Paling tidak, selama bekerja di perusahaan tempat ia bekerja.
Memang, bekerja di mana pun, harus tetap dilakukan secara profesional dan akan punya beban pekerjaan masing-masing. Termasuk menjaga nama baik siapa pun.
Namun, ketika kita diterima kerja karena "orang dalam", beban moral dalam menjaga nama baik secara otomatis dan terbentuk dengan sendirinya akan berlipat ganda.Â
Belum lagi soal balas budi karena merasa sudah dibantu, meski dengan jalur akselerasi.
Ketiga, saat dianggap nggak becus kerja, yang dicari dan disalahkan adalah "orang dalam" yang membawa karyawan tersebut.
Barangkali, ini menjadi salah satu hal yang paling fundamental ketika ada seorang karyawan yang diterima kerja karena koneksi "orang dalam".Â
Ketika melakukan suatu kesalahan atau dianggap nggak becus kerja/menempati suatu posisi, perasaan bersalahnya akan berlipat ganda. Belum lagi yang akan dicari adalah si "orang dalam".
Ujung-ujungnya, malah merasa bersalah sekaligus tertekan, iya. Ditegur, iya. Nggak enak hati, juga iya.
Keempat, semakin nggak enak hati untuk menolak saat diminta bantuan oleh "orang dalam" yang sudah menempatkan kita pada suatu posisi.
Jadi orang yang nggak enakan itu sulit. Apalagi sewaktu diminta tolong orang lain. Rasanya sulit nolak, meski situasi juga kondisi sedang tidak memungkinkan. Dan ini sangat merepotkan.
Bayangkan jika kalian adalah orang yang nggak enakan, lalu diterima kerja karena koneksi "orang dalam". Kemudian orang tersebut minta bantuan.