Sudah menjadi rahasia umum bahwa Songgoriti telah menjadi lokasi prostitusi terselubung. Muda-mudi yang sedang dimabuk cinta menjadi sasaran utama. Dibanderol dengan kisaran ratusan ribu membuat pengunjung vila datang dari kalangan muda. Penawaran kamar juga tidak sembunyi-sembunyi lagi.
Menurut pengamatan, beberapa orang yang umumnya laki-laki akan bercengkerama di pinggir jalan. Para laki-laki itu juga berprofesi sebagai tukang ojek. Mereka seringkali berbaris di pintu masuk Songgoriti dan berjaga di beberapa spot strategis. Tak jarang para pria itu berjaga di depan rumah yang mereka sewakan. Lalu ketika ada orang yang lewat (terutama pasangan) akan ditawari kamar dengan kode. Umumnya mereka akan berdiri mencegat pengendara dengan kode tangan yang mengartikan harga dari kamar vilanya. Tak jarang mereka juga beraksi dengan memanggil para pengendara bahkan juga ada yang pernah diikuti sampai dikejar.
Sikap berani seperti ini semakin membawa Songgoriti ke arah negatif masyarakat. Belum lagi orang-orang yang hanya ingin berjalan-jalan jadi terganggu dengan adanya peristiwa semacam itu. "Saya hanya berniat jalan-jalan karena cuacanya sejuk, tapi merasa tidak enak karena ada yang menawari saya hal-hal seperti itu," ungkap Herdina yang merupakan pengunjung. Gadis yang kerap disapa Dina itu mengaku memang pernah mendengar hal negatif mengenai Songgoriti. Kebanyakan Dina mengetahui dari temannya semenjak mulai berkuliah di Malang.
Hal serupa terjadi ketika teman-temannya bercanda bahkan mengingatkan untuk berhati-hati mengenai ajakan orang lain. Terutama jika mengajak untuk pergi ke Songgoriti. Padahal, banyak tempat wisata yang layak dikunjungi ketika berada di Songgoriti.
Â
Mengembalikan Citra Kota Wisata
Songgoriti yang asri telah dirusak citranya dengan banyaknya hal negatif. Seharusnya dengan maraknya berita seperti ini membuat para penegak hukum serius menangani kasus ini. Apalagi pelanggan yang datang kebanyakan berasal dari pasangan yang belum halal. Selain merusak citra wilayah, adanya lokasi seperti ini bisa merusak moral para anak muda.
Pernah ada upaya untuk mengembalikan citra Songgoriti melalui program branding. Para pemilik vila diajukan opsi bekerja sama dengan aplikasi-aplikasi persewaan penginapan. Hal ini dilakukan agar vila lebih terpantau dan terjamin. Sayangnya, upaya ini tidak berhasil dikarenakan beberapa hal. Mulai dari kesulitan penggunaan aplikasi, penurunan jumlah pelanggan dikarenakan harga yang meningkat, serta ketakutan akan kebocoran privasi jika mendaftar melalui aplikasi, dan sebagainya. Kekhawatiran ini menyebabkan Songgoriti masih terus menyandang citra buruk hingga kini.Â
Sebenarnya citra Songgoriti sebagai lokasi kaya tempat wisata bisa dikembalikan jika ada kerja sama antara pihak penegak hukum, dinas terkait, dan  masyarakat. Tentunya hal ini bisa terjadi jika keputusan yang diciptakan bisa memenuhi keinginan semua pihak. Sebab dikhawatirkan masalah ini bisa merembet ke penurunan penghasilan pemilik vila jika situasi ini berubah. Karena itu, perlu adanya keputusan terbaik yang harus dipertimbangkan dengan matang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H