Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menjadi Spesialis atau Generalis: Sebuah Panduan untuk Menentukan Fokus Pilihan Berkarir

19 Agustus 2024   08:00 Diperbarui: 19 Agustus 2024   12:45 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkarir | Freepik/Drazen Zigic via Kompas.com

Sebaliknya, jika kalian lebih menyukai mempelajari sekaligus praktik banyak hal di dunia kerja, ingin memahami tugas yang dikerjakan oleh tim lain, bahkan sampai lintas divisi, terlebih punya harapan untuk naik jabatan, generalis akan lebih cocok.

Kedua, pertimbangan jenjang karir dan benefit

Saya ingin menegaskan kembali bahwa, baik spesialis atau generalis, keduanya sama bagus. Namun, pada akhirnya, di sektor formal dan sebagai pekerja, kita tidak bisa menjalani keduanya sekaligus. Harus ada salah satu yang dipilih. Dari sekian banyak pilihan di dunia kerja, pasti akan terselip pertimbangan jenjang karir dan benefit untuk jangka panjang.

Sulit dimungkiri bahwa untuk spesialis dan generalis, sama-sama akan menghasilkan output benefit yang menjanjikan. Namun, jika sebagian dari kalian punya keinginan besar menempati posisi atau jabatan tertentu di perusahaan, menjadi generalis akan lebih cocok.

Sedangkan spesialis, bisa saja mendapat benefit yang nyaris setara dengan jabatan tertentu di suatu perusahaan, tanpa harus menempati jabatan tersebut. Apalagi jika sudah berada di titik menjadi seorang konsultan---bayaranmu bisa menyesuaikan kasus per kasus yang ditangani

Hal lain yang perlu diketahui, baik menjadi spesialis maupun generalis, keduanya sama-sama punya pakem yang setidaknya harus dimiliki. Bagi spesialis, seberapa dalam memahami disiplin ilmu sekaligus apa yang dikerjakan akan menjadi krusial dan dipertanggungjawabkan.

Sedangkan bagi generalis, suka maupun tidak, akan dinilai berdasarkan seberapa luas wawasan, ilmu, kemampuan mereka, kemudian dikaitkan dengan wawasan lain yang masih berhubungan sekaligus diperlukan.

Semoga saja, cepat atau lambat, setidaknya kalian bisa menentukan tujuan karir di dunia kerja: apakah menjadi spesialis atau generalis. Pertimbangan ini akan berguna agar posisi yang kalian lamar bisa terarah, efektif, dan efisien. Khususnya bagi yang masih limbung.

Tidak masalah, semisal sementara waktu, saat baru lulus, kalian lebih memilih melamar di posisi apa pun---yang penting bisa dapat pengalaman sekaligus bekerja lebih dulu. Tapi, pada akhirnya, cepat atau lambat, kalian akan menyadari bahwa ada hal yang perlu dipertimbangkan dalam berkarir: menjadi spesialis atau generalis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun