Mohon tunggu...
Git Agusti
Git Agusti Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger Cianjur

Suka menulis apapun yang diinginkan untuk ditulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jakarta [Tak Lagi Terasa] Jauh Karena CLICKompasiana

11 Agustus 2019   00:57 Diperbarui: 11 Agustus 2019   07:48 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama kompasianers

Tring!
Suara pendek penanda pesan pemberitahuan dari aplikasi biru berlogo F muncul di jendela gawai. "Seseorang menyebut Anda di postingan yang Anda ikuti", begitu kira-kira isinya. 

Penasaran, lantas mengikuti link yang merupakan undangan untuk acara dari CLICKompasiana.

Seperti acara di Puncak, ini tentunya juga menyenangkan. Apalagi diselenggarakan di TMII. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Dalam satu kesempatan bisa menimba ilmu sekaligus rekreasi.

Registrasi dilakukan. Istri dan anak ternyata boleh diikutkan, Alhamdulillah.

***

Kamis, 1 Agustus 2019, setelah menunaikan tugas mengajar di sekolah yang selesai pada pukul 15.00, kemudian menuju rumah untuk bersiap dan pada jam 5 sore hari kami memulai perjalanan pertama untuk menuju rumah saudara di Bandung. Sekitar 70 km. Jarak yang lumayan untuk jalur transportasi daerah. 

Syukur, beberapa sesi stop and go untuk solat, istirahat dan makan, sampailah sekitar pukul 20.30 di peristirahatan pertama. Take a rest, happy weekend.

Seperti biasa, untuk perjalanan seperti ini membutuhkan setidaknya 1 malam di tempat persinggahan untuk melanjutkan keesokan harinya.

***

Jum'at, 2 Agustus 2019, penuh sukacita karena keinginan untuk ikut acara ini, apalagi antusiasme si kecil ingin sekali pergi ke TMII. Setelah solat subuh bersiap dengan satu ransel carrier (kaya mau naik gunung padahal mau turun gunung nih), 1 tas pinggang dan 1 ransel kecil dibawa istri. Perhitungan jarak dan kondisi trafik selama perjalanan sering tidak sesuai harapan karena macet. Memutuskan untuk menakar efisiensi waktu dengan transportasi yang cepat. Memesan satu mobil dengan layanan aplikasi angkutan online tujuan pemberhentian bus Bandung-Jakarta. Kami naik bus berfasilitas lumayan nyaman sampai ke Jakarta.

Sesampainya di TMII pukul 10.50, beruntunglah dipertemukan dengan Kompasianer dari Cianjur juga, keluarga Teh Okti. Sampai bersamaan meski mengambil jalur yang berbeda, kok bisa ya?.

Memanfaatkan kesempatan berfoto latar ikon TMII, menyimpan gambar untuk dokumentasi pribadi. Menuju Graha Wisata TMII untuk registrasi ulang dan menuju mesjid terdekat menunaikan shalat Jum'at.

***

Seusai shalat Jum'at, Bunda Muthiah selaku panitia memanggil peserta pelatihan (sekitar 40 orang dari ragam kota) segera menyelesaikan check in sebelum acara dimulai pada pukul 14.00. Alhamdulillah, meja melingkar dengan satu sisi untuk pemateri. Formasi ini komunikatif untuk sebuah acara dan terbukti.

Bissmillahirrohmanirrohim.

Kendali pengeras suara berada di tangan seorang sastrawan senior. Ialah Fanny Jonathans Poyk, yang  merupakan penulis yang diketahui berkelahiran Bima, Nusa Tenggara Timur. Pelangi di Langit Bali dan Sayonara Narkoba adalah sebagian dari deretan karya-karyanya. Berseliweran menghiasi rubrik sastra di beberapa media. Dirindukan oleh pembaca setia jahitan pena beliau.

Melalui mode sharing dan diskusi yang menyenangkan, banyak hal yang menjadi poin penting untuk bekal kepenulisan terlebih dalam hal ini adalah tentang bagaimana membangun sebuah cerita pendek agar memiliki isi yang menarik dan dapat unggul di tengah persaingan dalam mendapatkan perhatian pembaca dan redaktur dari sebuah media massa untuk publikasi karya.

Diantaranya adalah bagaimana cara membangun sebuah kalimat untuk dijadikan judul dari sebuah cerita pendek. Pemilihan, pemakaian dan penggabungan kosakata untuk sebuah judul harus diputuskan dengan pertimbangan atas hubungan yang kuat dengan isi dari cerita pendek itu sendiri. Judul yang clickbait seringkali menjadi bumerang bagi si penulis ketika bertentangan atau tidak memuaskan dari pembaca yang "tertipu" dengan judul yang tersemat.

Berlanjut pada pembahasan menyinggung tentang masalah klasik dari penulis pemula yang seringkali terbatasi oleh perbendaharaan kosakata yang sedikit. Menurut Fanny J. Poyk, banyak membaca adalah kuncinya. Dengan banyak membaca karya dengan genre yang sejalan dapat memperbanyak kosakata sehingga dapat memperkuat isi tulisan agar semakin menarik dan memanjakan bagi para penikmat alur cerita yang seringkali menginginkan sentuhan yang membuat mereka merindukan karya-karya selanjutnya.

Apalagi?

Pendalaman tema dari sebuah cerita yang disuguhkan merupakan salahsatu komposisi penting dari sebuah hidangan cerita pendek. Menggunakan sudut pandang yang sesuai dengan sisi yang dijadikan penulis sebagai titik mulai si pembaca untuk menikmati cerita agar terasa begitu nyata melalui penjiwaan dari satu atau banyak tokoh yang terdapat dalam cerita pendek.

Yang tak kalah penting adalah sisi edukasi kepada pembaca (apalagi jika sasarannya adalah pembaca muda). Pendidikan tata bahasa yang baik dan benar menjadi sebuah hal yang fardhu. Penulis dituntut untuk dapat menyajikan sebuah alur cerita yang disampaikan melalui rangkaian kata-kata yang tak berbenturan dengan kaidah bahasa yang ada. Ini merupakan tanggungjawab yang tak dapat lepas dari seorang penulis.

Di lain sisi, sebuah sikap konsistensi dibutuhkan agar seorang penulis dapat menjadi sosok yang dikenal lalu kemudian dirindukan untuk setiap tulisannya. Setiap penulis memiliki genrenya masing-masing, begitupun pembacanya. Akan sangat mengherankan ketika seorang penulis yang dikenal oleh penggemarnya sebagai penulis bernuansa merah muda kemudian pamer karya berbau politik yang sama sekali bukan salahsatu bahan yang ada di rak bumbu kepenulisannya.

Yang terakhir, beliau mengingatkan kepada para peserta yang sedang atau ingin memasuki dunia penulis lebih dalam agar tetap konsisten dan disiplin pada kerangka awal dari sebuah cerita yang akan ditulis. Agar isi dari cerita tidak berputar-putar pada suatu titik sedangkan titik lain yang harusnya menjadi menarik terabaikan padahal dapat menjadi daya tarik jika dikembangkan.

Dua jam tidak terasa. Ini karena materi dan penyampainya yang menyenangkan. Tak lupa kami berterimakasih, disusul dengan sesi yang tak boleh hilang dalam suatu kesempatan, foto bersama untuk sebuah kenangan.

***

Lepas coffee break. Kita lanjutkan.

Berjumpa dengan yang ingin dijumpai semenjak mengenal Kompasiana. Mas Iskandar Zulkarnain yang sering para senior Kompasianer memanggilnya dengan Mas Isjet. Sosok muda yang merupakan Co-Founder Kompasiana pada masanya.

Membawa tema tentang Literasi Digital dan Content Marketing, sesi kedua semakin menarik untuk diikuti. Karakter dan genre yang dijadikan sebagai identitas merupakan sebuah kartu yang senantiasa harus dipegang teguh oleh seorang penulis termasuk blogger dan content writer. Hal ini merupakan sebuah warna yang dijadikan branding baik oleh seorang blogger maupun si calon klien yang akan mencari sosok yang diinginkan untuk pengenalan produk yang dimilikinya melalui penyematan pada karya tulisannya di ragam media.

Banyak cara dilakukan, mulai dari mode hard selling yang frontal hingga soft selling yang seringkali menjadi pilihan. Originalitas, flexibilitas, kesabaran hingga konsistensi waktu yang menguntungkan kedua belah pihak merupakan prinsip yang dapat dijadikan dasar dalam content marketing.

