Mohon tunggu...
Sg Krisna Darmawati
Sg Krisna Darmawati Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Saya adalah seseorang yang memiliki kecintaan yang mendalam terhadap membaca. Bagi saya, membaca bukan hanya sekadar kegiatan, melainkan cara untuk memperluas wawasan, memperdalam pengetahuan, dan merangsang imajinasi. Saya juga memiliki tekad yang kuat untuk terus berkembang, belajar, dan berinovasi dalam segala hal yang saya lakukan. Dengan kombinasi antara disiplin, kreativitas, dan kegemaran membaca, saya yakin bisa mencapai tujuan-tujuan yang saya tetapkan untuk diri saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan dalam Pandangan Filsafat Idealisme dan Realisme

4 Desember 2024   10:13 Diperbarui: 4 Desember 2024   10:41 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan akar dari suatu bangsa. Banyak hal  yang dapat terjadi dari tingkat pendidikan yang diperoleh oleh seorang manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Filsafat dalam pendidikan merupakan landasan pemikiran yang memberikan arah, tujuan, dan pendekatan terhadap proses pembelajaran. 

Filsafat memberikan keyakinan dalam pengembangan bidang pendidikan untuk hasil yang lebih baik. Filsafat membantu menganalisis, memahami dan menentukan konsep pengembangan pendidikan sehingga dalam praktiknya, diharapkan pendidikan akan dapat menjadi lebih bermakna, terarah dan relevan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan dunia.

Filsafat idealisme adalah salah satu filsafat yang menekankan pentingnya nilai dan ide. Berasal kata Idea yang berarti ide atau pemikiran, Idealisme merupakan aliran filsafat yang memiliki pemahaman bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. 

Filsafat ini sering dikaitkan dengan toko-tokoh filsafat seperti Plato, yang menekankan dunia ide merupakan kebenaran tertinggi. Selain Plato, Immanuel Kanr juga menghubungkan idealisme dengan moralitas, etika dan akal budi.

Secara historis, aliran idealisme pertama kali dirumuskan dan diperkenalkan oleh Plato pada abad ke-4 sebelum Masehi. Hal ini membuat Plato dikenal sebagai Bapak Idealisme. Dalam jurnal penelitian yang dikutip oleh Rusdi (2013), Herman menyatakan bahwa idealisme adalah pandangan yang menganggap alam sebagai manifestasi dari pikiran. 

Selain itu, ia menegaskan bahwa substansi duni berasal dari alam pikiran dan hal-hal yang bersifat materi dapat dijelaskan melalui jiwa.

Prinsip utama dari idealisme ini yakni, idealisme oercaya bahwa pikiran atau ide lebih penting daripada dunia material. Pendidikan idealisme cenderung menekankan pada pengembangan pemikiran yang abstrak an nilai-nilai moral. Selain itu idealisme bertujuan untuk membentuk individu yang berkarakter dan bermoral tingi sesuai dengan nilai-nilai ideal.

Filsafat idealisme memiliki pengaruh yang besar dalam implementasi pendidikan. Walaupun idealisme sering dianggap abstrak, prinsip-prinsipnya tetap relevan dalam membentuk karakter peserta didik yang mampu mengajarkan etika dan mendorong pembelajaran yang berbasis nilai. 

Peran guru dalam idealisme dipandang sebagai sosok teladan dan dianggap sebagai pembimbing moral, yang bertugas membantu siswa memahami konsep-konsep abstrak dan nilai-nilai yang bersifat universal.

 Berkaitan dengan hal ini, merode pembelajaran yang dapat digunakan cenderung bersifat diskusi, dialog, dan refleksi yang bertujuan menggali ide-ide dan nilai-nilai dari peserta didik. Pendidikan di Indonesia saat ini dapat dikatakan cukup selaras dengan pemahaman filsafat idealisme.

Kurikulum merdeka memberikan tujuan pendidikan idealisme untuk individual melalui rasa syukur terhadap Tuhan sebagai pencipta melalui kegiatan berdoa sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Adapun tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. 

Seseorang tidak sekadar menuntut hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Tujuan ini dalam kurikulum saat ini dapat dijumpai pada karakter-karakter profil pelajar pancasila yaitu gotong royong. 

Gotong royong menjadi salah satu aspek kegiatan yang mencerminkan kegiatan sosial. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan. Hal ini telah tertuang dalam pelaksanaan kurikulum merdeka berupa kegiatan proyek penguatan profil pelajar pancasila. 

Karakter-karakter tersebut secara kolaborasi akan menjadi bagian dari tujuan pendidikan idealis.

Pelaksanaan Projek penguatan profil pelajar pancasila yang mengutamakan penilaian karakter merupakan salah satu bentuk dalam filsafat idealisme. Pada praktiknya kegiatan penguatan profil pelajar pancasila ini memiliki enam dimensi karakter yang diperhatikan dan dikembangkan kepada peserta didik. 

Dalam penerapannya pun, peserta didik akan diajak untuk berpikir dan mengeluarkan ide-idenya yang relevan dengan tema dari projek yang diambil. Hal ini dalam berimplikasi pada kebiasaan peserta didik yang mulai dapat berani mengungkapkan ide dan mengaplikasikan idenya dalam bentuk nyata.

Berbeda dengan filsafat idealisme yang bersifat abstrak, filsafat aliran realisme lebih menekankan pada realistas atau keberadaan sesuatu yang bersifat objektif, independen dari pesepsi manusia. Dalam pandangan realisme, dunia fisik dan segala sesuatu didalamnya tetap nyata dan ada walaupun tidak disadari atau tidak diamati oleh manusia.

Menurut Muhmidyeli (2011), realisme adalah pemahaman filosofis yang menyatakan bahwa kebenaran merupakan representasi nyata atau refleksi dari dunia realitas berdasarkan gagasan yang ada dalam pikiran seseorang. 

Sementara itu, Hockin dalam Gandhi (2017) menggambarkan realisme sebagai kecenderungan untuk membatasi diri pada hal-hal tertentu, memungkinkan seseorang memahami bahwa tidak semua masalah dapat diintervensi saat membuat keputusan. Pandangan filsafat ini juga menyatakan bahwa objek yang dapat dirasakan melalui pancaindera memiliki keberadaan nyata dan independen, terlepas dari pengetahuan atau kesadaran manusia terhadapnya.

Filsafat realisme dalam pendidikan berfokus pada penanaman pemahaman tentang dunia nyata yang objektif dan independen dari pemmikiran manusia. Dalam pendekatan ini, pendidikan bertujuan untuk membantu peserta didik memahami fakta-fakta yang ada di alam semesta sera rasional, logis dan berdasarkan pengalaman langsung. 

Prinsip utama dari filsafat aliran realisme adalah pembelajaran diarahkan untuk mengekplorasi dan memahami kenyataan fisik dan sosial. Hal ini mencakup pengetahuan tentan alam, sains, sejarah dan lingkungan sosial. Sebagai contoh dalam pemebalajaran ilmu pengetahuan alam, guru dalam memberikan pembelajaran menggunakan metode Project Based Learning. 

Pada penerapannya pembelajran dengan metode ini mengajak peserta didik untuk mengekplorasi permasalahan di lingkungan sekitar dan mengaitkannya ke materi pelajaran kemudian dijadikan sebuah projek. Melalui pelaksaan projek ini, peserta didik akan secara langsung melihat fenomena yang terjadi sehingga peran pendidikan akan lebih memberikan makna yang dalam karena peserta didik mampu menerapkan bentuk ilmu yang didapatkan ke lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. 

Adapun guru memiliki peran sebagai fasilitator yang membantu peserta didik dalam memahami dunia melalui fakta dan data yang objektif. Guru dapat menyediakan struktur pembelajaran yang membantu peserta didik membangun pemahaman tentang dunia nyata.

Pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis Projek (sumber: dokumentasi penulis)
Pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis Projek (sumber: dokumentasi penulis)

Pendidikan berlandaskan realisme menitikberatkan pada penerapan pengetahuan untuk kehidupan sehari-hari. Keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah menjadi fokus penting dalam proses belajar. Dalam pendidikan modern, realisme tercermin dalam pendekatan kurikulum yang berbasis sains, teknologi dan pembelajaran kontekstual yang relevan dalam kehidupan nyata.

Jika dibandingkan, kebermanfaatan atau keberadaan filsafat idealisme dan realisme dapat disusun kedalam beberapa aspek. Aspek pertama dilihat pada pandangan terhadap pendidikan, filsafat idealisme berfokus pada pengembangan ide-ide, nilai dan konsep universal. Sedangkan dalam realisme pendidikan lebih berfokus pada pemahaman dunia nyata dan mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan praktis. 

Aspek kedua dilihat dari tujuan pendidikan, aliran idealisme bertujuan membentuk indiviu yang bermoral, berkarakter, dan memiliki pandangan filosofis yang mendalam. Adapun aliran realisme bertujuan dalam membentuk individu yang realistis, rasional, dan siap menghadapi tantangan di dunia nyata.

Berikutnya adalah aspek metode pembelajaran, filsafat idealisme lebih mengutaman metode yang bersifat diskusi, refleksi, dan eksplorasi konsep untuk menanamkan nilai-nilai ideal. Sedangkan dalam filsafat realisme yang lebih menekankan kehidupan nyata, metode yang dapat diterapkan berupa observasi, eksperimen, dan pembelajaran langsung untuk memahami fakta dan hukum alam. 

Adapun peran guru dalam idealisme dianggap sebagai pembimbing dan teladan moral yang membentuk siswa melalui inspirasi dan wawasan. Berbeda dengan realisme yang menggunakan metode obeservasi, peran guru bukan hanya sebagai teladan namun juga sebagai fasilitator untuk membantu siswa mengeksplorasi dunia nyata dan menarik kesimpulan logis.

Jika dilihat dari aspek kebermanfaatan dan dampak dalam pendidikan, filsafat idealisme akan mendorong siswa untuk berpikir kritis, mempertimbangkan nilai moral dan spiritual dalam tindakan sehingga akan menghasilkan individu yang idealis, etis, dan terarah pada pencapaian tujuan hidup lebih tinggi. 

Sedikit berbeda dengan aliran idealisme, filsafat realisme menyediakan keterampilan praktis untuk memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan sehingga diharapkan menghasilkan individu yang pragmatis, berbasis fakta, dan terampil memanfaatkan lingkungan nyata.

Bila ditelurusuri lebih dalam, filsafat idealisme dan realisme memiliki kebermanfaatan yang saling melengkapi. Idealisme penting untuk membangun karakter dan moral, sedangkan realisme mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia nyata. Keseimbangan antara keduanya dapat menciptakan sistem pendidikan yang holistik dan relevan

Daftar Pustaka

Gandhi, Teguh Wangsa. 2017. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Herman Horne, An Idealistic Philosophy of Education dalam, Nelson B. Henry, Philosophies of Education (Illmois: University of Chicago: 1942) hal. 139

Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama

Rusdi. 2013. FILSAFAT IDEALISME (IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN). Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2

Yulianti. 2023. Filsafat Pendidikan Realisme. Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 12 (1)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun