Kemampuan untuk mengadopsi perspektif orang lain adalah inti dari kompetensi komunikasi antarpribadi. Selanjutnya adalah kemampuan untuk mengelola konflik secara konstruktif.Â
Mengelola konflik bukan hanya penting dalam hubungan romantis, namun juga segala hubungan seperti keluarga dan pertemanan. Ikatan cinta, khususnya yang berkomitmen secara serius, menyatukan dua kepala yang berbeda dengan emotional intellegence yang berbeda juga.Â
Konflik kerap muncul dari emosi, oleh karena itu kita harus mengerti cara untuk mengelola konflik dengan tepat, serta meresponnya dengan benar dan menyampaikannya secara hati-hati. Perlu diingat bahwa komunikasi interpersonal tidak dapat ditarik kembali dan dihapus dari memori orang yang sudah mendengarnya. Â
Tidak ada benar dan salah yang mutlak dalam suatu hubungan antara dua orang yang saling berkomitmen (tentunya kecuali kekerasan baik fisik, mental maupun perbuatan melanggar hukum lainnya). Karena pada dasarnya, setiap orang merupakan individu yang berbeda dengan pemikiran, persepsi dan approach yang tentunya juga berbeda.Â
Dengan memahami hubungan romantis dari sudut ilmu komunikasi interpersonal, kita dapat mengerti bagaimana pentingnya berkomunikasi dalam menjalankan suatu hubungan. Terlepas dari adanya kemudahan dari kemajuan teknologi yang ada, kita juga harus mengerti bagaimana berkomunikasi --bukan hanya dalam menyampiakan pesan, namun juga mendengarkan secara efektif. Kembali lagi pada prinsip komunikasi interpersonal bahwa komunikasi interpersonal yang efektif dapat dipelajari.Â
Salah satu tahap yang dapat dilakukan adalah mengetahui kepribadian masing-masing, contohya melalui test kepribadian Myers-Briggs dan tes bahasa cinta atau 5 Love Language. Dengan itu, kita dapat memahami bagaimana cara berkomunikasi yang tepat dengan pasangan dan meminimalisir kesalahpahaman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H