Untuk itu, Raras menyebut, hal pertama yang sangat perlu diketahui suatu individu sebelum melakukan sikap produktif untuk meraih mimpi adalah terlebih dahulu mengetahui goals mereka secara jelas dan realistis, serta milik sendiri. "Kadang, aku lihat banyak yang punya mimpi, tapi itu adalah mimpi orang lain sebenarnya ... bikin mimpi itu seakan-akan mimpinya, padahal bukan," cetusnya.
Hal ini bukan berarti memiliki mimpi atau produktivitas serupa dengan orang lain adalah suatu kesalahan. Raras menambahkan, kita hanya perlu memastikan bahwa mimpi tersebut menjadi kemauan diri sendiri, bukan hanya imbas dari melihat kebahagiaan individu lain atau gengsi.Â
Pasalnya, pandangan di masyarakat juga sangat mempengaruhi tindakan produktif kita selanjutnya. Sementara itu, tak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa produktif berarti selalu sibuk dan hanya memikirkan pekerjaan, sehingga fokus hanya pada hal-hal tertentu yang sesuai dengan mimpi kita pun terasa salah.
Lantas, bagaimana bentuk produktivitas yang sehat? Raras menyebut bahwa produktivitas yang sebenarnya bukan berarti tak acuh pada waktu istirahat dan kesehatan. Bahkan, kita harus memperhatikan dua jenis istirahat untuk tetap produktif, yakni istirahat secara fisik dan spiritual.
"Kita meluangkan waktu buat ibadah atau istirahat secara sensori, stop dulu main gadget-nya dan benar-benar terhubung dengan dunia nyata," katanya. Tak cuma itu, mengobrol bersama keluarga dan melakukan hobi pun disebutnya penting dikaitkan dengan produktivitas yang sehat. "Istirahat sewajarnya tapi berkualitas, baru balik lagi (kepada urusan pekerjaan atau akademik)."
Raras menyebut, istirahat dan berolahraga demi menjaga kesehatan fisik masing-masing memiliki fungsi restoratif untuk meregenerasi sel-sel yang tak aktif dan memicu hormon endorfin yang dapat mengontrol suasana hati seseorang.Â
Coping Atasi Stres
Bilamana berpotensi mengalami stres karena terlalu banyak melakukan produktivitas yang toksik, masih terdapat solusi berupa emotion coping dan problem focused coping. Namun, apa maksudnya?
Raras menyebut, kedua strategi ini adalah langkah untuk mengatasi stres atau kesulitan. Masing-masing berfokus pada emosional dan masalah. "Harus jalan dua-duanya. Kalau emotion focused mengatasi (stres) secara tidak langsung ya, mengatasi dampak sekunder berupa emosi negatif. Kalau problem focused mengatasi langsung si masalahnya," jelasnya.
Pentingnya Mental