Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dear, Pelamar Kerja: Berikut Plus Minus Masuk Kerja Melalui Koneksi "Orang Dalam"

21 Maret 2021   15:00 Diperbarui: 22 Maret 2021   08:03 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelamar kerja.| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Suatu ketika saat saya sedang dalam proses wawancara kerja, seorang kandidat mengajukan pertanyaan yang membikin saya terperanga. 

Pertanyaan tersebut diajukan seperti tanpa dosa.

"Di sini kalau nggak punya 'orang dalam', masuknya susah, ya, Mas?" begitu kata kandidat tersebut. Seakan nggak ada pertanyaan lain untuk diajukan.

Saya nggak bilang pertanyaan tersebut salah atau tidak boleh ditanyakan.

Namun, maksud saya, kalaupun ada pertanyaan yang diajukan oleh seorang pelamar kerja kepada seorang HRD, sebaiknya yang berkaitan dengan segala sesuatu tentang ruang lingkup pekerjaan, kan?

Memang, pelamar kerja bisa menanyakan banyak hal kepada HRD saat proses wawancara kerja.

Soal deskripsi pekerjaan, benefit yang akan didapat, berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai dengan ada proses lanjutan, dan seterusnya, dan seterusnya.

Ya, tapi nggak soal, "Kalau nggak ada 'orang dalam', susah masuknya" juga, dong?

Kendati demikian, kala itu, sebagai salah seorang representasi perusahaan, saya merasa tetap harus merespons pertanyaan tersebut agar tidak terjadi simpang siur dan asumsi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

"Maaf, Mba. Semua kandidat yang melamar ke kantor ini, diproses secara fair tanpa memihak siapa pun, sesuai dengan prosedur yang berlaku. Juga sesuai ketentuan perusahaan," jawab saya secara lugas dan sedikit mangkel.

Ilustrasi proses wawancara kerja: Shutterstock/BlueSkyImage via Merdeka.com
Ilustrasi proses wawancara kerja: Shutterstock/BlueSkyImage via Merdeka.com

Memang, dengan diterima kerja melalui koneksi "orang dalam", di sisi lain akan menguntungkan sebagian pelamar kerja, karena bisa langsung masuk dan menempati suatu posisi di perusahaan, tanpa mengikuti proses yang sudah ditentukan.

Namun, cepat atau lambat, ucapan seperti, "Ah, kamu bisa diterima kerja di sini juga karena aku," bisa menjadi salah satu kalimat sekaligus hal yang biasa diterima oleh seseorang yang bekerja melalui koneksi "orang dalam".

Hal tersebut tentu saja akan menjadi tekanan tersendiri. Pada akhirnya, malah membikin seorang karyawan nggak nyaman dalam bekerja.

Sebagai seorang HRD, berdasarkan pengalaman empiris, saya akan coba beri sudut pandang lain atau efek laten ketika seseorang diterima kerja karena koneksi "orang dalam" di suatu perusahaan.

Pertama, sekalipun berprestasi di kantor, selalu saja ada anggapan wajar karena bawaan "orang dalam".

Mau bagaimana pun, tidak dianggap adalah sesuatu hal yang menyebalkan. Termasuk di ruang lingkup perkantoran.

Apalagi ketika kita sudah bekerja keras dengan segenap kemampuan yang dimiliki, ealah, yang dibanggakan malah orang lain atau malah dianggap sama sekali.

Pasalnya, hal ini juga biasa terjadi kepada karyawan yang berhasil diterima di suatu perusahaan karena koneksi "orang dalam".

Sewaktu punya prestasi, meski dengan usaha dan jerih payah sendiri, yang jadi bahan omongan mesti, "Namanya juga bawaan 'orang dalam'. Wajar aja kalau dia bisa ngelakuin hal itu."

Kedua, punya beban moral untuk balas budi dan menjaga nama baik "orang dalam" yang sudah menerima kita bekerja.

Tidak bisa tidak. Pada titik tertentu, seseorang yang diterima kerja lewat jalur "orang dalam" akan punya beban untuk balas budi atau menjaga nama baik seseorang yang "membawanya" dalam kurun waktu yang tidak ditentukan.

Paling tidak, selama bekerja di perusahaan tempat ia bekerja.

Memang, bekerja di mana pun, harus tetap dilakukan secara profesional dan akan punya beban pekerjaan masing-masing. Termasuk menjaga nama baik siapa pun.

Namun, ketika kita diterima kerja karena "orang dalam", beban moral dalam menjaga nama baik secara otomatis dan terbentuk dengan sendirinya akan berlipat ganda. 

Belum lagi soal balas budi karena merasa sudah dibantu, meski dengan jalur akselerasi.

Ketiga, saat dianggap nggak becus kerja, yang dicari dan disalahkan adalah "orang dalam" yang membawa karyawan tersebut.

Barangkali, ini menjadi salah satu hal yang paling fundamental ketika ada seorang karyawan yang diterima kerja karena koneksi "orang dalam". 

Ketika melakukan suatu kesalahan atau dianggap nggak becus kerja/menempati suatu posisi, perasaan bersalahnya akan berlipat ganda. Belum lagi yang akan dicari adalah si "orang dalam".

Ujung-ujungnya, malah merasa bersalah sekaligus tertekan, iya. Ditegur, iya. Nggak enak hati, juga iya.

Keempat, semakin nggak enak hati untuk menolak saat diminta bantuan oleh "orang dalam" yang sudah menempatkan kita pada suatu posisi.

Jadi orang yang nggak enakan itu sulit. Apalagi sewaktu diminta tolong orang lain. Rasanya sulit nolak, meski situasi juga kondisi sedang tidak memungkinkan. Dan ini sangat merepotkan.

Bayangkan jika kalian adalah orang yang nggak enakan, lalu diterima kerja karena koneksi "orang dalam". Kemudian orang tersebut minta bantuan.

Barangkali orang tersebut nggak memaksa, tapi bayangan tentang sebelumnya sudah dibantu, dan lain sebagainya, membikin kalian dalam posisi mau tidak mau harus membantu. Tentu saja perasaan seperti ini betul-betul mengganggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun