Sadar nggak, sih, kalau pada era transisi energi saat ini, peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan telah mengalami perubahan signifikan. Termasuk perihal pengelolaan energi dalam lingkup rumah tangga, yang bisa dikatakan merupakan langkah krusial sebagai ikhtiar menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Beberapa tahun terakhir, penggunaan energi terbarukan untuk pengganti dari pemakaian sumber energi berbasis fosil semakin berkembang, dan ibu-ibu rumah tangga memainkan peran penting dalam memanfaatkan energi ramah lingkungan ini dari wilayah kekuasaannya masing-masing.
Pengelolaan Energi dan Penggunanan Teknologi Energi Terbarukan di Rumah Tangga
Sebagai seorang ibu, secara tidak langsung perempuan berada di garis depan pengambil keputusan terkait bagaimana menggunakan energi di "markasnya". Para ibu bertanggung jawab atas pilihan dan pemakaian beragam alat rumah tangga yang hemat energi, mengelola konsumsi energi untuk kebutuhan sehari-hari, serta menerapkan cara lainnya yang mendukung penghematan energi.
Kesadaran para ibu terhadap pentingnya energi terbarukan menjadi kunci dalam mendorong adopsi teknologi. Iya, karena tak mungkin hanya mengandalkan energi berkelanjutan murni dari alam seperti sinar matahari dan embusan angin. Dalam hal ini, pemanfaatan teknologi tetap dibutuhkan.
Nah, ibu-ibu ini paham banget kalau penggunaan energi terbarukan tidak sekadar mengurangi pengeluaran rumah tangga alias ngirit dalam jangka panjang, tetapi juga membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Mereka keren, kan.
Tak heran jika kian banyak perempuan kemudian memilih serta memasang panel surya untuk kebutuhan listrik rumah tangga. Panel surya merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang mampu mengurangi jejak karbon, paling mudah diakses, dan dapat dipasang di rumah dengan biaya yang relatif terjangkau.
Selain beralih pada panel surya, seorang ibu juga berperan dalam penggunaan alat-alat rumah tangga yang menggunakan energi terbarukan. Misalnya saja pemanas air tenaga surya (solar water heater) dan kompor biomassa. Solar water heater menggunakan energi matahari melalui panel surya guna memanaskan air, hal ini bisa mengirit penggunaan gas ataupun listrik. Sedangkan kompor biomassa, menggunakan bahan bakar alami seperti kayu atau sisa-sisa pertanian untuk memasak yang lebih ramah lingkungan.
"Bergosip" Juga Mampu Mengubah Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Energi
Tak selamanya gemar bergosip di kalangan ibu-ibu kompleks itu selalu negatif. Dari kebiasaan suka membicarakan apa saja, informasi serta edukasi mengenai manfaat dan pentingnya energi terbarukan pun bisa tersebar antar ibu-ibu. Mereka dapat berbagi informasi tentang tips pengiritan energi, share rahasia merek peralatan rumah tangga yang hemat energi, serta penerapan hal-hal sederhana yang bisa turut menjaga lingkungan.
Keterlibatan perempuan mengembuskan "gosip" tentang lingkungan, dapat berdampak pada meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya energi terbarukan, juga mendorong perubahan perilaku masyarakat.
Dalam banyak kesempatan, perempuan pun mampu memimpin kelompok atau komunitas yang fokus pada isu-isu lingkungan, termasuk penggunaan energi terbarukan. Mereka mengorganisir workshop, seminar, dan diskusi untuk memperkenalkan teknologi energi terbarukan dan memberikan pelatihan tentang penggunaannya secara  efektif.
Perempuan dan Kelompok Rentan dalam Menghadapi Tantangan Mewujudkan Transisi Energi Adil
Siapa sajakah yang dimaksud kelompok rentan? Dalam hal ini, masyarakat miskin dan masyarakat pedesaan adalah contoh kelompok yang kerap menghadapi tantangan besar dalam akses terhadap energi.
Oxfam sebagai organisasi yang berfokus pada keadilan sosial dan ekonomi, mendukung usaha pemerataan dengan mempromosikan transisi energi yang inklusif dan adil. Organisasi tersebut bekerja sama dengan perempuan di komunitas rentan dengan tujuan meningkatkan akses terhadap teknologi energi terbarukan. Instalasi panel surya di desa-desa terpencil, pelatihan keterampilan teknis untuk perawatan perangkat energi terbarukan, serta penyediaan kompor biomassa dan kompor biogas yang lebih efisien merupakan beberapa proyek yang telah dilakukan.
Lagi-lagi, perempuan memiliki peran penting dalam memastikan bahwa transisi menuju energi terbarukan tidak hanya dapat dinikmati oleh mereka yang mampu, tetapi juga oleh kelompok yang paling membutuhkan dan yang paling terdampak oleh perubahan iklim maupun ketidaksetaraan energi.
Manfaat Positif Penggunaan Energi Terbarukan oleh Perempuan
Meski kadang terlihat sepele, penggunaan energi terbarukan oleh ibu-ibu dalam rumah tangga memiliki pengaruh positif yang penting, lho.
1. Mengurangi emisi karbon dan dampak lingkungan yang merugikan. Dengan mengadopsi teknologi seperti panel surya dan kompor biomassa dalam rumah tangga, maka akan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil dan meminimalisasi jejak karbon yang dihasilkan.
2. Penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi biaya listrik rumah tangga dalam jangka waktu yang panjang. Memang, investasi awal pengadaan tekonologi tersebut tidaklah murah bagi beberapa keluarga, tetapi penghematan biaya listrik yang dihasilkan dapat dirasakan dalam jangka waktu tertentu. Pada akhirnya, kondisi ini bisa membantu meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi beban finansial yang dihadapi banyak keluarga.
3. Ibu-ibu yang mengupayakan penggunaan energi terbarukan juga dapat memberdayakan diri sendiri, komunitas, dan kelompok rentan di sekitarnya. Dengan mengambil peran aktif dalam pengelolaan energi, perempuan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, serta menjadi agen perubahan, apalagi didukung oleh organisasi seperti Oxfam yang memiliki visi-misi memerangi kesenjangan guna mengakhiri kemiskinan dan ketidakadilan.
Banyak yang lebih suka berdaster dalam kesehariannya dan merasa tak memiliki peran penting di luar keluarganya, ternyata para ibu merupakan superhero dalam memanfaatkan energi terbarukan di rumah tangga. Dari pengelolaan energi, penggunaan teknologi ramah lingkungan, hingga "bergosip" atau sharing informasi tentang lingkungan pada masyarakat sekitar.
Ada anggapan bahwa perempuan itu makhluk lemah, apalagi ruang geraknya terbatas. Jangan keliru, sesempit apa pun ruang gerak seorang perempuan, ia bisa menyelamatkan jagat raya.
Walaupun seolah "kecil", dampak positif dari penggunaan energi terbarukan di tingkat rumah tangga mampu berkontribusi besar pada upaya global demi mengurangi emisi karbon dan menjaga kelestarian Bumi. Kita pun dapat menyongsong masa depan yang lebih berkelanjutan dengan transisi energi adil bagi semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H