Rara akhirnya melakukan refleksi diri. Begitu juga dengan penulis. Kami menimbang beratnya proses yang sudah dijalani dan hasil yang diperoleh. Kami menyadari bahwa menjadi "cantik" ternyata bisa berujung pada sedikit lupa daratan.Â
Mulanya terlalu mabuk dengan sanjungan dan mengabaikan yang ada di sekitar. Terlalu sibuk untuk melayang dan lupa untuk menapak ke tanah. Dan baru tersadar ketika api sudah terlanjur berkobar. Hingga akhirnya...... setitik sinar menyeruak dalam otak, membimbing untuk berdamai dengan diri sendiri.
Baik penulis maupun Rara kemudian melakukan redefinisi atas makna "cantik". Semua deskripsi buatan industri yang disodorkan melalui media kami tinggalkan! Kami abaikan! Kami belajar untuk menumbuhkan sikap welas asih pada diri sendiri. Tidak menuntut secara berlebihan agar sesuai dengan apa yang ada dalam konstruksi sosial. Menerima apa yang sudah diberikan Tuhan dan menikmati kedamaian yang sesungguhnya telah dimiliki namun terabaikan sebelumnya.
Rara tidak lagi diet ketat. Beberapa kilogram yang sempat hilang kemudian kembali lagi. Uniknya, Rara justru lebih happy jika seperti itu. Hubungan yang sempat merenggang dalam lingkup sosialnya juga sudah membaik. Sedangkan penulis, ya happy juga. Rasanya sih...... sudah bodo amat. Komentar sumir tetap ada dan tidak bisa dihindari. Sakit hati juga pasti muncul secara refleks. Terkadang masih juga curcol di media sosial. Ya habisnya.... gimana dong? Kalau menggunakan istilah masa kini, namanya "kzl" (re: kesal) begitu. Walaupun demikian, penulis sudah menempatkan sepasukan satria baja hitam di dalam pikiran. Maksudnya, punya tameng gitu loh.
Penulis belajar bahwa mustahil untuk bisa mengontrol ucapan atau sikap orang lain. Oleh karena itu, yang perlu dikontrol adalah diri sendiri. Segala ucapan atau sikap yang buruk dari orang lain tidak perlu diinternalisasi dalam pikiran. Buang-buang waktu dan energi, percaya deh. Alihkan waktu dan pikiran untuk hal lain yang lebih bermakna dalam hidup. Demikian pula dengan Rara, selepas refleksi diri kemudian menjadi lebih fokus untuk berkarya.
Sebagai seorang manajer riset pemasaran pada sebuah jenama produk kecantikan, Rara berhasil membuat gebrakan. Di akhir cerita, dia memperlihatkan bahwa tidak ada rumus pasti untuk "cantik". Tidak ada ketentuan yang mengatur warna kulit, model rambut, hingga bentuk dan ukuran tubuh. Dia berhasil menunjukkan kecantikan khas Indonesia yang lebih inklusif dan tidak terkotakkan oleh standar yang menyesatkan. Apa yang mulanya dipandang "tidak sempurna" ternyata tetap "cantik" kok. Ingat John Legend? Dalam salah satu mega hits ciptaannya terlantun "Love your curves and all your edges, all your perfect imperfections................"
 Yups! Apa yang dipandang "tidak sempurna" ternyata tetap bisa menjadi "sempurna". Kembali ke cara pandang masing-masing. Mau mengikuti konsep busuk yang menyesatkan atau secara mandiri menanamkan makna yang tidak menyakiti diri sendiri.
Jika kamu sudah menjalani hari dengan senyuman lebar penuh percaya diri dengan segala yang ada padamu, penulis ucapkan selamat! Wow! Kamu hebat!
Namun jika kamu sedang berada dalam situasi menyebalkan yang pernah dialami Rara dan penulis, tetaplah berjuang! Â
Tentukan makna cantikmu. Cantiklah untuk dirimu sendiri. Berilah cinta dan sayang yang melimpah pada dirimu agar tetap tegak berdiri dalam menghadapi angin kehidupan yang tak pernah pasti.
Akhir kata, pssssttt...... kamu cantik dan kamu berharga!