Ketika kemudian Emak mau-tak mau harus turut serta membantu Abah untuk mendapat penghasilan tambahan, Abah yang biasanya sabar serta tegar, pada satu titik merasa bersalah dan gagal sebagai laki-laki karena telah membuat istri dan anak-anaknya menderita.
Ada sebuah adegan, yang menurut saya merefleksikan pentingnya penyaluran emosi seorang laki-laki untuk mengurangi beban serta rasa bersalah yang dirasakannya. Dua jempol terangkat untuk akting Ringgo Agus Rahman yang begitu menghayati perannya, membuat lupa kalau selama ini ia lekat dengan peran-peran konyol.
Kebersamaan dan kekompakan yang dibentuk oleh Abah dan Emak sejak awal pernikahan (mungkin), kemudian diterapkan juga pada anak-anaknya, Euis dan Ara, membuat keluarga ini memiliki kekuatan berupa saling mendukung dan menyemangati satu sama lainnya ketika kehidupan tak lagi 'bahagia', jika kebahagiaan itu hanya diukur dengan materi.
Namun tidak bagi keluarga kecil ini, kebahagiaan tak melulu diukur dengan banyaknya materi. Pada awalnya memang sulit bagi mereka, harus menjalani kehidupan yang berubah drastis, dari yang serba berlimpah menjadi serba kekurangan.
Di sini juga tak apa
asalkan saling punya
Begini juga tak apa
karena kita bersama
Percaya saja akhirnya
Satu hari nantinya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!