Pelvis merupakan salah satu organ yang berperan sebagai dasar rongga abdomen dan penghubung antara tulang belakang dengan anggota gerak bawah. Tulang pelvis terdiri dari empat bagian tulang dan dua panggul (ossa coxae atau innominate), sacrum dan coccygeus.Â
Sacrum berada pada tingkat superior dan berartikulasi dengan vertebra lumbal kelima untuk membentuk sendi lumbosacral. Bagian belakang tulang pinggul kanan dan kiri (iliac) berartikulasi dengan sacrum membentuk sendi sacroiliaca (Bontrager, 2018).
Pelvis terbagi menjadi panggul besar atau pelvis mayor, yaitu daerah yang berada di bawah tepi atau linea terminalis. Pintu atas panggul, yang disebut aditus pelvis (inlet), dibentuk oleh promontorium dari sacrum, garis iliopektinal (di setiap sisi), dan krista dari tulang pubis (tulang duduk).Â
Pintu bawah panggul (outlet) atau exitus pelvis terdiri dari os coccyx dan tuberositas iski. Kelainan yang dapat terjadi pada beberapa bagian daerah pelvis antara lain ankylosing spondylitis, chondrosarcoma, Developmental Dysplasia of the Hip (DDH), Â Slip Femoral Epiphysis (SCFE), osteoartritis, metastasis kanker, dan trauma pelvis.
Trauma pelvis yang umum adalah fraktur pelvis, fraktur proksimal femur, dan fraktur symphisis pubis. Trauma pelvis adalah kondisi pelvis atau acetabulum di mana fraktur disebabkan oleh mekanisme traumatis berenergi tinggi.Â
Trauma pada pelvis itu sendiri biasanya berhubungan dengan benturan, yang menyebabkan trauma dan gangguan pada sistem lain, khususnya sistem muskuloskeletal. Fraktur pelvis terjadi pada sekitar 3-8% dari semua cedera muskuloskeletal.Â
Fraktur pelvis dapat terjadi akibat kondisi hemodinamik yang tidak stabil. Menurut Rasad (2018), jika fraktur dicurigai secara klinis, dua gambar dari tulang yang terkena harus diambil.Â
Posisi anteroposterior (AP) dan lateral harus diambil. Jika dua proyeksi tidak memungkinkan karena keadaan darurat pasien, maka dilakukan dengan mengubah arah sinar menjadi horizontal. Perlu diingat bahwa fraktur mungkin tidak terlihat jika hanya dibuat satu proyeksi.
Radiografi pelvis menggunakan proyeksi standar, yaitu proyeksi anteroposterior (AP). Namun, dalam situasi tertentu ketika trauma atau fraktur dicurigai, proyeksi khusus atau tambahan diperlukan, termasuk penggunaan proyeksi AP bilateral frog leg, proyeksi AP Axial Inlet, proyeksi AP Axial Outlet, proyeksi posterior oblique (metode Judet), dan proyeksi PA axial oblique (metode teufel).Â
Menurut Lampignano (2018), radiografi pintu masuk AP panggul pada kasus fraktur dapat menunjukkan informasi anatomi pelvis anterior, spina, dan cabang atas. Tulang pubis menutupi ischium, dan tulang trabekular dan iskial terlihat jelas. Di mana pemeriksaan pelvis AP inlet untuk menyelesaikan pengukuran trauma pelvis untuk mengukur gerakan posterior atau terjadi gerakan rotasi pelvis ke dalam dan keluar dari pelvis anterior.
Persiapan yang harus dilakukan meliputi pesawat sinar-x, meja pemeriksaan, kaset ukuran 35 cm x 43 cm, marker, dan grid. Sebelum pasien ditempatkan di meja pemeriksaan, ia harus mengeluarkan semua benda logam yang dapat mengganggu hasil citra.Â