Gara-gara membaca status facebook sohibku, Jenny, beberapa waktu lalu, aku tergugah.
“Mengharapkan sesuatu yang nggak mungkin! Ya sudahlah…” Aku pun bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi pada cewek asal Mangkupalas itu.
“Kamu lagi mengharapkan sesuatu yang nggak mungkin apa, Jen? Statusmu macam gundah gulana.” tanyaku via pesan singkat.
“Aku menyukai seseorang yang tak mungkin menyukaiku. Nggak apa-apa dong lebay dikit di fb.” balasnya setengah menit kemudian.
Rasa penasaranku kalii ini sedemikian memuncak. Kuketik lagi sms padanya secepat kilat. “Jadi cuman cari sensasi?”
“Nggak~lah. Emang lagi mikirin sesuatu, kok.”
“Sesuatu apa itu? Sebagai sahabatmu, aku’kan pengen tauuu!”
“Gak apa-apa jenk. Aku merasa minder aja, he he.”
“Minder kenapa?”
“Minderan karena diriku berjerawat, jenk. Aku malu! Foto-fotoku di fb mirip sama aku nggak, jenk?”
*Gubraaakkk*
“Jadi cuman gara-gara itu? Nggak percaya aku!”
“Beneran bah. Pengen banget punya wajah yang bersih seperti kalian semua, tapi aku berjerawat. Septy, kamu belum jawab pertanyaanku? Foto-fotoku di fb nggak mirip denganku ya?”
“Mirip kok. Emang kenapa?"
“Beneran miripkah? Mungkin aja fotoku nggak mirip dengan yang asli! Aku takut cowok itu menganggap fotoku Hoax. Jadi kamu sebagai sahabat tolong bicara yang jujur dan apa adanya, please…”
*Hadoh, bener-bener sahabat yang aneh. Kayak anak SMA yang baru pacaran aja pake acara minderan segala!*
“Minder sama dengan dosa. Artinya, sama aja nggak bersyukur dengan apa yang telah Tuhan kasih.” ketusku sok bijak.
“Kamu, pernah minder nggak?”
"Aku? Leher kayak leher beton gini pede-pede aja tuh,”
“Ya Allah, kasarnya sahabatku satu ini. Ya udah, makasih ya, dah mau jawab pertanyaanku.”
Lega sekaligus kedebak-kedebuk nggak karuan. Akupun merasa kadang nggak jelas. Aku juga nggak pernah luput dari namanya minderan. Munafik banget rasanya, dalam hidup ini nggak pernah sekalipun mengalami MINDER. Manusiawi, apabila nggak pernah puas, pada apa yang ada dirinya. Aku yakin, setiap orang memiliki rasa ketidakpuasan. Lantas, apakah langsung merendahkan diri atas segala kekurangan kita?
Seperti contoh cerita Jenny di atas, merasa dunia akan kiamat gara-gara jerawatan. Padahal, jerawatan juga bukan cacat tubuh. Jikalau minder datang menggerogoti, ada semacam pikiran sebagai berikut :
- Melihat segala sesuatu dari yang ada di bawah kita. Jangan ke atas terus. Jikalau ke atas mulu, bawaannya frustasi, depresi, kehilangan semangat, sampai akhirnya gantung diri! Parah deh, parah. Intinya bersyukur saja!
- Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Nggak ada manusia yang sempurna, guys! Orang yang dari kacamatamu, kamu anggap perfect itu, juga punya kekurangan! *Pasti! Inga..Inga…Ting* Be your self. Maka lihatlah apa yang akan terjadi *Mario Teguh mode on*
- Hidup sudah susah, kenapa tambah dipersusah! Begitu logikanya. Ya kalo kita minderan mulu, kayak apa mau maju! Melihat si A lebih wah, lebih pinter, lebih kece, langsung deh menciut.
- So, ubahlah mindset. Minderan merupakan akar dari segala akar penghambat buat maju.
- Berpikiran positif. “Kamu adalah apa yang kamu pikirkan” Merasa nggak cantik, bete, sampai nggak mau ketemu sama orang, karena jerawatan dan takut dibilang jelek! Maka begitulah kamu. Ya berarti kamu Jelek! Coba rubah pola pikirmu menjadi “Aku memang nggak secantik A, tapi setidaknya aku baik hati." Nggak semuanya orang cantik itu baik hati. Lagipula, percuma cantik kalau oplas. Apalagi cantik yang merugikan orang lain! Kekuatan dari bersyukur itu nggak terduga-duga. Di ayat suci Al-Qur'an pun juga ada. Kalau tidak salah begini, "Jika kamu bersyukur, Maka Allah SWT akan menambahkan kenikmatan padamu."
Begitulah yang dituturkan oleh pemikiranku yang terkadang suka terlupakan. Semoga dengan dituliskan, bisa semakin mantap dipraktekkan. Semoga bermanfaat.
Senorita Andria Septy
Samarinda-Kaltim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H