Bagi para orang tua sebaiknya tak lupa mengenalkan bahasa lokal kepada anak-anaknya. Kalau Anda orang Banyumas dan sekitarnya, bahasa lokal tersebut adalah bahasa Banyumas tentunya. Kita, anak kita, cucu kita, harus dipahamkan betul akar budayanya. Jangan sampai anak cucu atau generasi kita lupa dan asing dengan bahasanya sendiri. Jangan sampai juga nanti anak cucu kita harus ambil kuliah Bahasa Banyumas di Belanda. Gak lucu kan?
Maka dari sekarang kita harus jadi penjaga gawang bahasa lokal, pokoke aja nganti kebobolan. Aja nganti getun neng mburi. Sebab apa? Sebab sedikitnya 169 bahasa daerah di Indonesia saat ini terancam punah. Owalah biyung… Selamatkan bahasa daerah!
Saya bersyukur di Banyumas masih ada orang-orang yang mengupayakan pendokumentasian bahasa lokal seperti ini. Apresiasi mendalam saya ucapkan kepada Bapak Ahmad Tohari dan tim. Ini adalah antisipasi cerdas untuk menghindari kepunahan bahasa Banyumas. Mudah-mudahan kita akan semakin fasikh lagi dalam melafadzkan dialek Banyumasan. Bagi yang sudah lupa-lupa ingat, mari kita buka kamus ini…
Saya kasih bocoran sedikit ya, beberapa kata yang ada di kamus. Mungkin Anda akan bernostalgia dengan beberapa kata karena sudah jarang menggunakannya, atau Anda yang usianya masih remaja akan mengernyitkan dahi karena baru mengetahuinya. Atau Anda bahkan lupa karena sudah saking lamanya tinggal di Arab atau Hongkong.
Contoh:
Blendhing : perutnya buncit tubuhnya kurus.
Kalimat : Bocah koh ora gedhe-gedhe, mung wetenge thok sing mblendhing.
Kisut : Berkerut, keriput.
Kalimat : Pipine baen wis kisut ning esih lenjeh
Genthoak : Berteriak-teriak, bicara keras-keras
Kalimat : Wis wengi cah, aja genthoakan bae!
*Sumber tulisan dari blog pribadi saya, dwisakhadi.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H