Semenjak saat itu, saya berusaha untuk mengontrol prasangka. Entah ketika bekerja, atau dalam bersosialisasi dengan banyak orang di lingkungan sekitar.
Sebab, pada kenyatannya, harus diakui bahwa masih banyak diantara kita yang larut dalam prasangka ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh yang seringkali terjadi dan dialami beberapa orang diantaranya:
Melihat orang lain hanya dari pakaiannya.
Biasanya, gaya berpakaian A akan dikorelasikan dengan kejahatan A. Yang seperti ini biasanya akan berlanjut pada atribut apa yang dikenakan juga bagaimana gaya penampilannya, dan seterusnya, dan seterusnya.
Menebak-nebak maksud orang lain terlalu dini ketika menghubungi kita.
Hal ini sering terjadi ketika ada teman lama atau seseorang yang jarang melakukan kontak dengan kita, eh, tanpa diduga malah menanyakan kabar. Baik secara langsung maupun via chat. Beberapa diantara kita biasanya akan overthinking, memikirkan kira-kira apa maksud dan tujuan orang tersebut menghubungi kita. Jangan-jangan mau meminjam uang? Atau menawarkan menjadi agent MLM? Padahal, belum tentu demikian. Siapa tahu dia hanya ingin bersilaturahim, menanyakan kabar, atau bisa jadi memberi kabar baik.
Terlalu menduga-duga atau merasa cemas ketika ada orang yang baru dikenal menyapa di tempat umum.
Hal ini pernah beberapa kali saya alami, utamanya di halte transjakarta atau stasiun KRL. Ada seseorang yang menepuk pundak saya, namun saya merasa khawatir dan berpikir yang tidak-tidak. Tentang dihipnotis atau merujuk kepada jenis kejahatan tertentu, misalnya. Padahal, setelah saya coba menenangkan diri, orang tersebut hanya ingin menanyakan waktu, tujuan, dan lain sebagainya.
Namun, tidak bisa dimungkiri juga bahwa, alasan seseorang berprasangka atau overthingking adalah karena adanya pengalaman di masa lalu yang kurang menyenangkan dan dialami secara langsung.
Meskipun begitu, perlu disadari juga bahwa, kadangkala prasangka bisa menjadi sinyal bagi kita untuk menjaga diri dan lebih siap terhadap suatu tindak kejahatan atau sesuatu hal yang tidak diinginkan. Ketika ada seseorang yang mepet-mepet kita di tempat atau transportasi umum, nggak mungkin juga jika kita terlalu pasrah, kan? Secara naluri, kita pasti lebih sigap dalam menjaga diri sekaligus barang bawaan.
Pada akhirnya, prasangka itu akan selalu ada dalam diri setiap manusia. Tinggal bagaimana seseorang mengontrolnya dengan baik dan sesuai pada porsinya.