Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Move On Itu Tidak Perlu Dipaksakan, Cukup Berdamai dengan Masa Lalu dan Segala Kenangan

4 April 2021   07:25 Diperbarui: 4 April 2021   16:12 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi patah hati: Unsplash.

Saya bingung terhadap seseorang yang dengan mudahnya selalu berkata, "Move on, dong!" Kepada temannya yang sedang patah hati, baru saja putus, atau dalam hubungan asmara yang tidak baik-baik saja.

Disadari atau tidak, move on itu pilihan. Bahkan, pada titik yang paling menyebalkan, move on itu nggak bisa dipaksakan.

Frasa "Let the time heal yourself and your scars" mungkin terdengar klise bagi sebagian orang. Namun, di sisi lain, hal tersebut memang benar adanya.

Berdasarkan refleksi, pengalaman pribadi, juga diskusi---lebih tepatnya saling curhat---dengan beberapa rekan, patah hati akan terobati dengan sendirinya, proses move on akan berjalan dengan baik sebagaimana mestinya, ketika kita bisa kembali menemukan sosok yang bisa menyembuhkan luka di masa lalu.

Sekali lagi, barangkali pemikiran tersebut sangat klise, tapi kenyataannya memang demikian. Sulit dimungkiri bahwa, sakit hati akan sembuh secara perlahan saat bertemu orang/sosok baru yang dirasa lebih baik. Hal ini tidak perlu dipaksakan. Malah, sering kali menghampiri kita dengan sendirinya.

Tidak selamanya semesta bercanda. Ada kalanya, semesta memahami apa yang kita rasa, apa yang kita butuhkan agar tetap bahagia.

Kendati demikian, jika seseorang kesulitan dalam proses move on dan sudah berusaha sebaik mungkin, tapi tetap belum berhasil juga, ada baiknya meluangkan waktu untuk melakukan evaluasi.

Memang, move on itu tidak perlu dipaksakan. Namun, harus tetap diniatkan. Sebab, akan kontradiktif jika usaha untuk move on sudah sangat paripurna, tapi tidak diimbangi dengan niat sungguh-sungguh. Iya, N-I-A-T.

Perlu disadari juga bahwa, niat itu bisa diawali dengan mengucap dalam hati, disuarakan, ditulis, dipikirkan, kemudian diaplikasikan secara tersirat.

Berdasarkan pengalaman pribadi selama patah hati, sampai akhirnya berhasil move on, saya punya beberapa tip sederhana yang bisa kalian lakukan. Langkah ini terbilang smooth dan nggakk perlu grasa-grusu saat menjalani prosesnya.

Pertama, jangan bersikap denial terhadap apa yang dirasakan.

Nggak apa-apa jika kalian bersedih, curhat kepada seorang rekan yang dipercaya, atau bahkan menangis saat patah hati. Persetan dengan penghakiman cengeng, bucin, atau cemen.

Lah, gimana. Namanya orang lagi patah hati, pastinya sedih, dong. Bahkan, normal rasanya jika suasana hati menjadi tidak menentu.

Pada waktu yang bersamaan, wajar jika kita merasa kurang---bahkan tidak sama sekali---bersemangat dalam menjalani hari. Nikmati saja prosesnya. Nikmati suasana hati yang sedang emosional saat patah hati. Selama tidak berlarut-larut tentunya.

Hal ini penting dilakukan agar kita bisa berdamai dengan diri sendiri dan patah hati secara perlahan.

Sederhananya, bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan baik, jika kita belum berdamai dengan diri sendiri---juga menyadari bahwa sakit hati dan sedih yang dirasakan adalah sesuatu yang sangat manusiawi?

Kedua, kalau sudah diniatkan, buang segala kenangan dari mantan. Jika tidak bisa, berdamailah dengan hal tersebut.

Jika niat untuk move on sudah sangat mumpuni, tentu saja harus diimbangi dengan cara melakukan aksi dan aplikasi.

Sederhana saja. Selama menjalin hubungan dengan seseorang, rasanya wajar jika kita mengoleksi beberapa barang yang diberi. Bahkan, sering kali bertukar kado dalam periode tertentu. Juga, dibelikan sesuatu sebagai kejutan.

Apa yang diberi sekaligus dikoleksi pada saat menjalin hubungan dengan seseorang yang disayangi---maaf, maksud saya, mantan kekasih---jika sudah putus dan diniatkan untuk move on, agar tidak menjadi beban pikiran dan selalu teringat, nggak ada salahnya untuk membuang beberapa barang tersebut.

Sebentar, sebentar. Membuang di sini, bukan berarti menyia-nyiakan begitu saja. Maksud saya, bisa diberikan kepada rekan yang membutuhkan.

Sebab, perlu disadari juga, saat kita melihat suatu barang/pemberian dari seseorang, hampir bisa dipastikan memori kita akan mengasosiasikan dengan orang yang memberikan barang tersebut.

Coba direnungkan. Bagaimana bisa kita melupakan seseorang, lalu dengan lantangnya menyuarakan, "Aku mau move on!" tetapi di waktu yang bersamaan, alam bawah sadar kita selalu mengingat orang tersebut?

Sekali lagi, terlalu naif sekaligus kontradiktif, bukan?

Hal ini juga berbanding lurus, masih apple to apple dengan penyimpanan banyak foto pada galeri handphone atau media lain.

Kalau memang niat untuk move on sudah terkumpul, ya apa salahnya untuk menghapus foto-foto tersebut?

Barangkali, tidak sedikit pula yang akan berkata, "Yah, sayang banget kalau fotonya dihapus. Pose aku banyak yang bagus. Lagipula, capek banget hapusin satu per satu. Kan banyak banget fotonya. Sampai ribuan."

Well. Pada akhirnya, move on itu menjadi pilihan dan sesuatu yang tidak bisa dipaksakan, bukan? Itu sebabnya saya sangat pede berkata bahwa, move on juga butuh niat, kawan.

Jika langkah di atas terbilang cukup berat untuk diaplikasikan, ada cara lain yang masih bisa saya usulkan. Kalian boleh sepakat, memberi masukan tambahan, atau bahkan tidak sepakat sama sekali.

Yakni, berdamailah dengan masa lalu dan segala kenangan yang sudah dilalui.

Sadari bahwa, beberapa hal tersebut adalah bagian dari masa lalu. Bagian dari proses yang harus dilalui menuju kedewasaan, kebijaksanaan, dan kebahagiaan yang lebih paripurna dalam menjalin suatu hubungan asmara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun