Mohon tunggu...
Shabrina Ws
Shabrina Ws Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menyukai pagi dan puisi. Novel yang sudah terbit diantaranya: Always Be in Your Heart, Betang, Lesus, Ping, Pelari Cilik, Rahasia Pelangi, Karena Hidup Hanyalah Sebuah Persinggahan, Sauh, dan Kisah dari Padang Rumput.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Soge, Keramahan yang Tersembunyi

29 Juli 2015   03:09 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:29 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Jika Teleng Ria, adalah teluk terkenal di wilayah kota Pacitan, maka, pantai Soge adalah keramahan yang tersembunyi.

Terletak 24 kilo meter, selepas jembatan Arjowinangun yang membelah sungai Grindulu, Soge menawarkan destinasi lain di wilayah timur Pacitan.

Jalur lintas selatan yang lebar, bukan hanya memberi kemudahan bagi pengendara. Lebih dari itu, bahkan sepanjang jalan kita akan berdecak kagum dengan suguhan pemandangan.

Sawah-sawah di kiri-kanan desa Semanten, seperti karpet dihamparkan. Dan, jika pemandangan di lempar ke kejauhan, akan tampak gunung Limo yang kebiruan. Memasuki Kebonagung, di bukit landai sebelah barat, ada bebatuan alami yang seakan ditata rapi di belakang pemukiman warga.

Antara Kebonagung dan Tulakan, hijaunya hutan Sengon membuat mata menjadi segar. Di antara hutan-hutan dan perkebunan penduduk itu, jalan membelah bebatuan karts yang putih kekuningan menjamin anda tak sekalipun menurunkan kamera.

 

Jalur Lintas Selatan, yang lebih akrab disebut JLS ini, memang belum lama dibuka. Tapi pesonanya, sudah banyak menarik mereka yang menjadikan wilayah barat sebagai destinasi untuk tak melewatan daerah timur.

Sebelumnya, jalur lama jurusan Trenggalek, Tulungagung dan Blitar ini, melewati wilayah tengah. Memang jalanan berliku membelah pegunungan tak kalah memberikan pengalaman petualangan. Namun, jalur lama itu lebih sempit.

Saya sendiri, baru sekali ini melewati JLS. Lalu lintas kendaraan liburan lebaran cukup ramai. Setiap bertemu kendaraan yang parkir di pinggir jalan, tak jauh dari itu, selalu ada orang-orang yang asyik berfoto mengabadikan kenangan.

Dengan suguhan pemandangan yang memanjakan mata, 24 kilo meter serasa selintas saja. Mendekati pantai Soge, disela-sela hutan sengon, laut nampak biru berkilauan. Ada juga beberapa papan di kanan jalan yang menjadi penunjuk ke pantai lain. Diantaranya pantai Pidakan dan Watu Bale.

Ketika saya lewat, gerbang atas menuju Watu Bale, jalanan tidak memungkinkan dilewati roda empat. Namun, tak jauh dari itu, ada papan yang bertuliskan kalau pantai Pidakan hanya berjarak 200m dari jalan raya. Jalan masuknya sudah bagus, meskipun kecil.

Dan, tak lama dari daerah itu, pantai Soge siap menyapa kita. Bahkan jalan dari arah atas, seakan langsung terjun ke laut. Meskipun setelah berbelok, justru jalan itu tepat berada di tepi pantai. Aroma laut yang segar, suasana yang masih alami dan debur ombak yang pecah bergantian, benar-benar keramahan yang luar biasa. Siapapun yang lewat, tak peduli Soge menjadi tujuan atau tidak, pemandangan yang luar biasa ini akan menyapa. Gratis tis!

Kendaraan bisa parkir di jalan, atau benar-benar masuk ke area pantai. Beberapa tumbuhan khas pantai menyembul di sana-sini. Pasirnya kecoklatan dan tidak lengket. Garis pantai melengkung cukup jauh ke arah timur. Di sebelah barat ada karang yang menjorok ke tengah laut. Gulungan ombak yang besar menciptakan percikan air yang cukup tinggi saat pecah di bebatuan karang. Ohya, ada peringatan kalau sebaiknya pengunjung tidak mandi di laut.

Soge luar biasa dinikmati saat pagi, namun tak kalah menarik juga di sore hari. Pantulan sinar matahari yang akan bergulir ke balik bukit, menambah kilau pesonan lautnya.

Sayang, beberapa sampah yang ditinggalkan pengunjung nampak berserakan di sana sini. Semoga semakin banyak pengunjung yang sadar untuk kembali membawa pulang sampah-sampah bekas yang mereka hasilkan. Sehingga pantai yang alami ini tetap terjaga kebersihan dan keindahannya.

 

Satu lagi, jika ingin membawa cendera mata, di bibir pantai juga ada beberapa penjual akik asli Pacitan. Harganya berfariasi, mulai dari yang puluhan ribu hingga ratusan ribu. Penjualnya ramah dan kita akan dapat pengetahuan gratis tentang bebatuan.

 

Selamat datang di Pacitan, kota kecil dengan 1001 goa dan berbagai pesona pantainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun