Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Menuntaskan Rindu Nonton Wayang Wong di Keraton Yogyakarta, Terselip Pesan Moral dalam Lakonnya

28 Agustus 2023   08:17 Diperbarui: 30 Agustus 2023   16:00 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabu Boma Narakasura, Prabu Kacanegara, dan Bambang Pamegat Tresna mendengarkan pesan yang dibawa Prabu Kresna (dok. pribadi)

Sudah sepekan berlalu, tetapi rasanya tak ingin move-on alias gamon dari momen kembali mengunjungi Keraton Yogyakarta, tepatnya di Area Kedhaton yang kawasan ini bisa disebut sebagai living museum.

Memang, belum lama dari jeda terakhir kali saya mengunjungi Kedhaton sebagai "turis". Kalau tak keliru, pada November 2022 manakala ada Konser Musikan. Namun, saat itu tidak terlalu mengeksplorasi areanya. Selepas menyaksikan konser, hanya memasuki Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menurut saya bangunannya sangat indah.

Rindu Menikmati Pagelaran Wayang Wong

Beberapa kali ke Bangsal Srimanganti untuk menikmati pagelaran wayang wong dalam rangka pembukaan atau penutupan pameran temporer, membuat saya berkeinginan menyaksikan pentas wayang wong pada siang hari, dalam Pentas Paket Wisata Srimanganti yang dihadirkan Keraton Yogyakarta setiap harinya (kecuali Senin, museum tutup).

Terniat, tujuan utama ke keraton untuk nonton wayang wong (dok.pribadi)
Terniat, tujuan utama ke keraton untuk nonton wayang wong (dok.pribadi)

Sebenarnya, Juli kemarin saya sempat menyaksikan wayang wong di nDalem Kaneman yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta bersama Sanggar Tari Yayasan Siswa Among Beksa (YSAB), dengan lakon "Jabang Tetuka". Sayangnya hanya sekejap, tak sampai tamat. Kawan-kawan saya keburu mengantuk dan bosan. Bagi yang tidak terbiasa, menonton wayang wong memang dapat menimbulkan kejemuan. Tak mengapa. Lagipula, saya inginnya menonton di Bangsal Srimanganti, pada siang hari. Jadilah, rindu ini masih terus berlanjut.

Niat berbulan-bulan, baru kesampaian hari Minggu lalu (20/8). Senang sekali, bisa menikmati wayang wong lagi di Bangsal Srimanganti. Pentas ini hanya ada setiap Sabtu dan Minggu, bergantian dengan dengan pentas lainnya yang berupa uyon-uyon dan tari klasik, wayang kulit, wayang golek, serta macapat.

Jalan Cerita Lakon Kikis Tunggarana

Karena durasinya tak terlalu lama, maka wayang wong yang dipentaskan adalah sebuah fragmen. Kalau pagelaran wayang wong utuh biasanya berlangsung sekitar tiga jam atau lebih, fragmen ini semacam potongannya, hanya sekitar 60 hingga 90 menit.

Pekan lalu, fragmen yang ditampilkan berjudul (lakon) "Kikis Tunggarana". Mungkin, lakon ini memiliki beberapa versi cerita, tetapi yang dipentaskan di keraton mengisahkan perebutan sebuah kadipaten kecil bernama Tunggarana yang terletak di antara Kerajaan Trajutrisna yang dipimpin Prabu Boma Narakasura atau Raden Sitija dan Kerajaan Pringgadani milik Prabu Kacanegara atau Raden Gatotkaca. Masing-masing kerajaan merasa berhak memiliki wilayah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun