Pertama, jangan bersikap denial terhadap apa yang dirasakan.
Nggak apa-apa jika kalian bersedih, curhat kepada seorang rekan yang dipercaya, atau bahkan menangis saat patah hati. Persetan dengan penghakiman cengeng, bucin, atau cemen.
Lah, gimana. Namanya orang lagi patah hati, pastinya sedih, dong. Bahkan, normal rasanya jika suasana hati menjadi tidak menentu.
Pada waktu yang bersamaan, wajar jika kita merasa kurang---bahkan tidak sama sekali---bersemangat dalam menjalani hari. Nikmati saja prosesnya. Nikmati suasana hati yang sedang emosional saat patah hati. Selama tidak berlarut-larut tentunya.
Hal ini penting dilakukan agar kita bisa berdamai dengan diri sendiri dan patah hati secara perlahan.
Sederhananya, bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan baik, jika kita belum berdamai dengan diri sendiri---juga menyadari bahwa sakit hati dan sedih yang dirasakan adalah sesuatu yang sangat manusiawi?
Kedua, kalau sudah diniatkan, buang segala kenangan dari mantan. Jika tidak bisa, berdamailah dengan hal tersebut.
Jika niat untuk move on sudah sangat mumpuni, tentu saja harus diimbangi dengan cara melakukan aksi dan aplikasi.
Sederhana saja. Selama menjalin hubungan dengan seseorang, rasanya wajar jika kita mengoleksi beberapa barang yang diberi. Bahkan, sering kali bertukar kado dalam periode tertentu. Juga, dibelikan sesuatu sebagai kejutan.
Apa yang diberi sekaligus dikoleksi pada saat menjalin hubungan dengan seseorang yang disayangi---maaf, maksud saya, mantan kekasih---jika sudah putus dan diniatkan untuk move on, agar tidak menjadi beban pikiran dan selalu teringat, nggak ada salahnya untuk membuang beberapa barang tersebut.
Sebentar, sebentar. Membuang di sini, bukan berarti menyia-nyiakan begitu saja. Maksud saya, bisa diberikan kepada rekan yang membutuhkan.