Toh kita tidak bisa mengatur perasaan orang lain dan kita juga tidak bisa menyenangkan semua orang. Kita juga tidak boleh terpenjara dalam rasa takut dan curiga berlebihan yang justru akan mematikan berbagai potensi dan kelebihan diri kita.
Idealnya memang seperti itu. Tapi dunia nyata kadang tidak seindah dunia ide. Dunia nyata hanyalah cukup menjadi mimesis tidak sempurna dari dunia ide sebagaimana yang dikatakan Plato.
Apalagi dalam dunia kerja. Kuburlah ekspektasi dan idealisme tersebut dalam-dalam kalau yang diinginkan adalah karir yang menanjak, demikian kata Greene.
Setiap pemimpin (atasan), jelasnya, selalu menghendaki rasa aman. Ia tidak akan ingin ada bawahannya yang lebih berprestasi, lebih pintar/cakap, atau lebih berkharisma dari dirinya.Â
Jangan cepat-cepat beranggapan bahwa dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan tersebut, maka kita akan memenangkan hati atasan kita. Ia mungkin akan memberi pujian di hadapan banyak orang.Â
Namun begitu ada kesempatan, ia akan menggantikan kita dengan orang lain yang kurang pandai, kurang menarik, kurang mengancam. Sekali lagi, ini reaksi alamiah yang mungkin pemimpin itu sendiri tidak menyadarinya.
Ada dua aturan dasar yang mesti kita patuhi sebagai bawahan menurut Greene. Pertama, jangan terlalu jujur menampilkan dirimu apa adanya sehingga bakat, kemampuan, dan kelebihan diri akan terpancar dengan sendirinya dan melampaui pemimpin kita.Â
Singkatnya, kita juga perlu menyembunyikan kelebihan-kelebihan kita. Bahkan ada baiknya kita berpura-pura tidak tahu, kurang berpengalaman, atau bahkan tampil bodoh di hadapannya. Dengan itu, kita tidak akan dilihatnya sebagai ancaman yang dapat mengganggu rasa amannya.
Kedua, jangan pernah berimajinasi bahwa karena pemimpin kita menyukaimu maka engkau bebas untuk berbuat apa saja.Â
Ketahuilah batas-batas kita yang tidak boleh dilakukan karena dapat mengganggu rasa nyaman pemimpin kita. Sebab bila itu terjadi, maka rasa suka akan dengan mudah berbalik total menjadi rasa tidak suka.
Dengan memahami hukum pertama untuk tidak melampaui atasan kita, maka sesungguhnya kita juga dapat memanfaatkannya menjadi keuntungan bagi kita.Â