Mohon tunggu...
Senorita Andria Septy
Senorita Andria Septy Mohon Tunggu... -

Sanguine-melancholia, Mujer la soñadora (Wanita Pemimpi), Penikmat serta Pengagum Espanola dan Amerika Latin. Kunjungi juga blog saya di : www.seventhautumn.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Drama

Kau Tak Akan Pernah Bisa Jadi Aktor, Bila Membenci Sesuatu! Capitulo 3

19 September 2016   20:13 Diperbarui: 19 September 2016   20:25 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kayaknya harus diingatkan kembali tentang sembilan makhluk aneh itu. Dan telah kutemukan fakta-fakta ter-update.

1. Madam Rere. Pekerjaan Instruktur Senam. Bertugas mengajar tari, tapi kenyataannya malah suruh cemplung ke danau buatan dekat rumah Echi. Padahal, sudah jelas nggak bisa berenang. Sekali menyelam minum air, selain memang minum air danau sungguhan, aku juga disuruh nangkap ikan! Benar-benar instruktur yang aneh.

2. Manuk Dadali.  Pekerjaan fotographer. Bertugas mengajar seni memikat orang lain. Bulshit abis! Dia sendiri nggak bisa memikat wanita cantik manapun. Buktinya, masih jomblo! Dan terlalu agresif untuk ukuran seorang seniman atau fotographer yang menurut pandangan mataku adalah seseorang yang sangat keren. Agaknya kata-kataku ini ungkapan kekesalan karena disuruh ini dan itu di studio fotonya. Memangnya aku babumu apa!? 

3  Miss Hening. Pekerjaan seorang Chef yang kebetulan bisa melukis sketsa wajah. Orangnya pendiam sangking pendiamnya aku dan dia hanya mengobrol lewat bahasa tubuh. Sibuk dengan usaha catering, terkadang aku juga ikut membantu. Dan sama sekali belum pernah praktek melukis apapun! Padahal ini sudah masuk bulan ketiga semenjak perkenalan. Maunya apa Echi ini, cari mentor pada nyeleneh semua?!

4. Komariah. Pekerjaan guru bahasa Inggris. Tugasnya ya tentu saja mengajariku bahasa Inggris! 

Sebentar ya pemirsa. Aku ini sebenarnya mau dibentuk seperti apa sih sama Echi ?!

Jelas-jelas di sini mau belajar seni. Kenapa para cikal bakal mentorku itu pada nggak nyambung semua?! Kredibilitasnya sebagai seniman payah. Dan begitu Echi baca buku harianku yang ketinggalan di rumahnya tempo hari, langsung berang.

"Win... Win... kau ini nggak tau terima kasih. Banyak mengeluh. Segala yang buruk-buruk ada di otakmu."

"Ada apa ya Mbak?" tanyaku sambil garuk-garuk kepala yang ternyata memang banyak ketombe. 

"Kalau begitu sia-sia tiga bulan masa karantinamu itu." ucapnya yang tatapannya membuat bulu kudukku merinding. Di samping lelet mikirnya, aku juga takut nggak ditegur lagi. Nanti aku ceritakan kenapa bisa takut.

"Memang kenapa ya Mbak? Padahal aku hujan-hujan lho datang ke sini." kataku duduk manis ke sofanya tanpa dipersilakan.

"Wajahmu jangan kayak manusia nggak bersalah begitu,"

"Ada apa sih Mbak?" tanyaku lagi semakin penasaran. Sangking penasaran sampai terkentut-kentut. Hehe maap jorok. Pengaruh cuaca dan kebanyakan makan angin. 

"Mbak batal mengenalkanmu sama ke lima orang lainnya. Kapok lho! kamu pasti menyesal. Sana kamu pulang aja!"

Aku keluar dengan hati bimbang. Lalu lihat dia sedang membawa buku diary-ku berwarna pink maka lunturlah kebodohanku ini.

"Oke. Aku merasa mereka berempat sangat jauh dari kata layak buat menjadi mentor akting. Mereka aja sudah begitu apalagi yang lain. Ide bagus mbak ngebatalin." ucapku yang membuat mbak Echi nggak jadi mengusirku malah menarik tanganku lagi balik masuk ke rumahnya. 

"Sungguh? Anda yakin?"

"Iya santai aja dong Mbak. Jangan tarik-tarik tanganku segitunya." sewotku. "Aku nggak mau latihan lagi sama Madam Rere, juga Manuk Dadali dan Miss Hening juga Komariah. Pokoknya nggak butuh mereka!"

"Nah ini dia mental orang Indonesia begini nih. Dan Xylona juga nggak butuh mental tempe kayak begini,"

Mendengar nama Xylona disebut-sebut aku kayak kebakaran jenggot!

"Ma-Maksud Mbak, Xylona yang punya yayasan Pandurata? lagi di Kutai Lama kan?"

"Sekarang sudah di Bogor. Ada apakah pake pegang-pegang tangan saya?"

"Hehehe...Mbak. Ayo kita ke Bogor. Mbak cantik deh," rayuku manja. "Kalau dia sih saya mau. Itu kan sebenarnya yang ku pinta selama ini sama Mbak? Ayo mbak kita ke Bogor yuk... Ayolah."

"Saya hari ini mau ke gunung kok."

"Perasaan baru kemarin dari Merapi. sekarang mau ke gunung mana lagi nih?"

"Ke gunung otakmu yang sesat pikiran itu!" Echi kembali ke dalam rumah tanpa menutup pintu dan dia masuk kamar. Baru sadar bahwa di sana ada Manuk Dadali sedang sibuk dengan Smartphone-nya.

Dan akhirnya kami pun tahu kami sama-sama saling membutuhkan. Dan Nggak mau kehilangan. Tapi kalau sudah jutek begini. Aduh susah merebut hatinya lagi. Maksudku, aku harus merebut hati Si Echi supaya dikenalin dan dimentoring sama Xylona yang selama ini aku kagumi! Duh, gimana ya?! Manuk Dadali sialan kampret itu malah meledekku. Huft!

*Bersambung*

Baca juga episode sebelumnya di link berikut ini :

Capitulo 1

Capitulo 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun