seperti ini aku akan bisa mencapai kesuksesanku di masa depan ?

            Hari menjelang sore, aku lajutkan dengan belajar. Aku mengubah pikiranku, rasa bersalah itu terus menghantuiku. Rasa bersalah yang aku maksud ketika aku tidak menuntaskan materi yang telah diberikan. Ya, walaupun aku selalu gagal,

            Tapi akhirnya aku tersadar, Rasa bersalahku itulah yang membuatku sukses sekarang. Aku selalu mencoba menuntaskan semua tanggung jawabku sebaik mungkin, walaupun hasilnya tidak sesuai harapan. Aku selalu mencoba semaksimal mungkin walaupun hasil yang aku dapatkan menurutku tidak sebanding dengan apa yang aku perjuangkan.

            Tapi ternyata "Katanya" itu benar. Karena setiap perjuangan yang kita utarakan, hasilnya tidak harus kita tuai sekarang. Justru hari ini kamu harus gagal. Sehingga kamu bisa berjuang sampai rasanya kamu mau pingsan. Ternyata bukan hasil kala yang membuatku sukses, tetapi bagaimana aku membuat gagal itu menjadi tangga bagiku untuk mencapai suatu kesuksesan.

            "Katanya" itu benar. Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai. Tuai di masa depan, karena kesuksesan tidak ada yang instan. Diantara banyaknya buah pada pohon apel, pasti ada buah yang busuk lalu jatuh ketanah. Tapi, buah yang busuk itu justru yang akan membuat pohon itu menjadi lebih kuat. Justru buah itu yang akan membuat pohon menghasilkan banyak buah apel merah yang sangat enak.

            Terakhir, "Katanya" itu benar. Karena usahamu bukan tentang "Seharusnya itu aku," Kecepatanku mungkin terlihat sangat pelan dibandingkan orang lain. Tapi itu semua tidak akan selesai ketika kamu membandingkan dirimu dengan orang lain. Karena setiap manusia mempunyai kecepatannya masing -- masing.

Cerita ini aku tulis di bandara Hanaeda, Jepang. Kini kegiatanku menjadi penulis. Aku mengunjungi beberapa negara, karena tuntutan pekerjaanku. Kembali bertemu dengan sejuta kegagalan, tapi kini aku belajar, ternyata sejuta  kegagalan itu membuatku bisa bangkit miliyaran kali, dan kembali ku tuangkan dalam tulisan yang kubuat, 

Tertanda, Yasmin 

Jepang, 5 April 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun