Mohon tunggu...
Shabrina Nawal Fitah
Shabrina Nawal Fitah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswi aktif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis suka menulis cerpen fantasi dan menggambar ilustrasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selama Hati Ini Masih Menerima

4 Desember 2023   18:30 Diperbarui: 4 Desember 2023   18:38 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

      "Oh tentu dong Bu. Veno gitu lho."

      "Kamu anak yang paling ibu sayang. Gakkayak adikmu tuh, ga bener. Di sekolah ga punya temen, ngelakuin tugas aja susah. Duh!"

      Aku hanya diam mendengarnya, sambil menahan rasa sakit di hati ini.

      Malam hari telah tiba. Aku, Veno, dan ibuku sedang makan malm bersama. Sementara mereka berdua makan sambil berbincang, aku hanya diam, menghabiskan makananku. Dan tanpa sengaja, aku menyenggol gelas yang ada di samping piringku. Gelas itu terjatuh dan pecah.

      "Vora! Bisa-bisanya kamu!" mendengar bentakan ibu, aku hanya menundukkan kepalaku, gemetar ketakutan.

      "Maaf ibu." Dengan segera aku mengambil sapu di ujung ruangan. Dan tanpa hati-hati, aku menabrak sebuah meja dengan beberapa piring dan vas tersusun rapi di atasnya. Barang-barang itu jatuh ke bawah dan pecah. Tubuhku makin bergemetar. Aku memutar kepalaku pelan-pelan dan --

      PLAK! Ibu menampar pipiku keras. Aku segera mengelus pipiku yang merah kesakitan.

       "Bodoh! Bisa hati-hati ga sih?!! Punya otak kan?! Kenap sih selalu aja begini? Ibu benci! Kecewa!! Kecewa karena telah melahirkan anak sepertimu di duina ini!!"

      Aku menangis di tempat, gemetar. Aku bisa melihat Veno tersenyum kecut padaku. Aku berteriak, melempar sapunya ke depan dan berlari ke luar rumah. Aku terus berlari sambil berteriak, menangis kesal, sedih. Aku sudah tak kuat. Mengapa ibu dan kakakku benci padaku? Mengapa aku tidak bisa sepintar kakakku? Mengapa aku sangat bodoh dan ceroboh?

      Aku bisa mendengar suara klakson di depan. Aku segera sadar dan melihat ke depan. Sebuah mobil melaju kencang ke arahku. Tanpa bisa kuhindari, mobil itu menabrakku, membuat aku terlempar jauh ke belakang. Kepalaku lebih dulu mendarat dan menghantam keras jalanan. Drahku bercucuran deras, menghiasi jalanan. Semua orang yang melihatnya lagsung mengerubungiku. Pandanganku menjadi buram.

      "Ayah, Ibu, Kak Veno," lirihku. Aku mencoba untuk melihat ke depanku. Aku melihat satu per satu yang ada si sana. Tapi tetap saja, aku tidak dapat menemukan wajah ibu dan kakakku. Aku memejamkan mataku, suara orang memanggil namaku. Aku berada di ruangan putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun