Mohon tunggu...
Shabicka Ammany Maskur
Shabicka Ammany Maskur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

brace yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Agrowisata: Solusi untuk Lahan Pertanian yang Kian Menyempit

24 Juni 2021   23:28 Diperbarui: 25 Juni 2021   06:25 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia merupakan negara agraris, dimana masyarakat Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai petani. Dengan sektor pertanian mendominasi mata pencaharian di Indonesia, tidak asing bagi masyarakat sekitar untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada, mulai dari perkebunan, peternakan, hingga pertanian dalam arti sempit. Hal tersebut sudah dicerminkan dengan banyaknya negara lain yang datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah sejak zaman kolonialisme hingga saat ini Indonesia mengekspor hasil rempah ke berbagai negara.

Tingginya pertumbuhan penduduk menimbulkan beberapa dampak, di antaranya meningkatkan kebutuhan lahan untuk pemukiman, sarana infrastruktur, dan lahan pertanian. Namun, faktanya terjadi penyempitan lahan pertanian yang digunakan untuk pembangunan. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk yang meningkat justru menyebabkan penurunan lahan pertanian (Moniaga, 2011). Sehingga anggapan bahwa Indonesia adalah negara agraris dirasa sudah tidak relevan dengan situasi yang ada saat ini.

Karena, lahan pertanian yang semula sangat luas, kini kian menyempit akibat adanya alih fungsi lahan menjadi lahan pemukiman, industri, maupun sarana infrastruktur. Hal lain yang menyebabkan menyempitnya lahan pertanian yaitu karena para petani merasa bahwa hasil pertanian tidak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan. 

Sehingga, banyak petani yang memilih untuk menjual lahan pertaniannya. Lahan pertanian yang kian menyempit ini juga menyebabkan krisis bahan pangan, karena jumlah lahan pertanian yang ada tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia. Rata-rata pemilikan lahan persawahan untuk rumah tangga petani hanya berkisar antara 0,018 - 0,027 ha (Hotimah, 2013). Selain itu, masalah lain yang muncul yaitu masyarakat yang masih menggantungkan hidupnya pada pertanian juga mendapatkan hasil yang cukup rendah.

Dari masalah yang ada, dapat dikembangkan agrowisata yang dapat meningkatkan kembali pendapatan masyarakat sekitar desa wisata dan khususnya petani secara langsung. Untuk mengembangkan agrowisata tersebut, perlu adanya pembinaan yang bersinergi antara masyarakat sekitar sebagai pelaku usaha pertanian, sektor wisata, dan pemerintah. Sehingga dapat mewujudkan desa wisata berbasis alam dan potensi yang ada di desa. Hal ini perlu adanya koordinasi antarpihak terkait agar tujuan pengembangan agrowisata tercapai (Komariah et al., 2018).

Agrowisata

Agrowisata adalah suatu sistem kegiatan terpadu dan terkoordinasi yang bertujuan untuk mengembangkan pariwisata sekaligus pertanian yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petani (Utama, 2015). 

Agrowisata juga dapat didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas wisata dengan memanfaatkan sektor pertanian dalam berbagai sistem yang bertujuan untuk menambah pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian (Tati Budiarti et al., 2013). Jadi, dapat dikatakan bahwa agrowisata adalah suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan sektor pertanian untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman di bidang pelestarian lingkungan, khususnya di bidang pertanian.

Telah terjadi pergeseran minat masyarakat dalam berwisata, dari yang sebelumnya mengunjungi wisata buatan kemudian berpindah ke wisata alam. Hal ini disebabkan karena kejenuhan pada objek wisata buatan, sehingga ini menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam menarik masyarakat untuk mengunjungi objek wisata berbasis alam dan budaya penduduk lokal (Satria, 2009). Kemudian, wisata alam dan pelestarian lingkungan juga dapat menarik minat masyarakat dalam melepas penat setelah rutinitas yang dilakukan masyarakat di tengah kota. Tentu saja wisata berbasis alam dan pelestarian lingkungan merupakan kegiatan yang menarik untuk dilakukan agar masyarakat dapat merasakan aktivitas berbeda dengan apa yang biasanya dilakukan.

Dalam mendukung kegiatan agrowisata juga dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk wisatawan, sarana dan prasarana yang diperlukan meliputi kemudahan transportasi menuju lokasi, pelayanan yang baik, akomodasi yang memadai, dan juga kesadaran masyarakat sekitar akan keberadaan agrowisata tersebut (Izzati, 2019).

Potensi Agrowisata

Di dalam agrowisata, antara pariwisata dan pertanian saling mengisi dan menunjang dalam meningkatkan sektor tersebut, serta dapat meningkatkan devisa komoditi non migas. Sebagai negara dengan sektor pertanian yang mendominasi, upaya peningkatan usaha pertanian dapat ditingkatkan secara terencana, hal ini merupakan potensi kuat yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik yang dapat dinikmati oleh masyarakat sebagai wisatawan (Utama, 2015). Beberapa potensi yang dapat dikembangkan dalam agrowisata di antaranya yaitu perkebunan, tanaman pangan atau hortikultura, peternakan, dan juga perikanan.

Potensi pertama yang dapat dikembangkan dalam agrowisata yaitu perkebunan dan pertanian. Sektor ini sangat berpotensi untuk dikembangkan karena di dalamnya terdapat kegiatan yang saling berkaitan, mulai dari pembibitan, penanaman, pemanenan, hingga pengolahan hasil perkebunan seperti padi, kakao, kopi, dan karet yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Potensi kedua yang dapat dikembangkan dalam agrowisata yaitu tanaman pangan atau hortikultura. Hortikultura meliputi tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman herbal. Kegiatan pada potensi hortikultura ini juga sama halnya seperti di sektor perkebunan. 

Di dalam potensi hortikultura ini pun diciptakan kondisi yang alami dan memperhatikan keindahan alaminya agar wisatawan merasakan suasana alami dengan kearifan lokal (Romadhon et al., 2015). Potensi ketiga yaitu peternakan. Potensi peternakan dapat berupa kegiatan seputar pemeliharaan ternak seperti pemberian pakan, memandikan ternak, membersihkan kandang ternak, pengolahan hasil ternak, hingga atraksi hewan ternak. Namun, sampai saat ini sektor peternakan dalam agrowisata belum memiliki standar khusus mengenai jenis atraksi hewan ternak yang tersedia (Rosita & Pratama, 2016). Meskipun demikian, hewan ternak yang umum terdapat di agrowisata yaitu ayam, kambing, sapi, dan domba. Potensi selanjutnya yang dapat dikembangkan dalam agrowisata yaitu perikanan. 

Pada sektor perikanan dapat dilakukan kegiatan berupa pemeliharaan, budidaya dan penangkapan. Pada sektor ini meliputi budidaya ikan air tawar, budidaya ikan air payau, dan juga budidaya ikan air asin. Selain itu, masih banyak potensi lain yang dapat dikembangkan dalam agrowisata. Adanya banyak potensi yang dimiliki oleh alam Indonesia menjadi suatu hal yang dapat dimanfaatkan secara bijaksana oleh masyarakat sekitar dan juga pemerintah setempat dalam mengembangkan wisata berbasis alam dan pelestarian lingkungan ini.

Manfaat Agrowisata

Agrowisata memiliki beberapa manfaat yang dapat dirasakan secara langsung, baik itu oleh wisatawan, masyarakat sekitar desa, dan juga pemerintah setempat. Manfaat dari agrowisata yaitu sebagai wadah untuk menyebarluaskan berbagai teknologi pertanian dalam arti luas kepada wisatawan, melestarikan lingkungan, meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitar, meningkatkan nilai keindahan pada lingkungan sekitar, dan sebagai sarana edukasi (Mayasari & Ramdhan, 2013).

 Agrowisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam agrowisata (Handayani, 2016). Masyarakat yang tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan agrowisata dapat meningkatkan penghasilannya dengan membuka rumah makan di sekitar lokasi agrowisata dan menyediakan angkutan ke lokasi agrowisata. Selain itu, manfaat lain dari agrowisata yaitu sebagai sarana dan solusi untuk lahan pertanian yang kian menyempit, serta merupakan bentuk dari pertanian berkelanjutan. Beberapa agrowisata yang ada di Indonesia yaitu Kebun Durian Warso Farm di Bogor, Agrowisata Rancabali di Bandung, Agrowisata Keboen Nogo Bululawang di Malang, Agrowisata Payangan di Bali, dan Agrowisata Sido Muncul di Semarang.

Simpulan

Agrowisata merupakan solusi yang baik untuk permasalahan lahan pertanian yang kian menyempit. Di dalam agrowisata terdapat beberapa jenis potensi alam yang dikembangkan dan menjadi daya tarik untuk wisatawan, mulai dari sektor pertanian, perkebunan, hortikultura, peternakan, hingga perikanan. selain itu, agrowisata memiliki manfaat seperti sarana edukasi, melestarikan lingkungan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.  

Daftar Pustaka

Handayani, S. (2016). Agrowisata Berbasis Usahatani Padi Sawah Tradisional Sebagai Edukasi Pertanian (Studi Kasus Desa Wisata Pentingsari). Habitat, 27(3), 133–138. https://doi.org/10.21776/ub.habitat.2016.027.3.15

 Hotimah, O. (2013). PEREMAJAAN KOTA UNTUK PERMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN: ANTARA STRATEGI DAN SOLUSI. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 13(1), 41–50. https://doi.org/10.21009/jimd.v13i1.9099 

Izzati, F. N. (2019). ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI BERBASIS MASYARAKAT AGROWISATA BELIMBING DI DESA NGRINGINREJO KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO. 

Komariah, N., Saepudin, E., & Yusup, P. M. (2018). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pariwisata Pesona, 3(2), 158–174. https://doi.org/10.26905/jpp.v3i2.2340 

Mayasari, K., & Ramdhan, T. (2013). Strategi Pengembangan Agrowisata Perkotaan. Buletin Pertanian Perkotaan, 3(1), 21–28. http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/agrowisata perkotaan vol. 3 no. 1 2013.pdf 

Moniaga, V. R. B. (2011). ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN. Moniaga.R.B. Vicky, 7(2), 61–68.

Romadhon, A. C., Suroto, W., & Iswati, T. Y. (2015). AGROWISATA HORTIKULTURA DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR. Arsitektura, 13. 

Rosita, & Pratama, T. H. (2016). PENGEMBANGAN POTENSI AGROWISATA (STUDI KASUS DI KPBS PANGALENGAN, BANDUNG, INDONESIA). Jurnal Manajemen Resort Dan Leisure, 12(2), 1–9. https://doi.org/10.17509/jurel.v12i2.1461 

Satria, D. (2009). STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS EKONOMI LOKAL DALAM RANGKA PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI WILAYAH KABUPATEN MALANG. 3, 37–47. 

Tati Budiarti, Suwarto, & Muflikhati, I. (2013). Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat pada Usahatani Terpadu guna Meningkatkan Kesejahteraan Petani dan Keberlanjutan Sistem Pertanian. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 18(3), 200–207. 

Utama, I. G. B. R. (2015). AGROWISATA SEBAGAI PARIWISATA ALTERNATIF (Issue April 2011).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun