Minimal untuk lucu-lucuan, sekadar koleksi biodata teman, atau dibaca. Selebihnya hanya untuk dikenang dan nostalgia, sih. Biarpun sederhana, tapi bermakna.
Pada saat yang bersamaan, buku diary pun terbilang cukup populer. Sebetulnya tidak jauh beda dengan buku catatan seperti pada umumnya, hanya saja, buku diary ini cukup lekat dengan curhatan pribadi seseorang mengenai kesehariannya.
Perlu diketahui juga bahwa awalan kata "dear, diary.." yang legendaris itu, berawal dari penulisan curhat tentang keseharian di buku diary.
Apa yang diceritakan sih sangat beragam, entah tentang keseharian---apa saja yang sudah dilalui entah suka maupun duka---bercerita tentang menjadi secret admirer seseorang, ya pokoknya yang berkaitan tentang perasaan dan dirahasiakan, lah. Meski tak jarang pula akhirnya ketahuan oleh teman yang lain karena keisengan atau keteledoran pribadi.
Sempat kepikiran juga sih, kira-kira anak sekolah---khususnya yang di SD dan/atau SMP---masih ada yang bertukar biodata yang dituliskan di kertas binder nggak, ya? Termasuk juga dengan menceritakan kegiatan sehari-hari di buku diary.Â
Atau jangan-jangan semua hal itu sudah terdisrupsi oleh media sosial? Nggak mengherankan juga, sih. Apalagi saat ini, menjaga kerahasiaan cerita seakan tidak penting lagi.
Lha, gimana. Jika dahulu seseorang menuliskan apa yang dirasa di buku diary untuk disimpan rapat-rapat dan sebisa mungkin dijaga kerahasiaan ceritanya---sebisa mungkin hanya penulis yang mengetahui---sekarang banyak orang yang justru curhatannya ingin diketahui khalayak. Baik dari cerita yang dianggap biasa sampai dengan aib---kalau bisa sih sekalian viral biar sekaligus jadi trending topic. Hadeeeeh.
Dengan segala kenangan tentang pengisian biodata pada kertas binder juga curhatan yang ditulis di buku diary, rasanya kini hanya segelintir orang yang masih bertahan untuk bercerita dengan cara lama tersebut.Â
Dan saat ini, semenarik apa pun platform media sosial yang ada untuk berbagi cerita, Twitter selalu menjadi tempat yang tepat untuk kembali---baik untuk sambat, maupun sebagai wadah untuk curhat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H