Malah, tidak jarang terlihat biasa saja dari luar---meski sebetulnya sedang tidak baik-baik saja dari dalam.
Saya cukup yakin, tidak ada pekerja mana pun yang ingin mengalami gangguan kesehatan mental. Namun, realitas tidak selalu sejalan dengan harapan. Segala tuntutan, beban, dan target kerja di kantor yang tidak disangka-tidak dinyana, selalu menyapa para pekerja tanpa persiapan apa pun.Â
Alhasil, efek laten pun satu per satu berdatangan. Mulai dari motivasi kerja yang menurun, merasa cemas yang berlebihan selama bekerja, bahkan pada titik tertentu, kinerja menurun drastis.
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh pekerja maupun perusahaan agar lebih aware dengan kesehatan mental?
Sebagai pekerja yang menghadapi dinamika serupa meski tak selalu sama dan melakukan konsultasi dengan Psikolog agar bisa mendapat insight yang lebih baik, ada beberapa saran yang bisa saya bagikan.
Pertama, hindari self diagnose
Hal umum yang paling sering dan mudah dilakukan oleh kebanyakan orang saat mengalami suatu situasi dan kondisi atau gejala sakit tertentu adalah self diagnose.Â
Tinggal googling, baca beberapa artikel, kemudian langsung memberi label pada diri sendiri bahwa sedang mengalami kondisi A, sakit B, dan lain sebangsanya.
Perlu disadari bahwa self diagnose bisa menjadi racun untuk diri sendiri. Khusus bagi para pekerja, akan berpengaruh kepada performa selama bekerja.Â
Boleh saja jika menyadari ada situasi atau kondisi emosi yang kurang atau tidak membikin nyaman selama bekerja. Namun, tidak perlu sampai mendiagnosa diri sendiri.
Kedua, ambil jeda dan evaluasi manajemen waktu