Konsep Diri menurut William D. Brooks merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang terbentuk melalui pengalaman dan interaksi sosial. Azzahra Nurazizah mendefinisikan konsep diri sebagai penilaian individu yang mencakup aspek fisik, psikis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi. Aspek fisik berhubungan dengan kesehatan tubuh, psikis berkaitan dengan harga diri dan kemampuan individu, sosial mencakup hubungan dengan orang lain, emosional berhubungan dengan pengelolaan emosi, aspirasi mencakup cita-cita dan kreativitas, serta prestasi menggambarkan kemajuan yang dicapai. Sedangkan Jalaluddin Rakhmat menjelaskan bahwa konsep diri adalah faktor penting dalam komunikasi intrapersonal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Menurutnya, individu akan bertindak sesuai dengan konsep diri yang mereka miliki.
Konsep diri merupakan aspek krusial dalam perkembangan psikologis remaja, terutama dalam konteks pendidikan. Di tingkat SMA, siswa mengalami berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikologis, yang mempengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi dengan lingkungan akademik. Konsep diri yang positif dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik, sementara konsep diri yang negatif seringkali menghambat kemajuan mereka. Melalui wawancara dengan siswa SMA mengenai konsep diri dan pengaruhnya terhadap gaya belajar, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana persepsi mereka terhadap diri sendiri mempengaruhi motivasi belajar dan hasil akademik. Wawancara ini tidak hanya bertujuan untuk menggali pengalaman pribadi siswa, tetapi juga untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pelajaran mereka.
Terlihat bahwa konsep diri siswa SMA memiliki dampak signifikan terhadap gaya belajar dan prestasi akademik mereka. Siswa dengan konsep diri positif seringkali menunjukkan sikap optimis dan percaya diri dalam menghadapi tantangan belajar. Mereka merasa termotivasi oleh pencapaian sebelumnya dan dukungan dari guru serta keluarga. Misalnya, saat ditanya tentang momen keberhasilan dalam belajar, banyak siswa menyebutkan pengalaman positif yang meningkatkan rasa percaya diri mereka. Sebaliknya, siswa yang memiliki konsep diri negatif cenderung merasa tertekan ketika menghadapi nilai rendah dan seringkali meragukan kemampuan mereka. Beberapa dari mereka mengungkapkan bahwa pandangan negatif dari teman atau keluarga dapat memperburuk keadaan mental mereka dan membuat mereka merasa putus asa.
Konsep diri berperan kunci dalam proses belajar mengajar. Siswa dengan konsep diri positif cenderung lebih mandiri dalam belajar dan memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi. Sebaliknya, siswa dengan konsep diri rendah mungkin menunjukkan sikap negatif terhadap pembelajaran seperti membolos atau tidak menyelesaikan tugas. Secara keseluruhan, pemahaman tentang konsep diri sangat penting bagi pendidik untuk membantu siswa mengembangkan identitas positif dan meningkatkan kemandirian serta motivasi belajar mereka.
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada hari Sabtu 14 Desember 2024, Saya Shabrina Nur Ramadhani Mahasiswi semester 3 Jurusan Pendidikan IPS, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan untuk mewawancarai narasumber yang merupakan siswa SMAN 15 Kota Bekasi bernama Muhammad Dafa Al-Haq kelas 10, tepatnya yang sekarang baru menduduki kelas 1 SMA. Saya mewawancarainya dengan metode pendekatan kualitatif kepada narasumber, yaitu dengan bertanya-tanya perihal Konsep Diri berupa bentuk positif dan negatifnya yang ada pada dirinya, yang tentunya hal ini sangat berpengaruh dengan tingkah lakunya atau gaya belajarnya terhadap nilai pelajaran yang dia dapatkan di sekolah.
Pertanyaan dalam wawancara ini meliputi aspek-aspek Konsep Diri, seperti Konsep Diri Positif yang menurut Calhoun & Acocella, individu dengan konsep diri positif cenderung menerima diri mereka tanpa merasa angkuh. Mereka memiliki kerendahan hati dan mampu mengakui kelebihan serta kekurangan mereka. Sebaliknya, individu dengan Konsep Diri Negatif seringkali peka terhadap kritik dan merasa tidak disukai oleh orang lain. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengungkapkan penghargaan kepada orang lain. Serta hal ini yang akan berpengaruh dengan lingkungannya karena konsep diri tidak terbentuk secara terpisah dari lingkungan. Hurlock menyatakan bahwa pengalaman di rumah dan interaksi dengan teman sebaya serta lingkungan sekolah sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri.
Pertanyaan wawancara yang saya tanyakan berupa 5 pertanyaan konsep diri yang positif dan 5 konsep diri yang negatif, dan total yang saya tanyakan berupa 10 pertanyaan kepada Dafa. Berikut beberapa pertanyaan wawancara yang saya ajukan, serta jawaban dari Dafa terkait konsep dirinya selama belajar di sekolah:
Apa yang kamu sukai tentang dirimu sendiri?
Dafa menjawab dengan antusias menggambarkan dirinya dengan penuh semangat. Ia berkata bahwa dirinya itu anak yang kreatif dan suka mencari hal-hal baru untuk dicoba. Contohnya seperti dalam hal desain-desain dan editing video, ia sangat tertarik dan suka untuk belajar lebih dalam lagi, dan juga Dafa suka mengeksplor hal-hal baru seperti bepergian ke tempat tempat yang bagus atau aesthetic dan seru untuk dikunjungi dan membuat vlog kecil atau sekedar foto-foto aesthetic saja.
Kapan terakhir kali kamu merasa berhasil dalam belajar? Bagaimana perasaanmu saat itu?
Terakhir kali dafa berhasil waktu itu kemarin ia sempat belajar sejarah untuk penilaian ujian hariannya, dimana ia awalnya tidak suka mata pelajarannya karena membosankan hanya mendengarkan cerita dari gurunya saja, dan membaca teks-teks buku yang panjang. Tetapi begitu dafa belajar dari video youtube yang menjelaskannya dengan gambar dan peristiwa langsung, jadi lebih mudah dipahami dan dafa langsung membuat mind mappingnya yang dibuat semenarik mungkin agar dia juga mudah paham. Tentunya dafa merasa senang sekali saat itu mendapatkan nilai yang meningkat dari yang sebelumnya dia tidak pernah mendapatkan nilai diatas 70, kini dafa dapat nilai 80an malahan, tentunya ini merupakan hasil kerja kerasnya dia dalam belajar mata pelajaran sejarah ini.
Apa yang biasanya memotivasi kamu untuk belajar lebih giat?
Motivasi terbesarnya itu biasanya datang dari orang tua. Ia tahu ayah dan ibunya kerja keras biar ia bisa sekolah dengan nyaman, jadi dafa tidak mau mengecewakan mereka. Kadang dafa membayangkan  bagaimana perasaan mereka kalau ia berhasil dapet prestasi, itu bikin ia semangat lagi kalau lagi malas belajar. Selain itu, dafa juga ingin membuktikan ke dirinya sendiri kalau ia mampu. Ada rasa puas tersendiri saat ia bisa mengerti pelajaran yang awalnya susah banget. Dan terkadang rasa kompetitif sama teman-teman juga bikin dafa lebih termotivasi.
Apakah ada guru, teman, atau anggota keluarga yang memberikan dukungan dalam proses belajarmu? Bagaimana bentuk dukungannya?
Dafa menjawab "ada banyak banget", Salah satu guru favoritnya itu guru Prakarya di sekolah. Beliau  tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga sering praktek membuat karya dan sering memberikan motivasi dan cerita pengalaman hidup yang bikin ia semangat. Sahabatnya juga banyak yang support, kadang sehabis pulang sekolah dafa sering kerumah temannya untuk refreshing bermain Mobile Legend setelah belajar seharian di sekolah. Dan dari keluarganya, ada ibunya yang selalu mendukungnya. Selama dirumah ibunya selalu mengingatkan untuk  tetap belajar dengan santai dan tidak  terlalu keras ke diri sendiri.
Apa harapan untuk dirimu sendiri terkait prestasi akademik di masa depan?
Dafa berharap untuk bisa masuk universitas yang sesuai dengan impiannya yaitu Universitas Indonesia dan belajar di jurusan yang ia sukai yaitu DKV. Ia juga berharap bisa terus memperbaiki cara belajarnya agar lebih efektif, karena dafa tahu tidak semua pelajaran bisa ia pelajari dengan cara yang sama. Dafa juga ingin jadi pribadi yang lebih konsisten, tidak hanya rajin di awal saja, tetapi terus semangat sampai selesai. Kalau bisa, ia juga ingin dapat beasiswa agar bisa meringankan beban orang tua, karena bisa dibilang kuliah jurusan DKV sepertinya tidak murah, makanya ia berinisiatif untuk mengikuti beasiswa agar tidak memberatkan keuangan ayah ibunya.
Apa yang kamu rasakan ketika mendapatkan nilai rendah? Bagaimana kamu menghadapi perasaan tersebut?
Setiap kali dafa mendapat nilai rendah, ia merasa dunia runtuh. Ia  langsung berfikiran, "Kenapa ya aku bisa gagal? Apa aku kurang usaha?" Ada rasa malu juga pada dirinya, terutama kalau teman-temannya mendapat nilai bagus. Tapi setelah beberapa waktu, ia biasanya coba untuk introspeksi diri, seperti ia mungkin memang kurang paham dengan cara guru mengajarkannya, atau metode belajar yang mungkin kurang tepat. Dafa juga sering mengobrol dan bertanya terkait PR dengan kakaknya di rumah agar lebih paham. Walaupun susah, ia berusaha untuk tidak terlalu lama terjebak di perasaan negatif, karena ia tahu nilai rendah itu bukan akhir dari segalanya. Yang penting ia sudah maksimal dan  belajar dari kesalahannya.
Menurutmu, apakah ada hal yang menghambatmu untuk percaya diri dalam belajar? Jika iya, apa itu?
Dafa menjawab "Iya, ada", Kadang ia merasa kurang percaya diri kalau lihat teman-teman yang kelihatannya jauh lebih pintar dan cepat menangkap pelajaran. Ia sering membandingkan dirinya dengan mereka, dan itu membuat dafa ragu dengan kemampuannya sendiri. Selain itu, ia juga terkadang takut untuk bertanya ke guru, karena khawatir pertanyaannya dianggap terlalu sepele atau bodoh. Dafa tahu ini tidak baik, tapi ia mencoba mengubah cara pandangnya. Dafa yakin ke diri sendiri kalau setiap orang punya kecepatan belajarnya masing-masing, dan tidak apa-apa kalau ia butuh waktu lebih lama.
Pernahkah kamu merasa bahwa usahamu dalam belajar sia-sia? Jika iya, mengapa kamu merasa seperti itu?
Dafa menjawab "Pernah banget, apalagi kalau aku udah belajar keras tapi hasilnya nggak sesuai ekspektasi". Contohnya, waktu ia belajar Matematika semalaman buat ujian, tapi tetap dapat nilai di bawah rata-rata. Rasanya frustasi, kayak semua usaha yang ia lakukan tidak ada hasilnya. Tapi setelah ia pikir-pikir, mungkin masalahnya bukan di usahanya, tapi di caranya ia belajar. Dari situ ia mulai eksplorasi metode belajar yang lain, seperti belajar lewat video atau diskusi bareng teman. Jika hasilnya masih kurang juga, dafa tetap optimis bahwa memang ia mungkin tidak pandai di bidang Matematika.
Bagaimana pendapatmu tentang pandangan teman atau keluarga terhadap kemampuan belajarmu? Apakah itu mempengaruhi semangatmu?
Dafa merasa pendapat orang-orang sangat berpengaruh. Kalau mereka percaya dengannya, rasanya ia jadi lebih yakin kalau ia bisa. Tapi kalau ada kritik, terutama dari keluarga, terkadang ia menjadi down. Misalnya, kalau ibunya bilang "Kamu kurang serius belajarnya," padahal ia sudah berusaha, itu bikin ia merasa gagal. Tapi sekarang dafa belajar buat lebih fokus ke dirinya sendiri daripada pendapat orang lain. Ia bilang ke dirinya bahwa "Aku tahu seberapa keras usahanya, dan itu yang penting."
Apa yang biasanya membuatmu enggan untuk belajar atau merasa putus asa saat menghadapi kesulitan dalam mata pelajaran tertentu?
Yang membuat dafa enggan untuk belajar biasanya rasa takut gagal. Terkadang ia  merasa seperti tidak ada gunanya belajar. Selain itu, kalau materinya terlalu rumit atau gurunya kurang seru dalam mengajarnya atau guru yang killer, itu juga yang membuat ia mudah menyerah dalam belajar. Tapi ia sadar kalau terus menerus merasa seperti ini, tidak akan menyelesaikan masalah, jadi ia mencoba untuk cari cara bikin belajarnya lebih menyenangkan. Misalnya, belajar sambil mendengarkan musik, bikin catatan atau mind mapping warna-warni, atau belajar bareng teman supaya lebih seru.
Penelitian ini telah berhasil mengungkapkan hubungan yang signifikan antara konsep diri siswa dengan gaya belajar dan prestasi akademik mereka. Melalui wawancara mendalam dengan siswa SMA, terlihat bahwa konsep diri positif berkontribusi besar terhadap motivasi belajar dan pencapaian akademik. Siswa yang memiliki pandangan positif terhadap diri mereka cenderung lebih optimis, percaya diri, dan mampu mengatasi tantangan dalam belajar. Sebaliknya, siswa dengan konsep diri negatif sering kali merasa tertekan dan meragukan kemampuan mereka, yang dapat menghambat kemajuan akademik.
Hasil wawancara dengan Muhammad Dafa Al-Haq menunjukkan bahwa dukungan dari orang tua, guru, dan teman sebaya sangat penting dalam membentuk konsep diri yang positif. Dafa menggambarkan bagaimana motivasi dari keluarganya dan pengalaman positif dalam belajar dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Di sisi lain, perasaan negatif yang muncul akibat kritik atau perbandingan dengan teman-teman dapat menjadi penghalang bagi siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka. Dengan demikian, penting bagi pendidik dan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan konsep diri positif di kalangan siswa. Upaya bersama ini diharapkan dapat membantu siswa menghadapi tantangan belajar dengan lebih baik dan meraih prestasi akademik yang diinginkan. Penelitian lebih lanjut mengenai aspek ini akan sangat bermanfaat untuk merumuskan strategi pendidikan yang lebih efektif dalam mendukung perkembangan psikologis dan akademik remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H