Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Nostalgia Mengisi Biodata pada Kertas Binder, Masih Ingat?

29 Desember 2019   07:30 Diperbarui: 13 April 2021   18:57 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis diary: myTalk107.1

Banyak yang sepakat bahwa masa paling indah adalah saat sekolah, khususnya di SMA. Beberapa siswa tidak segan untuk melakukan kenakalan pada masa ini, mulai dari membolos, tawuran yang dilakukan dengan siswa sekolah lain, sampai tak jarang berujung pada pemberhentian dari sekolah tempat di mana siswa tersebut belajar.

Jauh sebelum menghadapi segala kenangan dan kenakalan remaja pada masa SMA, banyak diantara kita yang pastinya mengalami masa menyenangkan saat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Pertama.

Pada masa ini, rasanya tidak ada beban berlebih soal kehidupan, setidaknya yang saya lakukan hanya pergi ke sekolah, bermain, mengerjakan PR, dan terus berulang seperti itu hingga lulus. Terkesan tidak menarik, tapi ya memang seperti itu adanya. Hehe.

Bagi saya, kenangan semasa SD hingga SMP pun tak kalah menarik. Yang paling saya ingat, tentang pengisian biodata di lembaran kertas binder yang biasanya penuh dengan corak.

Teman perempuan saya misalnya, dia mengoleksi beberapa kertas binder bergambar mickey mouse, doraemon, barbie, princess, hingga winnie the pooh, dan lain sebagainya.

Sedangkan anak laki-laki hanya kertas binder polosan tanpa gambar sama sekali atau tokoh kartun yang terbilang sedikit maskulin. Casper atau scooby doo, misalnya.

Baik perempuan maupun laki-laki, sama-sama memiliki kebiasaan bertukar kertas binder sebagai koleksi atau pelengkap satu sama lain.

Tidak selesai sampai di situ saja. Selain untuk bahan koleksi, kertas binder tersebut juga dipakai untuk mengisi biodata satu sama lain, mau teman yang sekelas atau beda kelas.

Baca Juga: Nostalgia Jajanan Masa Kecil

Ya, pokoknya mengumpulkan sebanyak mungkin biodata teman-teman. Isinya pun sudah pasti template alias itu-itu lagi. Jika boleh dilist, kurang lebih akan seperti ini:

  1. Nama
  2. Nama panggilan
  3. TTL (tempat, tanggal lahir)
  4. Zodiak
  5. Nomor telepon (dahulu biasanya diisi dengan nomor telepon rumah)
  6. Hobi
  7. Hal yang paling disuka
  8. Paling benci sama
  9. Mafa (makanan favorit)
  10. Mifa (minuman favorit)
  11. Artis favorit
  12. Warna favorit
  13. Kata mutiara/motto
  14. Cowok/cewek idaman
  15. Pesan dan kesan (biasanya ditujukan bagi penyimpan biodata)

Dan masih banyak list yang lainnya, tergantung informasi apa yang ingin diketahui atau ditambahkan. Pokoknya seinformatif mungkin, kalau bisa, betul-betul dirinci tentang bagaimana gambaran diri seseorang---yang mengisi biodata.

Harus diakui bahwa, dahulu, pengisian biodata ini memiliki kegunaan tersendiri, khususnya pada saat perpisahan. Paling tidak, untuk mengingat teman yang satu dengan yang lain.

Minimal untuk lucu-lucuan, sekadar koleksi biodata teman, atau dibaca. Selebihnya hanya untuk dikenang dan nostalgia, sih. Biarpun sederhana, tapi bermakna.

Pada saat yang bersamaan, buku diary pun terbilang cukup populer. Sebetulnya tidak jauh beda dengan buku catatan seperti pada umumnya, hanya saja, buku diary ini cukup lekat dengan curhatan pribadi seseorang mengenai kesehariannya.

Perlu diketahui juga bahwa awalan kata "dear, diary.." yang legendaris itu, berawal dari penulisan curhat tentang keseharian di buku diary.

Apa yang diceritakan sih sangat beragam, entah tentang keseharian---apa saja yang sudah dilalui entah suka maupun duka---bercerita tentang menjadi secret admirer seseorang, ya pokoknya yang berkaitan tentang perasaan dan dirahasiakan, lah. Meski tak jarang pula akhirnya ketahuan oleh teman yang lain karena keisengan atau keteledoran pribadi.

Sempat kepikiran juga sih, kira-kira anak sekolah---khususnya yang di SD dan/atau SMP---masih ada yang bertukar biodata yang dituliskan di kertas binder nggak, ya? Termasuk juga dengan menceritakan kegiatan sehari-hari di buku diary. 

Atau jangan-jangan semua hal itu sudah terdisrupsi oleh media sosial? Nggak mengherankan juga, sih. Apalagi saat ini, menjaga kerahasiaan cerita seakan tidak penting lagi.

Lha, gimana. Jika dahulu seseorang menuliskan apa yang dirasa di buku diary untuk disimpan rapat-rapat dan sebisa mungkin dijaga kerahasiaan ceritanya---sebisa mungkin hanya penulis yang mengetahui---sekarang banyak orang yang justru curhatannya ingin diketahui khalayak. Baik dari cerita yang dianggap biasa sampai dengan aib---kalau bisa sih sekalian viral biar sekaligus jadi trending topic. Hadeeeeh.

Dengan segala kenangan tentang pengisian biodata pada kertas binder juga curhatan yang ditulis di buku diary, rasanya kini hanya segelintir orang yang masih bertahan untuk bercerita dengan cara lama tersebut. 

Dan saat ini, semenarik apa pun platform media sosial yang ada untuk berbagi cerita, Twitter selalu menjadi tempat yang tepat untuk kembali---baik untuk sambat, maupun sebagai wadah untuk curhat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun