Mau bagaimana pun, lebih besar dukungan untuk Liverpool ketimbang Manchester United. Dan saya telah memilih Liverpool FC sebagai tim yang didukung.
Lagipula, ada hal yang membuat saya yakin bahwa Liverpool adalah tim yang akan saya dukung sampai kapan pun---mau seri, menang, atau kalah, dan nggak akan pindah haluan lagi.
Pertama, akun Twitter saya difollowback oleh akun Twitter resmi Liverpool, dan itu menjadi kebanggan tersendiri buat saya, yang mana bisa dipamerin ke temen-temen sampai mereka keheranan---kenapa kok bisa-bisanya saya sebagai fans biasa difollowback akun Twitter Liverpool.
Kedua, gonta-ganti tim yang didukung itu bikin capek. Satu aja udah capek bela-belainnya, apalagi gonta-ganti. Hadeeeh. Belum lagi pembelaan soal pasang-surutnya prestasi dari suatu tim yang sulit diperkirakan dan harus mempersiapkan ejekan atau adu banter.
Lha, Liverpool yang dari musim 2018 sudah mulai kelihatan perkasanya saja, yang digadang-gadang bisa melewati rekor invincible-nya Arsenal, bisa kalah juga, kok. Oleh tim sekelas Watford yang sedang terpuruk di zona degradasi pula. Mau membela diri dan tim kesayangan kok susah ketika dalam situasi seperti itu.
Dalam kondisi seperti ini, menjadi fans Liverpool betul-betul sulit. Sekalinya hampir dipastikan juara dan dapat piala, eh, dibilang hibahan. Tapi, mau beralih kembali mendukung Manchester United juga nggak mungkin. Lha gimana, saya mau lihat tim kesayangan saya juara, bukan dicela.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H