4. Berbadan dan berpakaian bersih
Ya pengemis memang mencitrakan diri sebagai orang yang tidak punya, compang-camping, semrawut. (Pengalaman dipepet peminta-minta yang borokan, bau amis dan baju lusuh yang kecut membuat seisi perut mau keluar). Apa salahnya sih jadi pengemis yang bersih? Silahkan dekil, silahkan lusuh, tapi tetaplah bersih!
5. Sekali ditolak lebih baik mundur
Kalau sudah ditolak janganlah terus-terusan memaksa. Mengemis itu beda lho ya dengan nembak cewek. Kalau ditolak cewek boleh lah maju terus pantang mundur..ehmm,, Tapi kalau ditolak penderma sebaiknya segera mundur.
6. Atur Jadwal, untuk pengemis aktif jangan terlalu sering beroperasi di satu komplek
Semisal mengemis dengan cara berkeliling, mbokyao jangan terlalu sering muter-muter di tempat itu-itu aja. Diatur aja ritmenya. Jagalah psikologi penderma biar tidak bosan atau uring2an didatangi pengemis yang sama setiap hari?
7. Mengucapkan Terimakasih-baik dikasih ataupun tidak dikasih
Rejeki itu sudah ada yang ngatur. Dikasih ya syukur, tidak dikasih ya sabar. Berterimakasih adalah cara terbaik untuk menghibur diri sendiri dan orang lain. Penting itu. Tapi kalo gak dikasih yo terimakasihnya jangan sambil ketus yaa…
Demikianlah kode etik pengemis. Kode etik ini bukan untuk mendukung budaya mengemis di Indonesia. Artinya, jika memang terpaksa mengemis, mengemislah dengan santun, menjaga ketertiban bersama. (Tapi tetap sebagai manusia yang paling utama adalah menggunakan potensi yang dimiliki sekecil apa pun untuk bekerja, berkarya!).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H