Mohon tunggu...
Fadli A
Fadli A Mohon Tunggu... Freelancer - pencatat arloji

Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara dari Kotak Suara

11 April 2017   17:53 Diperbarui: 12 April 2017   02:30 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kamar terang

mencari suara suara alam

yang dibungkam

Sugeni tak pernah tahu bahwa suara yang ia berikan saat pencoblosan pilkada menjadi bumerang bagi dirinya dan seluruh warganya. Ia tak sadar bahwa paku yang ia tusukan pada mata salah satu calon pujaannya ternyata tidak merubah nasib warga manusia dan alam sama sekali. Pemimpin yang ia pilih kini menjadi serigala kota yang cakarnya siap menyergap alam dan rakyat jelata. Aumannya melolong panjang memekan telinga.

Awal mula kejadian ini terjadi dipelosok sebuah perkampungan ditengah kota Javata. Kampung Siluman namanya. Kampung ini memang sudah terkenal menghadirkan suara siluman. Suara yang dapat medongkrak paslon saat musim pilkada, pilpres mapun pemilu. Saat musim pilkada kali ini, penduduk didaerah tersebut menjadi kantong suara para pasangan calon yang berduit.

Sugeni yang baru saja satu tahun menjabat sebagai ketua RT tak mensia-siakan kesempatan tersebut. Ia ditunjuk menjadi koordinator warga dan menjamin pada salah satu calon bahwa di kampung siluman akan memberikan suara terbanyak. Ya tentu ada syaratnya. Syaratnya bukan puasa mutih atau senin kamis. Bukan pula ziarah ke gunung, bertapa di gua dekat makam leluhur lalu komat kamit. Syaratnya mudah saja, yaitu “blitzkrieg” bahasa kerennya, begitu kata Sugeni di WA pada salah satu timses paslonnya. Istilah gak kerennya itu bagi bagi amplop saat gerimis menjelang fajar. Harus gerimis, kalo gak gerimis atau hujan deres gak jadi bagi bagi amplopnya, karena sudah banyak orang keluar. Begitu strategi Sugeni.

Pertemuaan demi pertemuaan digagas Sugeni, ia mengumpulkan warga dan berusaha meyakini warga bahwa paslon yang menjadi idolanya kelak membawa angin surga. Sugeni berdiri paling depan sementara warga melongo memperhatikan.

“Begini para warga yang saya hormati dan saya banggakan”, ucap Sugeni.

“Jadi paslon kemeja kelabu dasi kupu kupu yang pakai peci miring ini kelak akan membawa perubahan di kota kita. Paslon ini akan membagikan para warga sekalian sejuta kartu sakti. Kartu gas, kartu listrik, kartu kontrakan, kartu beras, kartu warteg, kartu pintar, kartu sakit,  kartu wisata, kartu bensin, kartu kuburan dan banyak kartu canggih lainnya yang kelak akan membawa warga menjadi sejahtera kaya raya dan bahagia.”

“kartu gaple ada gak pak RT?” celetuk juman, yang memang tugasnya ronda setiap hari.

“Kamu ini.” Sergah Sugeni, “pertanyaanmu itu tidak relevan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun