Melalui SWA Online Magazine, WorkMi, perusahaan penyedia Employee Assistance Program, melakukan analisis kesehatan mental kepada 2.000 klien WorkMi berdasarkan Kessler Psychological Distress Scale.Â
Melalui asesmen tersebut, sebanyak 16,42% responden mengalami distress sangat tinggi dan sebanyak 23,45% mengalami distress tinggi. Lima permasalahan terbesarnya antara lain: worklife-balance (13,24%), beban kerja tinggi (12,97%), deadline yang padat (12,78%), kurangnya dukungan (8,70%), dan ambiguitas peran (6,31%).
Melalui asesmen tersebut, terselip insight bahwa, betapa pentingnya mengambil jeda dan evaluasi manajemen waktu atas apa yang dikerjakan di kantor. Sadari bahwa diri kita perlu jeda, beristirahat, dan menikmati hari libur.Â
Selain itu, penting untuk memberi apresiasi, berterima kasih terhadap diri sendiri. Lantaran sudah bertahan menghadapi segala dinamika pekerjaan.
Selain itu, kebiasaan multitasking dalam bekerja juga punya peranan penting dalam menghasilkan gangguan kecemasan maupun stres. Melalui KlikDokter, peneliti dari University of California, Irvine, menemukan bahwa orang yang bekerja multitasking memiliki detak jantung dan tingkat stres yang tinggi dibandingkan yang tidak.
Bahkan, dalam studi University of London pada tahun 2015, menyebutkan bahwa dampak multitasking mengakibatkan turunnya IQ hingga 15 poin. Penurunan tersebut membuat poin IQ setara dengan usia anak 8 tahun.
Beberapa tugas dari kantor, mungkin sulit atau tidak bisa ditolak. Dibanding memaksa diri untuk multitasking agar pekerjaan cepat selesai, pengerjaan tugas satu per satu dan jika sudah selesai baru berpindah mengerjakan tugas lainnya, masih bisa diterapkan.
Ketiga, temui profesional untuk mendapat arahan yang baik dan sesuai
Tidak ada pilihan lain, bukan? Dibanding self diagnose atau sembarang bercerita kepada orang lain dengan respons yang, mungkin saja akan membikin emosi makin nggak karuan, akan lebih bijak jika berkonsultasi dengan profesional atau ahlinya. Sebab, selain didengar, akan ada insight sekaligus treatment yang sesuai dengan dinamika yang dihadapi.
Bagaimana sebaiknya peran perusahaan atau atasan jika ada pekerja yang butuh penanganan psikologis?
Tidak bisa tidak. Saat ini, perusahaan serta jajaran manajemen secara perlahan maupun bertahap, mesti aware dengan kesehatan mental para karyawannya.Â