Mohon tunggu...
Sevilla Nouval Evanda
Sevilla Nouval Evanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student of Journalism

Halo, aku suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mengejar, Cara Ampuh Temui Kebahagiaan

14 Oktober 2021   20:07 Diperbarui: 20 Oktober 2021   15:00 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebahagiaan dari mengesampingkan dunia untuk jangka waktu tertentu. (Foto: Pexels/Marteus Bertelli)

Sejak awal kehidupan, kebahagiaan memang selalu penting dan dibutuhkan umat manusia. Meski begitu, baru dalam beberapa dekade terakhir ini para pembuat kebijakan dan peneliti mulai tertarik dengan peran kebahagian dalam kelangsungan hidup suatu negara. 

Terlebih, situasi setahun terakhir banyak menyebabkan keprihatinan, baik secara ekonomi maupun psikologis penduduk dunia.

Minat masyarakat dunia terhadap kebahagiaan dulunya meningkat diakari Kerajaan Bhutan, sebuah negara pegunungan kecil di Asia Selatan dengan populasi kurang dari satu juta orang.

Hingga 1970-an, ekonomi kecil-kecilan yang ditumpu pada kehutanan, pertanian, dan ditambah pengukuran Produk Domestik Bruto (PDB) minim, masih menjadi ciri khas negara kecil itu. 

Sampai akhirnya, Jigme Singye Wangchuck, raja baru Bhutan, memutuskan bahwa "Kebahagiaan Nasional Bruto" akan mengukur kemajuan nasional mulai 1972.

Keputusan ini tentu menarik perhatian seluruh dunia. Mengapa negara kecil di pegunungan itu menggunakan kebahagiaan alih-alih nilai kredibel PDB sebagai elemen kunci perencanaan ekonomi dan sosial negeri?

Meski begitu, bukannya pertanyaan negatif yang bermunculan, justru dukungan internasional yang mengalir deras terhadap kebijakan baru Bhutan. Sebab, keputusan ini berarti lebih menekankan kebahagiaan, kesejahteraan, dan kepuasan hidup ketika merencanakan kebijakan publik.

Sejak saat itu, empat pilar "tata pemerintahan yang baik", "pembangunan sosial ekonomi yang stabil dan merata", "perlindungan lingkungan", dan "pelestarian budaya" menjadi penopang utama Kebahagiaan Nasional Bruto.

Perlahan-lahan, mulai dari Bhutan, seluruh dunia secara halus menerapkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan kepuasan hidup dalam mengelola negara mereka. 

Ini adalah langkah positif yang masuk akal: orang menghargai kebahagiaan di atas sebagian besar hal lain dalam hidup, termasuk kekayaan. Kebahagiaan penting bagi semua orang dan ini harus dipandang oleh pemerintah.

Kini, kebahagiaan memang banyak jadi fokus utama berbagai negara, terutama sejak perilaku adaptasi pascapandemi diterapkan. 

Tak terhitung banyaknya buku self-help yang terbit, lagu-lagu, situs web, bahkan regulasi di negara-negara maju yang didedikasikan untuk makna kebahagiaan.

Namun, apakah orang-orang sadar bahwa semua fokus utamanya hanyalah "pencarian kebahagiaan"?  Brendan Kelly, seorang psikiatri, bercerita bahwa fokus yang seperti itu malah akan membuat manusia kelelahan. 

Bagaimana jika kebahagiaan itu tak kunjung ditemui? Dia meragukannya karena hingga saat ini, berbagai regulasi dan buku-buku itu belum bisa menjelaskan hal pasti yang membuat manusia bahagia.

"Fokus pada kebahagiaan ini bisa terasa melelahkan. Dan terkadang, tidak jelas apakah ada yang membuat kita lebih bahagia," tulisnya. "Aku bertanya-tanya, apakah (yang membuat kita bahagia) itu?"

Salah satu masalah utama dalam upaya pemerintahan untuk meningkatkan kebahagiaan adalah pada dasarnya, kebahagiaan sulit dicari, apalagi dibuat dengan sengaja. 

Meski begitu, kemudian, dimulailah kebijakan yang dirasa lebih tepat: Virginia Declaration of Rights (Deklarasi Hak-Hak Virginia) pada 1776 yang menguraikan "hak bawaan tertentu" individu, termasuk "menikmati hidup dan kebebasan dengan cara memperoleh dan memiliki properti, serta mengejar, memperoleh kebahagiaan dan keamanan."

Dipengaruhi deklarasi ini, Amerika Serikat, kemudian, juga mengungkapkan hal serupa saat deklarasi kemerdekaan mereka di tahun yang sama. 

"Kami memegang kebenaran ini sebagai bukti dengan sendirinya, bahwa semua manusia diciptakan sama, bahwa mereka diberkahi oleh Pencipta mereka dengan Hak-hak tertentu yang tidak dapat dicabut, yang di antaranya adalah Kehidupan, Kebebasan, dan pengejaran Kebahagiaan."

Ini memperkuat fokus bahwa kebahagiaan juga perlu dikejar. Seperti ujaran Kelly, kebahagiaan sulit dicari dan ditemukan begitu saja. Hak-hak kebahagiaan tentunya berhubungan dengan kehidupan dan kebebasan. 

Sebab itu, manusia harus punya hak mengejar kebahagiaan, meski pada akhirnya kebahagiaan yang kita temui nanti berbeda dengan apa yang dibayangkan.

Intinya, tidak ada hal konkret yang bisa memukul rata kebahagiaan seluruh umat manusia. Semua orang memiliki jalan dan cara mereka sendiri untuk mencari, mengejar, dan akhirnya menemukan kebahagiaan.

Di masa pandemi, saat waktu dan rutinitas manusia terasa seperti diputar ulang setiap harinya, tak sedikit yang merasa "kehilangan" atau tak mampu menemukan kebahagiaan. 

Sebab itulah, banyak sesama kita yang berbagi dan makin saling menyayangi satu sama lain lewat buku, musik, lukisan, dan masih banyak lagi.

Mengejar kebahagiaan juga bisa dilakukan bersama diri sendiri. Salah satunya, yaitu mengalihkan tekanan diri dan sejenak melupakan tujuan akhir atau goals hidup. 

Dalam bukunya, The Science of Happiness: The Six Principles of a Happy Life and the Seven Strategies for Achieving It, Kelly menganggap aktivitas-aktivitas yang "menyerap" kita juga bisa membantu dalam pengejaran kebahagiaan. 

"Menyerap" yang dimaksud adalah kegiatan favorit, yang membuat diri lupa waktu saat melakukannya. Sebagai contoh, kegiatan semacam lari, berenang, merajut, bermusik, dan hobi lain.

Mengesampingkan dunia dalam jangka waktu tertentu sering kali merupakan cara terbaik untuk menghargai tempat kita di dalamnya, dengan lembut bergerak melampaui masa lalu, dan merasakan jalan kita ke masa depan. 

Penyerapan diri adalah kuncinya. Seiring itu, kebahagiaan akan mengikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun