bertemankan takbir mengumandang
kita duduk bersisihan, saling diam
kau dengan semua pikir dan rencanamu
aku sibuk menata hatiku
dadaku sesak
mataku panas
Â
kau diam, aku membisu
untuk gelembung tidak pecah
aku telan semua kata
demi gelembung tidak membuncah
lalu mengairi bukit nan kerontang
Â
tahukah kau
bertahun lamanya aku menanti saat itu
bersujud menghadapNya dengan segala daya
aku selalu bersabar untuk saat itu tiba
meski dalam linang air mata
kala jauh dan saat bersamamu
Â
meski berbeda arah
aku harus berani melangkah, menujuNya
dengan tanpa ada yang menjabat dan memeluk
seusai sujudku kepadaNya
Â
kita bersisihan, bermesraan dalam diam
hingga akhir pertemuan
di suatu subuh
Â
Jakarta, 19 Juli 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H