Jiwa yang tersesat adalah pelancong malang yang telah mencapai tujuannya yang abadi. Sementara jiwa dalam keadaan rahmat adalah pelancong yang telah mencapai akhir hidupnya di bumi, tetapi karena kebutuhan pembersihan, jiwa itu diberi kesempatan untuk tetap menjadi pelancong, untuk sekali lagi membersihkan dirinya dalam perjalanan cinta yang menyakitkan.
Jiwa yang tersesat berada dalam rasa sakit abadi; jiwa di Purgatorium (api penyucian) masih dalam perjalanannya, masih dalam waktu, dan ia menunggu hari yang diberkati ketika ia akan mencapai sukacita yang kekal, dalam kemuliaan Tuhan dan penyatuan sepenuhnya dengan Tuhan. Oleh karena itu, Purgatorium masih dalam waktu, dan penyucian tersebut hanyalah sementara.
***
Catatan: Tulisan di atas merupakan terjemahan penulis dari Bab. I dari buku "Who dies shall see ......", karya Don Dolindo Ruotolo (1882-1970), seorang imam dan mistikus Katolik berkebangsaan Italia. Bab II dan seterusnya akan penulis tampilkan dalam tulisan-tulisan selanjutnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H