Gini, lho. Mencantumkan syarat non-job hopper di iklan loker, selain nggak efektif, berpotensi menghambat branding perusahaan. Alasannya? Sini, biar saya kasih gambarannya sedikit.
Pertama, menjadi job hopper atau tidak, adalah pilihan pekerja
Sekadar mengingatkan saja, bukan kuasa para HRD/perusahaan untuk mengatur atau berharap apakah (calon) karyawan punya kecenderungan menjadi job hopper atau tidak. Dengan segala pengalaman yang sudah dilalui di dunia kerja, hal tersebut menjadi bagian dari pilihan dan/atau pertimbangan para pelamar kerja.
Maksud saya, berlandaskan hal tersebut, masa sih HRD/perusahaan dengan gampangnya membenturkan segala motif pelamar kerja melalui syarat di info loker yang agak nganu? Ingat, di sisi lain, kandidat selalu punya celah untuk bluffing atau faking good, lho. Jadi, apakah syarat tersebut akan berfungsi sebagaimana mestinya?
Kedua, situ yang insecure, pelamar kerja yang tersungkur
Sebagai HRD, saran saya, mesti lebih berhati-hati dan mawas diri sebelum menayangkan info loker di beragam job portal. Sebab, jika tidak, malah jadi bumerang, bahan perbincangan, sekaligus punya kecenderungan diskriminatif. Hal ini, tidak bisa tidak, belakangan menjadi hal yang seringkali disorot oleh para kandidat.
Branding perusahaan menjadi kurang baik, pelamar menjadi berkurang, alhasil, HRD kesulitan menemukan kandidat yang sesuai untuk menempati suatu posisi. Akhirnya, para pelamar kerja malah banyak yang terpaksa digugurkan sejak awal karena suatu hal yang dipaksakan.
Ketiga, dibanding insecure, perusahaan justru perlu melakukan evaluasi
Disadari atau tidak, mencantumkan syarat non-job hopper (bukan pekerja kutu loncat) boleh jadi representasi dari bagaimana HRD/perusahaan insecure terhadap calon karyawannya. Apakah calon karyawan akan loyal? Atau hanya beberapa minggu, bulan, atau paling lama bekerja setahun langsung minggat begitu saja?
Begini. Ada banyak faktor karyawan loyal atau tidak ketika bekerja di suatu perusahaan. Lingkungan kerja yang kondusif, fair, dan supportif.
Benefit yang sesuai dengan kesepakatan, proses pengembangan karir yang menjanjikan, menjadi sedikit hal yang seringkali dipertimbangkan oleh karyawan untuk bertahan di suatu perusahaan.