Mohon tunggu...
SEWU BEJO
SEWU BEJO Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Merintang Rindu (Bagian #2)

30 September 2018   05:31 Diperbarui: 30 September 2018   06:22 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asyi memutuskan untuk membuka bungkusan pemberian ibunya di sekolah barunya. Bungkusan lusuh berwarna coklat dengan benang wol hitam yang dijelujur membentuk huruf A kapital di bagian tengah bungkusan. Bungkusan berisi buku milik ibu yang telah digunakan sampai seperempat lembar dari keseluruhan lembar buku. berisi sketsa-sketsa yang ibu buat. Dan beberapa pen dari banbu yg banyak warna cat di bgian luarnya. Awalnya asyi tak begitu tertarik dengan tantangan dari ibunya. tapi semenjak melihat isi bungkusan pemberian ibunya, Asyi menyukainya.

Saat malam tiba, Asyi memutuskan untuk pergi ke ruang kerja ibu. Melihat ibu yang sedang duduk di depan pianonya sambil melihat langit. Sebenarnya bukan hanya basemen, sejak dulu Asyi juga selalu tertarik pada sudut ruangan di ruang kerja ibu yang atapnya bisa dibuka.

"Sini nak," ucap ibu saat sadar bahwa Asyi berada di ruang kerjanya; sambil memperbaiki posisi duduknya dan menepuk-nepuk bagian bangku disamping kirinya. Asyi mendekat lalu duduk.

" Malam ini indah sekali, nak." sambil menunjuk ke langit.

Tak lama kemudian, Ibu menarik nafas panjang; meninggikan alisnya-membuat-ekspresi-wajah-aneh lalu mulai memainkan pianonya. Sudah lebih dari satu minggu, setiap malam ibu selalu memainkan pianonya. Dalam benaknya Asyi berpikir bahwa hal ini jarang terjadi.

"Bolehkah?"

Asyi mengangguk, segera ia berpindang ke tempat tidur ibu; semakin lama semakin terasa nyaman; sampai tertidur.

***

Siang hari, Asyi nampak sangat sibuk; ia mencoba mencari di sisi basemen yang lain; dibalik tumpukan majalah-majalah Pramuka edisi lama yang tingginya hampir menyentuh atap basemen. Asyi melihat majalah itu disatukan dengan tali yang tak diketahui pasti bagian simpul pembuka ikatannya. Sebenarnya Asyi belum pernah membaca semua majalah Pramuka itu. Asyi hanya membaca majalah yang berserakan di dekat pintu basemen.

Di basemen ada banyak majalah Pramuka. dan Asyi pikir isinya tak jauh berbeda dengan majalah-majalah Pramuka yang ia baca sebelumnya. Itu tentu alasan yang biasa. Sesungguhnya Asyi belum menentukan cara yang tepat untuk dari mengambil majalah dari tupukan raksasa. Aku pernah mencoba mengusik majalah-majalah itu sebelumnya.

Ia ingat bahwa ia melihat ada banyak kotak didalam almari besar yang pernah ia temukan. Ia pun segera berjalan ke alamari lalu membukanya. Nampak kotak-kotak berbagai ukuran itu menunggu untuk dibuka. Sialnya, Asyi tak tahu harus memulai dari kotak yang mana. Sejanak Asyi melihat-lihat lagi kotak-kotak itu sambil menentukan kotak mana yang beruntung untuk ia buka pertama kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun