Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pandemi Mempercepat Evolusi Keuangan Digital, Kini dengan Diam di Rumah Semua Bisa Selesai

3 November 2020   10:10 Diperbarui: 3 November 2020   10:26 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Holycow Ready to Cook, langkah kreatif Holycow Grup untuk bisa bertahan di tengah pandemi (sumber gambar: Holycow)

Siapa menyangka, tahun 2020 yang disambut dengan penuh sukacita dan harapan, ternyata malah memberikan kejutan tak terduga bagi seluruh warga dunia.

Awalnya, kejutan ini memang terasa tak adil serta membuat marah dan kecewa. Seiring berjalannya waktu, tak mungkin kita terus terperangkap dalam perasaan tersebut. Hidup akan tetap berjalan, meski pandemi yang menjadi kejutan tadi masih mengancam.

Adanya pandemi Covid-19 yang khususnya mulai merebak di Indonesia pada Maret 2020 lalu membuat semua hal yang telah direncanakan menjadi berantakan.

Gaya hidup kita berubah seketika. Biasanya bebas melakukan aktivitas di luar rumah yang secara langsung atau tidak langsung melibatkan interaksi dengan orang lain, kini jadi harus dihindari.

Bekerja dilakukan dari rumah, menuntut ilmu ditempuh dengan duduk manis di rumah, ibadah pun juga cukup butuh kekhusyukan di dalam rumah.

Bahkan sudah tujuh bulan ke belakang ini, aktivitas yang biasanya dilakukan orang sebagai refreshing seperti berwisata, kumpul-kumpul bersama teman, bahkan sekadar belanja pun dibatasi.

Keadaan tersebut sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian dan keuangan di Indonesia. Meski nyaris mengalami kejatuhan, roda perekonomian harus terus berputar.

Hal inilah yang kemudian dibidik oleh dunia perbankan untuk semakin berinovasi pada layanan digital. Dan beberapa hari lalu, saya berkesempatan mengikuti Kompasiana Kopiwriting bersama Maybank yang mengangkat tema "Indonesia di Era Ekonomi dan Keuangan Digital".

Digelar secara virtual, acara yang diikuti oleh sekitar 30 blogger serta vlogger Kompasiana ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Bapak Michel Hamilton selaku Chief Strategy, Transformation & Digital Officer Maybank; Bapak Ditto Prabowo yang memiliki posisi Head Digital Banking Product & Strategy Maybank; dan Mbak Lucy Wiryono, seorang public figure yang juga merupakan pemilik Holycow Group.

Segalanya Ada di Ujung Jari Anda

Digitalisasi dalam bidang keuangan sebenarnya bukan hal yang baru. Sebelum adanya pandemi, transaksi online banking sudah banyak digunakan, terutama oleh kalangan milenial.

Orang-orang yang sebelumnya enggan bertransaksi digital karena merasa ada ketakutan dan kurang yakin pun kini perlahan-lahan mulai beralih pada digital untuk bertransaksi.

Mereka yang awalnya terpaksa, akhirnya menjadi nyaman dan ketagihan, sehingga box ATM mulai jarang disambangi, kartunya juga nyaris terlupakan, kecuali memang sedang butuh uang tunai.

Semua kendali ada di ujung jari (sumber gambar: money.kompas.com)
Semua kendali ada di ujung jari (sumber gambar: money.kompas.com)
Menurut Bapak Michel Hamilton, digitalisasi menciptakan dunia tanpa batas, sehingga memunculkan bisnis-bisnis jenis baru, bahkan yang sebelumnya tidak terpikirkan.

Kini pulsa tak hanya sebagai sarana bagi ponsel agar bisa digunakan untuk menelepon atau mengirim pesan, tetapi juga bisa digunakan sebagai alat pembayaran. E-commerce pun kini tak hanya menyediakan ruang untuk jual-beli, mereka juga menyediakan layanan kredit.

Masih menurut Bapak Michel, di era yang semuanya serba digital ini, loyalitas pada brand tertentu mulai menurun. Orang-orang tak terpaku pada satu brand saja. Mana yang lebih menguntungkan atau mampu memenuhi kebutuhan, itulah yang akan dipilih.

Melihat kebutuhan para pelanggan atau nasabah dari berbagai segmen pada masa pandemi yang mengharuskan menghindari kontak fisik ini, kemudian diperkenalkan aplikasi M2U oleh Maybank Indonesia yang sebenarnya telah diluncurkan sejak setahun lalu.

Namun, dengan adanya berbagai fitur baru, aplikasi ini akan semakin memudahkan kehidupan para penggunanya, terutama dalam hal transaksi keuangan.

"Everything at your fingertips."

Segalanya jadi lebih mudah, bisa dilakukan hanya dengan menggerakkan jari-jemari tangan saja, sembari rebahan tentunya.

Di M2U juga kita bisa mendapatkan layanan pengaturan keuangan yang sangat mudah dan bisa dilakukan oleh siapapun. Sekali lagi, semua hal tersebut ada dalam kendali ujung jari saja, tanpa harus berpindah tempat, apalagi harus ke bank.

Dengan Diam di Rumah Saja, Bersama M2U Semua Bisa Selesai

Dengan aplikasi ini selain sebagai sarana memindahkan uang dari rekening satu ke rekening lainnya alias transfer, bisa juga untuk melakukan berbagai macam pembelian dan pembayaran secara online.

Selain itu M2U pun bisa digunakan untuk melakukan pembayaran secara langsung tanpa perlu mengeluarkan uang tunai sedikit pun, yaitu dengan cara scan QR code yang dimiliki oleh para merchant.

Lantas apa yang menjadikan M2U ini istimewa dan berbeda dengan aplikasi-aplikasi sejenis? Di M2U kita bisa melakukan financial management.

Dengan layanan MyPlan dari M2U kita bisa memilih jenis perencanaan keuangan sesuai dengan yang dibutuhkan. Contoh paling simpel adalah deposito jangka pendek yang mungkin akan digunakan untuk membeli gadget atau biaya liburan.

Selain dengan menabung dalam bentuk deposito, di M2U juga bisa berinvestasi dengan reksa dana. Semuanya tersedia lengkap, mulai dari membeli, top-up, dan menjual reksa dana pun bisa dilakukan. Kita bisa memulainya cukup dengan Rp100 ribu saja.

Benarkah menabung atau investasi itu berat? (sumber gambar: Maybank)
Benarkah menabung atau investasi itu berat? (sumber gambar: Maybank)
Siapa bilang menabung dan investasi itu berat? Mulai, deh, dari mengalihkan biaya ngopi atau jajan yang per hari bisa mencapai hingga Rp50 ribu untuk diinvetasikan.

Selama ini mengeluarkan uang sebesar itu tidak terasa berat, padahal kalau dikumpulkan dalam satu bulan saja, jumlah tersebut termasuk besar dan jika ditabung rutin dalam jangka 30 tahun ke depan bisa menjadi dana pensiun berjumlah hingga 1 miliar. Wow!

Caranya bagaimana? Tips dari Bapak Ditto, begitu ada uang masuk atau mendapatkan gaji, harus langsung disisihkan sekian persen untuk diinvestasikan atau ditabung.

Jangan fokus ke pengeluaran dulu, karena uang akan selalu kurang berapa pun jumlahnya. Dan kalau tidak disisihkan dulu, keberadaannya bak pembalap yang lewat di depan mata, langsung melesat seketika kemudian  menghilang dari pandangan.

Serasa punya asisten dan financial planner pribadi tanpa perlu membayar jasanya, kan? Yang seperti ini harus banget dimanfaatkan demi kehidupan yang lebih baik dan terjamin di masa mendatang. Hal ini sesuai dengan semangat Maybank Indonesia yang ingin membantu perjalanan hidup nasabah mulai dari bekerja hingga pensiun.

Penasaran tentang aplikasi M2U ini? Teman-teman bisa mendapatkan gambarannya di video berikut ini. Ke depannya, Maybank Indonesia akan terus berinovasi dan terus menambah fitur-fitur yang lebih menguntungkan dan mempermudah nasabah dalam bertransaksi keuangan.

Teknologi Digital Membantu Bertahan di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia sejak awal 2020 membuat sektor bisnis mengalami keterpurukan hampir di semua bidang, termasuk bisnis kuliner.

Mbak Lucy Wiryono bersama suaminya sebagai pemilik usaha Holycow Group pun turut merasakan.  Rencana pembukaan 10 outlet baru dan tingginya target penjualan yang disusun sebagai resolusi 2020 pun buyar karena pandemi.

Holycow! Steakhouse by Chef Afit merupakan usaha kuliner yang khusus menyediakan steak dengan kualitas serta cita rasa yang tak perlu diragukan lagi.

Tantangan yang muncul pada masa pandemi ini adalah bagaimana cara agar usahanya bisa terus berjalan sementara pemerintah memberlakukan pembatasan sosial yang salah satunya memberlakukan larangan makan di tempat untuk para pengusaha kuliner.

Hal tersebut sangat berimbas pada pendapatan Holycow, omset turun hingga 80% sementara biaya operasional justru bertambah karena harus menerapkan protokol kesehatan.

Dalam kondisi seperti itu, para pengusaha dituntut untuk tetap kreatif kalau tak ingin jatuh dan susah untuk bangkit lagi.

Begitu pun yang dialami oleh Holycow, demi bisa mempertahankan para karyawan agar tidak dirumahkan dan menutup biaya operasioanl, sang suami memiliki ide menciptakan Holycow Ready to Cook yang kemudian dipasarkan secara digital di marketplace.

Target awal tahun pun berubah, bukan lagi untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, tetapi bagaimana cara agar bisa bertahan hingga pandemi usai.

Holycow Ready to Cook, langkah kreatif Holycow Grup untuk bisa bertahan di tengah pandemi (sumber gambar: Holycow)
Holycow Ready to Cook, langkah kreatif Holycow Grup untuk bisa bertahan di tengah pandemi (sumber gambar: Holycow)
Sedangkan untuk penjualan secara langsung, kini Holycow juga menerapkan digitalisasi dalam pelayanannya.

Salah satunya, memilih menu tak lagi dilakukan menggunakan buku fisik, melainkan menyediakan QR code yang bisa di-scan pelanggan sehingga pilihan menu akan muncul pada smartphone. Hal yang sama juga diterapkan untuk pembayarannya.

"Digital banking tidak bisa dipisahkan dari hidup kita."

Sebelum adanya pandemi, Mbak Lucy sudah tak bisa lepas dari yang namanya cashless. Bayar cicilan, bayar tagihan supplier, gaji karyawan, dan sebagainya dilakukan menggunakan transaksi perbankan online.

Pandemi yang terjadi membuat berbagai lini kehiduan banyak berubah dan memaksa setiap orang untuk lebih adaptif, termasuk dalam penggunaan metode digital di berbagai bidang jika ingin terus bertahan.

Webinar Kompasiana bersama Maybank (sumber gambar: dok. pribadi)
Webinar Kompasiana bersama Maybank (sumber gambar: dok. pribadi)
Pada akhir pertemuan, Pak Michel menyampaikan bahwa dengan adanya teknologi digital menjadikan roda perekonomian Indonesia terus berputar dan kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan transaksi keungan tidak akan terhenti meski dalam kondisi pandemi.

Mbak Lucy menambahkan, untuk menghadapi pandemi ini nafas kita harus panjang, dan selalu terbuka pada perubahan, dengan begitu kita semua bisa bertahan. 

Jaga kesehatan selalu, teman-teman. Semoga kita bisa melewati pandemi ini hingga usai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun