Mohon tunggu...
Dwi Setyowati
Dwi Setyowati Mohon Tunggu... -

Bersyukur itu bukan membatasi diri, melainkan berterimakasih pada Tuhan dengan mengoptimalkan segala potensi. Mari bersyukur...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kode Etik Pengemis

23 Oktober 2015   20:02 Diperbarui: 23 Oktober 2015   20:06 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

4. Berbadan dan berpakaian bersih
Ya pengemis memang mencitrakan diri sebagai orang yang tidak punya, compang-camping, semrawut. (Pengalaman dipepet peminta-minta yang borokan, bau amis dan baju lusuh yang kecut membuat seisi perut mau keluar). Apa salahnya sih jadi pengemis yang bersih? Silahkan dekil, silahkan lusuh, tapi tetaplah bersih!

5. Sekali ditolak lebih baik mundur
Kalau sudah ditolak janganlah terus-terusan memaksa. Mengemis itu beda lho ya dengan nembak cewek. Kalau ditolak cewek boleh lah maju terus pantang mundur..ehmm,, Tapi kalau ditolak penderma sebaiknya segera mundur.

6. Atur Jadwal, untuk pengemis aktif jangan terlalu sering beroperasi di satu komplek
Semisal mengemis dengan cara berkeliling, mbokyao jangan terlalu sering muter-muter di tempat itu-itu aja. Diatur aja ritmenya. Jagalah psikologi penderma biar tidak bosan atau uring2an didatangi pengemis yang sama setiap hari?

7. Mengucapkan Terimakasih-baik dikasih ataupun tidak dikasih
Rejeki itu sudah ada yang ngatur. Dikasih ya syukur, tidak dikasih ya sabar. Berterimakasih adalah cara terbaik untuk menghibur diri sendiri dan orang lain. Penting itu. Tapi kalo gak dikasih yo terimakasihnya jangan sambil ketus yaa…

Demikianlah kode etik pengemis. Kode etik ini bukan untuk mendukung budaya mengemis di Indonesia. Artinya, jika memang terpaksa mengemis, mengemislah dengan santun, menjaga ketertiban bersama. (Tapi tetap sebagai manusia yang paling utama adalah  menggunakan potensi yang dimiliki sekecil apa pun untuk bekerja, berkarya!).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun