Bahagia itu sederhana. Apalagi di zaman bocah yang sebagian besar saya habiskan pada era 90an. Masa di mana anak-anak bebas mengeksplorasi hal-hal sekitar untuk menciptakan permainan, termasuk menjadikan tanaman sebagai media bermain.
Kalau anak perempuan gemar bermain pasaran yang memanfaatkan berbagai jenis daun dan bunga, para anak laki-laki lebih suka membuat sebuah benda, misalnya saja mahkota dari daun nangka, senapan dari pelepah daun pisang, dan permainan lainnya.
Siapa sangka, dedaunan serta berbagai tanaman yang dulu sekadar media bermain atau bagi orang dewasa sebagai sumber pangan maupun pengobatan, kini bisa menjadi sebuah karya seni dalam dunia fashion yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah bahkan dolar.
Dari Dedaunan Kini Bisa Ciptakan Batik
Di sebuah kampung padat penduduk yang terletak di pusat Kota Jogja, saya bersama seorang kawan menjumpai rumah dengan bermacam jenis tanaman yang menghiasi bagian depannya.
Bukan hanya sebagai hiasan, rupanya tanaman-tanaman tersebut juga diambil daun-daunnya untuk digunakan sebagai bahan utama pembuatan batik.
Batik dari daun-daun? Iya. Berbeda dengan pembuatan batik tradisional yang menggunakan malam, jenis batik ini memanfaatkan bahan-bahan dari alam untuk dicetak pada kain. Mungkin teman-teman sudah familiar dengan jenis batik yang satu ini.
Proses menciptakan batik tersebut bernama ecoprint, yaitu mencetak atau mereplika tumbuhan pada kain untuk mendapatkan pola alami sesuai bentuk asli serta warna alam yang menarik.
Tak hanya daun, bagian lainnya dari tumbuhan pun bisa digunakan sebagai bahan ecoprint, seperti bunga, batang, serta ranting, dengan catatan kondisinya masih segar.