Kurang mendapatkan stimulus dalam motoric halus maupun kasar, kami akhirnya membuat sebuah program kerja yang cukup kreatif, yaitu senam dan olahraga bersama di sekolah. Dari kelas 1-6 juga guru-guru, kami ajak semua untuk senam pagi di lapangan. Dengan lagu yang meriah, kami melaksanakan senam dengan menyenangkan. Saat melaksanakan olahraga bersama, kami hanya mengimplementasikannya pada kelas 5 dan 6, karena kelas tersebut terlihat memungkinkan untuk melaksanakan olahraga disaat itu.Â
Dengan baju olahraga seadanya, kami melaksanakan olahraga selama 1 jam. Dimulai dari pemanasan hingga bermain bola secara bebas di lapangan sekolah. Anak-anak terlihat begitu senang dilaksanakan olahraga. Selain olahraga, pihak sekolah meminta bantuan kepada kami untuk melatih peserta didik dalam upacara bendera.Â
Selama sebulan, kami terus melakukan latihan upacara, latihan baris berbaris, sampai latihan paduan suara. Latihan upacara ini diikuti oleh kelas 1-6, dengan perbedaan durasi waktu latihan. Menurut saya, kegiatan ini cukup menguras energy kami dan juga energy peserta didik. Ada yang pusing, muntah, sampai pingsan.
Lalu program kerja wajib kami salah satunya adalah "Edukasi Covid-19" di SDN 1 Sinargalih terlaksana dengan baik kelas demi kelas. Dengan metode edukasi yang menarik untuk anak-anak, kami juga membagikan masker dan susu kepada peserta didik. Selama pandemic, banyak sekali anak yang masih tidak memakai masker ke sekolah.
Selama kami melaksanakan program kerja di sekolah, entah mengapa peserta didik terlihat selalu excited dengan apa yang kita lakukan. Dari hanya mengajar biasa di kelas, sampai membersihkan perpustakaan pun kami terlihat selalu menjadi pusat perhatian oleh seluruh anak. Menyenangkan sekali.
Dari lima bulan pelaksanaan kampus mengajar kami di SDN 1 Sinargalih, tampaknya kondisi internal dari kami semakin lama semakin akrab. Bahkan kami beberapa kali kumpul bersama diluar kegiatan KamJar ini. Walaupun beberapa kali terjadi konflik perbedaan pendapat juga opini, kami tetap membuka pikiran dan memperbaiki diri demi kelangsungan Kampus Mengajar ini. Sampai berani mengeluarkan uang pribadi untuk acara perpisahan Kampus Mengajar di SD, kami sungguh mendedikasikan diri kami untuk kegiatan ini.
Dalam pelaksanaan perpisahan, kami melaksanakan lomba menggambar dan mewarnai untuk seluruh kelas. Pemenang mendapatkan piala dank ado istimewa dari kami. Kegiatan begitu meriah di pagi hari. Namun ketika siang hari, matahari mulai berjalan keatas kepala, kegiatan mulai tidak kondusif, karena anak-anak mulai kepanasan dan banyak yang masuk kelas untuk meneduh. Namun kegiatan kami tidak lama, jadi setelah siang itu kami selesai melaksanakan kegiatan tersebut dan mulai untuk bersalam-salaman serta foto bersama dengan murid dan guru-guru disana.
Suasana haru mulai terasa ketika kami memberikan speech singkat di depan seluruh murid dan guru disana. Tangis pun terasa sangat menyakitkan, karena beberapa peserta didik ada yang menangis. Anggota kami pun ada yang menangis. Rasa itu mulai pudar ketika acara selesai, namun tangis terasa kembali ketika sesi foto bersama. Banyak anak-anak yang memberikan kami surat perpisahan.
Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Hal itu haruslah terbiasa bagi kami manusia di bumi. Karena sesungguhnya tidak ada suatu hal yang abadi di dunia yang fana ini, kecuali ilmu yang bermanfaat serta kebaikan-kebaikan yang telah kita perbuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H