Termasuk dalam hal keamanan bagi media yang menjadi tempat dimana "etalase" dipampangkan, yang seringkali menginginkan agar blogger memiliki etika dan sopan santun yang tinggi dan senantiasa dijaga untuk kenyamanan dari gangguan gugatan pihak yang merasa dirugikan. Sebelas duabelas dengan kesopan santunan, plagiarisme merupakan hal yang haram dilakukan. Jiplak sana sini pada akhirnya menjadi pistol berpeluru penuh yang mengarah ke kepala kita sendiri. Bahaya sih!
Waktu telah tiba di perhentian. Sesi tanya jawab. Lepas dari banyak pertanyaan dari kami yang dengan santai dijelaskan, berfoto bersam, beliau berpamitan. See you next time, Sir.

***

Sudah habiskah?

Belum.

Masih ada pemateri terakhir malam ini.
Pak Isson Khaerul, yang merupakan Direktur dari Program Persatuan Penulis Indonesia (PPI). Saya mengenal dalam tulisannya yang bertema ekonomi, bersilaturahmi pertama kali di Bogor kemudian berjumpa kembali disini.

Alhamdulillah.

Wawasan tentang perilaku literasi digital masyarakat dengan perkembangan ekonomi. Menurutnya, ini sangat berkaitan, kami mengamininya. Banyak celah bisnis berkaitan dengan konten digital. Ada pengaruh yang besar untuk sebuah literasi dengan tumbuhkembang ekonomi. Pelaku pasar seringkali memanfaatkan para penulis di bidang ekonomi baik daring maupun konvensional. Disinilah penulis berperan, tentunya diperlukan pengembangan diri dan wawasan agar tulisannya dapat dijadikan rujukan dan dipercaya.

Terimakasih Pak, sangat bermanfaat.

Pukul 21.00 lebih, para peserta dipersilahkan untuk beristirahat, menuju dunia fantasi, sebelum Pulau Reklamasi (Pulau Maju ya)

***

Selamat pagi...
Tiba saatnya untuk packing alat bekal perjalanan. Kembali masuk ke dalam carrier. Memastikan tak satupun tertinggal. Semalam kami diingatkan bahwa pagi merupakan waktu terakhir kami di Graha Wisata Remaja TMII.

Pukul 08.00 WIB telah sampai di Pulau Maju. Memasuki pulau ini pandangan tak lepas dari deretan bangunan yang tertata dengan rapi. Sepertinya tempat ini merupakan kawasan yang dibangun untuk menjadi pusat bisnis dan hunian. Pembangunan masih dilakukan di beberapa titik yang terjangkau pandangan. Foodcourt ada namun belum satu pun buka, mungkin sore menjelang malam.

Karena masih pagi, dapat dijumpai banyak orang beraktivitas olahraga di bawah matahari pagi. Mereka yang sepertinya telah tinggal di kawasan ini. Beberapa truk kecil berwarna kuning yang mengangkut pekerja bangunan hilir mudik mengantarkan mereka ke lahan kerja masing-masing.

Seperti diketahui belakangan ini bahwa Pulau C, D, dan G diubah kawasan Pantai Kita, Maju dan Bersama. Dasarnya adalah Keputusan Gubernur Nomor 1744. Beberapa waktu yang lalu Ijin reklamasi dan IMB dari pulau-pulau buatan ini dihentikan oleh Gubernur Anies, lalu kemudian IMB diberikan kembali untuk sekitar 900 bangunan yang ada di Pulau Maju ini.

Dari hasil kunjungan, saya melihat kawasan ini memiliki ruang terbuka publik yang cukup luas namun tidak dengan pantainya karena sepertinya tidak didesain landai. Sisi pariwisata tidak terlalu dikembangkan. Namun jika dikembangkan lebih jauh, bukan tidak mungkin dapat memberikan imbas yang luar biasa untuk membantu sisi ekonomi Jakarta, mulai dari penyerapan tenaga kerja dan membuka usaha baru. Selain menambah ruang untuk hunian baru kalangan elit.

Baiklah, selepas sekitar 1 jam menikmati pagi yang mulai panas di Pulau Maju, kami mulai menyusuri jalanan Jakarta untuk kemudian satu persatu berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing dengan ragam transportasi publik mulai dari angkot, angkutan online, TransJakarta, MRT dan lainnya.

Terimakasih semua sahabat, semoga berjumpa kembali.

Perjalanannya menyenangkan. Mendapat ilmu dari pakarnya, ceria dengan banyak kompasianers, mengunjungi Pulau Maju (yang dulu sering jadi headline di TV, ) dan berjalan-jalan bersama keluarga.

Paket lengkap. Jauh namun dekat, karena CLICKompasiana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun