Jauh sebelum desa wisata bermunculan di berbagai daerah Indonesia sebagai wujud pariwisata alternatif dan ekonomi kreatif, di kaki Gunung Telomoyo Jawa Tengah telah ada sebuah desa wisata yang mulai dirintis sejak tahun 2012. Desa wisata tersebut ialah Dusun Tanon, yang berada di Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Impian yang Bukan Sekadar Mimpi di Siang Bolong
Berawal dari mimpi seorang Trisno, pemuda pertama di dusunnya yang berhasil meraih gelar sarjana. Usai menamatkan pendidikan di Jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, pemuda kelahiran 12 Oktober 1981 itu merasa harus kembali ke tempat kelahirannya yang memiliki tingkat kemiskinan di atas rata-rata.
Trisno yang sehari-hari akrab disapa sebagai Kang Tris tersebut memiliki mimpi agar para pemuda di desanya tak lagi menjadi buruh di tempat lain. Ia ingin mereka bisa berdikari di tempat asalnya sendiri. Sebagian besar penduduk Dusun Tanon bermata pencaharian sebagai peternak sapi perah dan petani. Namun, Trisno ingin membuat perubahan, dengan lebih memilih fokus mengembangkan dusunnya supaya beralih di bidang pariwisata.
Ia menawarkan serta mengajak para warga untuk sadar wisata dengan mengolah dan mengembangkan dusun mereka menjadi sebuah destinasi wisata. Desa wisata rintisan Trisno awalnya bernama Desa Wisata Tanon, tetapi rupanya di kabupaten lain ada nama daerah yang sama dan sudah tersohor sebagai tempat wisata juga. Orang-orang yang ingin ke Desa Wisata Tanon juga tak jarang keliru haluan.
Branding Baru Menjadi Desa Menari
Lantas, usaha untuk membuat branding baru pun dilakukan Trisno. Hingga kemudian, munculah nama Desa Menari. Nama tersebut dirasa pas dan lebih menunjukkan karakter Tanon sebagai dusun dengan warganya yang telah turun-temurun menjadi pelaku dan pelestari kesenian tari. Menari juga merupakan sebuah akronim dari "Menebar Harmoni Merajut Inspirasi Menuai Memori".
Selain itu, nama Desa Menari lebih mudah dikenal dan dikenang dalam memori orang yang pernah singgah. Para wisatwan yang berkunjung ke Desa Menari akan disajikan berbagai kesenian, di antaranya adalah Tari Topeng Ayu, Kuda Debog, Kuda Kiprah, serta Warok Kreasi yang dibawakan oleh warga setempat dari berbagai kalanngan usia, orang tua hingga anak-anak.
Dalam tiga tahun awal perjalanannya, desa wisata yang dirintis oleh Trisno itu telah menghasilkan pundi-pundi rupiah yang mencapai hingga 250 juta. Jumlah tersebut belum termasuk pendapatan perorangan yang dihasilkan dari penjualan produk mereka. Sudah dipastikan, dengan keberadaan Desa Menari maka akan mampu meningkatkan perekonomian dan menyejahterakan warga setempat, karena kemudian muncul pasar tiban yang menjual berbagai produk olahan berbasis susu sapi.
SATU Indonesia Awards Membuat Trisno Kian Semangat Mengembangkan Desa Wisata